CEO Danareksa IM, Marsangap Tamba : Fintech & Investor Ritel Topang Industri Reksadana

Abdul Malik • 29 Mar 2021

an image
Marsangap P. Tamba, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management. (Martina/Bareksa)

Manajer investasi perlu mengoptimalkan momen untuk sustainabilitas perusahaan melalui pengembangan basis nasabah

Bareksa.com - Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P Tamba menyampaikan dirinya berharap dapat mengoptimalkan kerja sama dengan mitra distribusi baik perbankan maupun perusahaan teknologi finansial (fintech). Sebab pemanfaatan pemasaran digital jadi salah satu upaya perseroan untuk tetap dekat dengan nasabah dan menyampaikan produk dan layanan. 

Dia menilai masa depan industri reksadana akan ditopang oleh agen penjual fintech dan investor ritel. "Terlebih, di tengah kondisi saat ini masih sangat terbatas untuk berinteraksi langsung. Industri reksadana mengalami prospek cukup baik di tahun ini," ujarnya dilansir Bisnis.com akhir pekan lalu.

Menurut Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report February 2021 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bulan lalu kelolaan reksadana Danareksa IM senilai Rp30,06 triliun atau melesat 31 persen secara tahunan, namun minus 5 persen secara bulanan dan berkurang 2 persen sepanjang tahun berjalan (YtD).

Danareksa IM berada di posisi 6 besar perusahaan manajemen investasi terbesar di Indonesia dari sisi dana kelolaan reksadanadengan menguasai market share 5 persen.

Data OJK menyebutkan nilai aktiva bersih atau dana kelolaan reksadana juga meningkat 1,5 persen atau bertambah Rp8,63 triliun dari sebelumnya Rp573,54 triliun pada Desember 2020 jadi Rp582,17 triliun pada 15 Maret 2021. Total produk reksadana per 15 Maret 2021 mencapai 2.237 produk.

Positifnya kinerja pasar modal seiring melonjaknya jumlah investor yang mencapai 4,51 juta investor per 29 Februari 2021, dibandingkan 3,88 juta investor pada Desember 2020.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, sepanjang 2020 lalu terjadi pertumbuhan investor baru reksadana yang sangat pesat, yakni menjadi 3,17 juta investor per akhir 2020 dari 1,77 investor per akhir 2019, atau tumbuh 78,95 persen.

Jumlah tersebut telah kembali bertambah di awal tahun ini. KSEI mencatat penambahan investor reksadana 20,5 persen, dari yang semula 3,17 juta investor per akhir Desember 2020, menjadi 3,82 juta investor per akhir Februari 2021.

Menurut Marsangap, kondisi tersebut menunjukkan animo dan kesadaran masyarakat untuk berinvestasi reksadana. Ia melanjutkan reksadana menjadi lebih terjangkau baik dari sisi nominal maupun dari sisi aksesibilitas.

"Peningkatan kemudahan aksesibilitas ini tidak luput dari peranan perusahaan fintech yang menjadi katalis pertumbuhan jumlah investor dalam beberapa tahun terakhir," kata Marsangap.

Ia mengatakan meskipun dari sisi dana kelolaan belum besar, pertumbuhan investor ritel sebagai prospek industri reksadana ke depannya.

Menurut Marsangap, manajer investasi (MI) perlu mengoptimalkan momen tersebut untuk sustainabilitas atau keberlanjutan perusahaan melalui pengembangan basis nasabah.

(Martina Priyanti/AM)

***

​​Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.