Hadapi Resesi, Begini Strategi Atur Alokasi Aset Investasi Reksadana

Abdul Malik • 29 Sep 2020

an image
Ilustrasi investor sedang memantau perkembangan investasinya di tengah resesi ekonomi. (Shutterstock)

Reksadana saham diprediksi masih mencatatkan kinerja negatif hingga akhir tahun

Bareksa.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia di 2020 minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Prediksi minus itu lebih dalam dari proyeksi sebelumnya di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Dia juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Angka itu lebih dalam dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, yakni minus 2,1 persen hingga 0 persen.

"Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal III," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa (22/9/2020).

Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Resesi didefinisikan sebagai kondisi di mana pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Dengan prediksi tersebut, Indonesia dinilai akan masuk jurang resesi.

Minusnya ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19 tidak sendirian, sebab tercatat 45 negara di dunia sudah melaporkan kontraksi ekonomi mereka. Beberapa di antaranya sudah mengumumkan resesi sejak kuartal II 2020.

Strategi Buat Investor Reksadana

Nah, bagi kita investor reksadana, apa yang harus dilakukan dalam menghadapi resesi ekonomi yang diprediksi bakal melanda Indonesia dan banyak negara di dunia? Bagaimana cara mengatur alokasi aset investasi reksadana kita?

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, memperkirakan kinerja reksadana saham masih akan tertekan hingga akhir 2020. Namun reksadana berbasis obligasi masih bisa bertahan positif dan reksadana pasar uang juga masih konsisten memberikan keuntungan.

"Investor sebaiknya lebih koservatif mengingat resesi tidak terhindarkan, dan untuk memilih reksadana berbasis obligasi lebih mengutakaman yang isinya Obligasi Negara," ungkapnya kepada Bareksa (29/9/2020).

Menurut Wawan, untuk reksadana saham saat ini valuasinya sangat murah. Dengan begitu idealnya investor yang memiliki horizon investasi di atas 5 tahun bisa meliriknya. Dia menyarankan alokasi aset investasi reksadana ialah dengan komposisi 5-3-2.

"Artinya alokasi aset investasi reksadana bisa diatur yakni 50 persen untuk reksadana berbasis oblgasi (reksadana pendapatan tetap), 30 persen untuk reksadana pasar uang dan 20 persen untuk reksadana saham," ungkap Wawan.

Kinerja Indeks Reksadana

Menurut data Bareksa, secara year to date hingga 28 September 2020, 5 dari 8 indeks reksadana masih mencatatkan kinerja negatif atau penurunan nilai aktiva bersih (NAB) dibandingkan akhir tahun lalu. Penurunan NAB tersebut seiring dengan minusnya Indeks Harga Saham Gabungan yang masih tercatat minus 22,11 persen YtD.

Penurunan NAB terdalam dicatatkan oleh indeks reksadana saham syariah yang minus 24,07 persen YtD. Kemudian disusul indeks reksadana saham negatif 23,99 persen, indeks reksadana campuran (-12,08 persen), indeks reksadana campuran syariah (-9,09 persen) dan indeks reksadana pasar uang (-0,54 persen).

Meski begitu, kinerja positif sepanjang tahun ini masih dibukukan oleh indeks reksadana pendapatan tetap yang membukukan return positif 3,46 persen, disusul indeks reksadana pasar uang syariah 1,21 persen dan indeks reksadana pendapatan tetap syariah 0,84 persen. 

Sumber : Bareksa

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.