Neraca Dagang Surplus, Indeks Reksadana Berpeluang Menguat Ikuti IHSG

Bareksa • 15 Jul 2019

an image
Suasana pelabuhan peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara. (ANTARA FOTO/OJT/Sigid Kurniawan)

BPS merilis neraca perdagangan Indonesia bulan Juni 2019 surplus US$200 juta

Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia bulan Juni 2019 surplus US$200 juta. Surplus neraca perdagangan kali ini, disebabkan oleh surplus nonmigas US$1,16 miliar, sementara defisit migas US$966,8 juta.

Dengan demikian, neraca perdagangan sepanjang Januari – Juni 2019 tercatat defisit US$1,93 miliar. Penyebabnya masih didorong oleh defisit migas yang semakin membengkak mencapai US$4,78 miliar di tengah surplus nonmigas US$2,8 miliar.

BPS mencatat nilai ekspor Juni 2019 sebesar US$11,78 miliar. Angka tersebut menunjukkan penurunan 20,6 persen dari bulan sebelumnya. Dan angka tersebut turun 8,96 persen secara tahunan (yoy).

Efek Neraca Dagang Surplus, IHSG Menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau pada sesi I perdagangan, Senin (15/7). Mengutip RTI, indeks naik 0,83 persen atau 52.818 poin ke level 6.426,163. Tercatat 217 saham naik, 157 saham turun, dan 148 saham stagnan. Total volume perdagangan 12,07 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,59 triliun.

Efek Neraca Dagang Surplus, Rupiah Ikut Menguat

Rupiah kembali menguat pada awal perdagangan, Senin (15/7). Mengutip data Bareksa, pukul 9.52 WIB, rupiah menguat 0,41 persen ke level Rp13.950 per dolar AS.

Akhir pekan lalu, Jumat (12/7) rupiah berada di posisi Rp14.008 per dolar AS. Penguatan rupiah sudah diprediksi sebelumnya menyusul data neraca dagang Indonesia yang diproyeksikan surplus.

Sementara itu, rupiah mendapat sentimen positif dari ekspektasi kembali surplusnya neraca dagang Indonesia di bulan Juni. Kurs dolar AS pun berpotensi melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia lainnya. Pelemahan dolar AS disebabkan oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di bulan Juli.

Di sisi lain, potensi penguatan rupiah mendapat hambatan berupa data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua China yang diperkirakan melambat dari 6,4 persen (yoy) menjadi 6,2 persen (yoy).

Neraca Dagang Surplus, Indeks Reksadana Berpeluang Menguat Ikuti IHSG

Menurut analisis Bareksa, industri reksadana masih akan terus bertumbuh seiring dengan sentimen positif yang diterima yang berasal dari ekspektasi penurunan suku bunga. Apalagi kini suku bunga deposito sudah berada dalam tren menurun, sehingga reksadana dianggap lebih menarik.

Pelaku pasar kini berharap suku bunga Bank Indonesia bisa turun bahkan bertahap hingga tahun 2020, sehingga sentimen positif terus ada. Sebab saat ini, Indonesia maupun pasar global sedang memasuki tren penurunan suku bunga dan pelonggaran likudiitas harga aset dasar baik saham maupun obligasi, sehingga akan berdampak pada industri reksadana, baik itu reksadana jenis saham, pendapatan tetap, hingga campuran.

Untuk diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA02/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.