CEO BNP Paribas AM, Priyo Santoso : Peluang Investasi Dibalik Great Instability

Abdul Malik • 08 Dec 2020

an image
Priyo Santoso, Presiden Direktur BNP Paribas Asset Management di Indonesia. (dok. BNP AM)

Dampak pandemi Covid-19 menunjukkan kondisi pasar dan ekonomi yang paling rentan sejak krisis keuangan global pada 2008

Bareksa.com - PT. BNP Paribas Asset Management (PT BNP Paribas AM) merilis market outlook untuk tahun 2021 yang bertemakan “The Great Instability”. Presiden Direktur BNP Paribas AM, Priyo Santoso menyatakan perseroan menelaah bagaimana faktor-faktor seperti pandemi Covid-19 yang berlangsung sepanjang tahun 2020, politik, ekonomi, perubahan iklim dan faktor sosial secara bersamaan menciptakan besarnya ketidakpastian, yang kemudian membawa dampak terhadap pasar keuangan sekaligus peluang investasi bagi investor.

“Investasi dan inovasi membutuhkan komitmen dan analisa menyeluruh atas dinamika pasar. Bagi kami di BNP Paribas Asset Management, yang lebih penting lagi adalah menjunjung tinggi etos penelaahan menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi. Untuk itu, kami percaya bahwa solusi investasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang dapat membantu investor untuk mendapatkan manfaat dari lanskap investasi pada kondisi yang terus berubah," ujar Priyo dalam keterangannya (8/12/2020).

Menurut Priyo, dampak pandemi Covid-19 menunjukkan kondisi pasar dan ekonomi yang paling rentan sejak krisis keuangan global pada 2008 lalu. Namun, ia berpendapat peluang investasi masih tersedia meskipun terjadi pergerakan yang sangat fluktuatif di pasar.

“Perkembangan vaksin Covid-19 belakangan menjadi berita yang cukup menggembirakan bagi pasar; dan berpotensi menjadi ‘game changer’ untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami percaya prospek makro Indonesia masih positif jika melihat kondisi current account deficit yang menyempit, tingkat inflasi yang terus rendah, serta tren melemahnya dolar AS," ungkapnya.

Fokus APBN 2021

Priyo menyatakan dengan mempertimbangkan APBN 2021 yang lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi, dampak positif dari kerangka Omnibus Law bagi industri secara sektoral, serta pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, seharusnya bisa membuka jalan bagi pemulihan ekonomi di Indonesia secara bertahap.

“Namun, kami juga perlu mengingatkan investor untuk senantiasa menyesuaikan profil risiko dengan tujuan investasi mereka, dan menerapkan pendekatan diversifikasi sebelum mengambil keputusan investasi,” ucap Priyo.

Priyo menambahkan guna membantu investor menangkap peluang investasi di tengah kondisi pasar yang dinamis dan cenderung terus berubah, beberapa strategi yang telah tersedia antara lain adalah melalui reksadana obligasi, Reksa Dana BNP Paribas Prima II, yang memungkinkan investor memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

Menurut data Bareksa, BNP Paribas Prima II Kelas RK1 berhasil membukukan imbalan 9,69 persen YtD sepanjang 2020 (per 7 Desember 2020).

Sumber : Bareksa

Selain itu, BNP Paribas AM juga mengelola Reksa Dana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD yang memberikan akses bagi investor ke pasar saham di Cina, dengan eksposur ke sektor dan tema yang belum tersedia di pasar domestik, sehingga menambah kesempatan bagi investor Indonesia untuk mendiversifikasikan portofolionya.

Sumber : Bareksa

Menurut catatan Bareksa, reksadana ini juga berhasil membukukan imbalan 7,85 persen secara YtD  per 4 Desember 2020. Kinerja itu jauh melampaui indeks harga saham gabungan yang masih minus 7,76 persen YtD per 4 Desember.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.