Ini Rahasia Kinerja Reksadana Campuran Syailendra Gemilang Saat Pasar Turun

Abdul Malik • 21 Apr 2021

an image
Ilustrasi perempuan investor yang bahagia karena investasinya di reksadana Syailendra Balance Opportunity Fund mencatatkan kinerja cemerlang saat pasar bergejolak. (Shutterstock)

Reksadana campuran memiliki alokasi seimbang pada setiap instrumen baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang

Bareksa.com - Saham merupakan portofolio investasi dengan volatilitas amat tinggi. Beberapa hari ini volatilitas amat terasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi mendekati level 5,800 pada April 2021.  Salah satu penyebabnya sentimen negatif investor global terkait ekspektasi inflasi Amerika Serikat (AS) yang melebihi perkiraan.

Namun pada Kamis (15/4) kemarin, IHSG terus menguat. Kamis kemarin IHSG menguat 0,48 persen atau 29,22 poin ke level 6.079,5. "Di tengah fluktuasi pasar, perlu fleksibilitas dalam melakukan diversifikasi. Di sinilah keunggulan reksadana campuran alias balance fund," kata Presiden Direktur Syailendra Capital, Fajar R Hidayat, dalam keterangannya (21/4/2021).

Menurut Fajar, dalam investasi reksadana biasanya investor menyebar dana mereka ke beberapa jenis reksadana yang berbeda. Tujuannya agar imbal hasil investasi stabil. Namun  di reksadana campuran, investor sudah mendapatkan diversifikasi ke dalam tiga  jenis instrumen di dalam satu produk. Semuanya sudah diatur oleh manajer investasi. Jadi, reksadana campuran merupakan opsi diversifikasi yang lebih praktis buat investor.

"Fleksibilitas ini berbeda dengan jenis reksadana lain. Yang memiliki ketentuan minimum untuk berinvestasi pada instrumen sesuai dengan jenis reksadananya. Akibatnya fleksibilitas manajer investasi menjadi berkurang dan jadi salah satu penyebab mengapa banyak reksadana sulit mengalahkan indeks acuannya," Fajar menjelaskan.

Dalam menyikapi volatilitas pasar manajer investasi melihat adanya kebutuhan diversifikasi aset, sehingga investor dapat terlindungi ketika terjadi volatilitas yang tinggi pada pasar saham. 

“Kami melakukan simulasi portofolio yang terdiversifikasi selama 10 tahun terakhir. Diversifikasi kelas aset terbukti memberikan kinerja yang lebih baik dibanding investasi pada saham (LQ45). Terlepas dari besar porsi yang dialokasikan pada ekuitas, obligasi, dan pasar uang, ketiga skenario memberikan kinerja di atas indeks saham maupun deposito,” Fajar menerangkan.

Dengan kejelian tersebut, reksadana campuran yakni Syailendra Balance Opportunity Fund mencetak kinerja cemerlang. Per 16 April 2021, imbal hasil (yield) 3 bulan reksadana ini mencapai 17,7 persen dan enam bulan mencapai 17,58 persen.

Yield setahun terakhir memang agak menurun sekitar 6,92 persen. Tapi masih lebih baik dibandingkan reksadana lain yang minus. Sejak diterbitkan, reksadana ini mencetak imbalan 166,2 persen.

Reksadana Syailendra Balance Opportunity Fund menempatkan portofolio di saham sebanyak 71,7 persen. Sisanya di obligasi korporasi 13,3 persen dan pasar uang 15 persen. "Reksadana campuran memiliki alokasi seimbang pada setiap instrumen baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang," Fajar mengungkapkan.

Walhasil, kata Fajar, manajer investasi bisa leluasa mengatur alokasi instrumen dengan lebih fleksibel. Misalnya ketika pasar saham sedang bullish, maka sebagian besar dana akan ditempatkan ke saham atau obligasi, begitu juga sebaliknya.

Dengan fleksibilitas yang bisa dilakukan oleh manajer investasi pada reksadana campuran, maka MI bisa mengatur strategi yang lebih fleksibel agar performa reksadana bisa mengalahkan indeks acuan. Artinya, MI bisa mengubah strategi alokasi instrumen dengan aktif sesuai perkembangan pasar.

Reksadana campuran bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor. Manajer investasi leluasa memindahkan alokasi ke kelas aset berbeda sesuai dengan situasi pasar. Reksadana campuran dapat berinvestasi pada efek ekuitas dan/atau efek utang dengan proporsi di saham 10 - 75 persen, obligasi 10 - 75 persen dan pasar uang 2 - 75 persen.

Keleluasaan reksadana campuran tidak dimiliki reksadana jenis lain yang memiliki ketentuan minimum untuk berinvestasi pada instrumen sesuai dengan jenis reksadananya. Akibatnya fleksibilitas manajer investasi menjadi berkurang dan salah satu penyebab mengapa banyak reksadana sulit mengalahkan indeks.

"Berbeda dengan reksadana campuran dengan fleksibilitasnya mampu menahan dari kejatuhan imbal hasil saat portofolio sedang bearish. Sebaliknya hasil menjulang tinggi sat portofolio sedang bullish. Itu sudah terbukti terjadi pada Syailendra Balance Opportunity Fund yang mencatat hasil gemilang," Fajar menambahkan.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.