Industri Reksa Dana Menggugah Minat Bank Besar

Bareksa • 06 Feb 2017

an image
Pekerja bank menghitung uang rupiah di Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bagi bank, reksa dana bisa menjadi instrumen investasi sekaligus juga untuk pemenuhan likuiditas

Bareksa.com – Jangan menilai investasi di reksa dana hanya untuk para pemula saja. Institusi besar, khususnya dari kalangan lembaga keuangan, ternyata menyimpan minat besar pada reksa dana.

Sebut saja industri perbankan. Kepemilikan reksa dana dua bank besar yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga cukup signifikan.

Per akhir 2016, BNI punya portofolio reksa dana mata uang Rupiah sebesar Rp2,396 triliun atau naik 14,69 persen dari periode sama 2015 Rp2,089 triliun. Reksa dana mata uang asing di BNI pun naik 55,31 persen dari Rp21,81 miliar menjadi Rp32,86 miliar.

BRI pun menempatkan dana cukup besar di reksa dana. Nilainya per akhir 2016 mencapai Rp258,83 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan Rp113,02 miliar di 2015.

Kepada Bareksa, Direktur Tresuri dan Internasional BNI Panji Irwan menyampaikan, reksa dana adalah instrumen yang dibutuhkan. “Minat bank untuk berinvestasi di reksa dana, besar,” kata Panji, akhir pekan lalu. Di BNI sendiri, lanjut Panji, reksa dana yang dipilih adalah reksa dana terproteksi.

Direktur Keuangan BRI Haru Kusmahargyo sependapat. Menurut Haru, reksa dana merupakan instrumen yang fleksibel dan diminati bank. Bagi bank, lanjut dia, reksa dana bisa menjadi instrumen investasi sekaligus juga untuk pemenuhan likuiditas.

“Ke depan, reksa dana berpotensi terus tumbuh,” imbuh Haru. Meski begitu, Haru bilang, kepemilikan reksa dana BRI lebih kepada melayani nasabah, karena lebih condong ke pendapatan tetap seperti obligasi jangka menengah.

Dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyampaikan, industri reksa dana akan cukup berkembang. “Khususnya untuk menampung dana repatrisasi. Jadi, cukup baik dan menjanjikan,” terang Jahja.

Tabel: Perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Periode 2010-2016

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, industri reksa dana terus bertumbuh. Dari posisi 2010 yang mencapai Rp144,69 triliun, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana naik 134,12 persen menjadi Rp338,75 triliun pada akhir 2016 yang terdiri dari 1.425 reksa dana.

Bahkan, NAB reksa dana nasional sepanjang Januari 2017 telah mencapai Rp353,24 triliun. Awal tahun ini, jumlah reksa dana yang beredar di pasar bertambah 22 produk baru menjadi total 1.436 produk pada akhir Januari 2017.

Bank Sebagai Agen

Selain sebagai investor, bank juga merupakan agen terbesar penjualan reksa dana. Salah satunya, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).

Head of Individual Customer Solutions, Retail Banking OCBC NISP Ka Jit menuturkan, pihaknya sudah bekerjasama dengan enam manajer investasi dengan jumlah varian reksa dana lebih dari 50 produk.

Ka Jit pun melihat, industri reksa dana masih positif di tahun 2017 ini. Terutama, dengan tren ekonomi domestik yang positif dan kondisi suku bunga yang cukup rendah. “Harusnya reksa dana saham yang paling terpengaruh kondisi ekonomi yang membaik dan suku bunga rendah,” kata Ka Jit.

Adapun dia melihat, penjualan reksa dana di OCBC NISP mengalami peningkatan pada Januari dan diperkirakan akan semakin tinggi mulai kuartal II mendatang. (hm)