Pasar Saham Murah Seperti Krisis 2008, Potensi Reksadana Saham

Hanum Kusuma Dewi • 10 Mar 2021

an image
Ilustrasi pasar saham dan IHSG yang menguat atau bullish dilambangkan dengan gambar banteng. (shutterstock)

Dalam bull case, IHSG diperkirakan bisa mencapai 7.100 di akhir 2021

Bareksa.com - Valuasi pasar saham Indonesia saat ini dinilai sudah murah seperti saat krisis keuangan global (GFC) 2008. Kondisi ini menjadi potensi kenaikan bagi reksadana berbasis Saham

Erwan Teguh, Head of Research PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa ketika krisis keuangan global 2008, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terlihat dari rasio harga terhadap laba atau price to earning ratio (PER) anjlok. Tak lama kemudian dalam dua tahun, valuasi IHSG kembali naik 3 standar deviasi. 

"Kami lihat pasar saham saat ini mirip dengan kondisi pasca krisis keuangan global 2008. Valuasi IHSG sangat murah dan bisa naik dalam 3 standar deviasi, didorong oleh harga komoditas yang naik dan capex cycle," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan Principal Institute, 10 Maret 2021. 

Grafik PER IHSG dan Pertumbuhan Laba
Sumber: Presentasi CGS-CIMB

Riset CGS-CIMB memperkirakan, target IHSG pada akhir tahun ini dalam kisaran 5.800 hingga 7.100, yang terbagi dalam tiga skenario yaitu skenario dasar (base case), skenario terbaik (bull case) dan terburuk (bear case).

Dalam base case, target IHSG mencapai 6.400 pada akhir 2021, atau naik sekitar 7 persen dari penutupan akhir tahun lalu. Dalam skenario dasar ini, pertumbuhan laba tahun 2021 diperkirakan naik 37 persen. 

Dalam bull case, target IHSG mencapai 7.100, pada akhir 2021, atau naik sekitar 19 persen dari penutupan akhir tahun lalu. Diperkirakan pertumbuhan laba tahunan 10-15 persen, didorong oleh pemulihan konsumsi yang lebih cepat dari ekspektasi. 

"Faktor utama yang mendukung adalah pertumbuhan sebelum pertengahan 2021 dan perayaan Idul Fitri, serta dampak Omnibus Law yang menarik investasi asing sehingga mendorong lapangan kerja dan konsumen," jelas Erwan. 

Sementara itu, dalam bear case, target IHSG hanya 5.800 di akhir 2021, atau turun tipis dari penutupan tahun lalu. Dalam skenario ini, pertumbuhan ekonomi di bawah ekspektasi karena belanja pemerintah terhambat dan konsumsi yang lemah. 

Dengan valuasi yang terbilang murah, ini adalah momentum yang baik untuk masuk di pasar saham karena potensinya akan tumbuh tinggi. Ibarat toko sedang diskon, investor bisa membeli saham-saham berkinerja baik di harga murah.

Potensi pertumbuhan IHSG pada tahun ini bisa mendorong kinerja reksadana berbasis saham, khususnya reksadana saham. Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas portofolionya adalah saham. 

Reksadana saham memiliki risiko tinggi karena bisa berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi memberi hasil tinggi dalam jangka panjang. Reksadana saham disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi (agresif) dan untuk jangka panjang. 

Reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan dalam aset-aset keuangan seperti saham, obligasi dan pasar uang. Reksadana adalah investasi resmi yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

***

 Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini

- Beli reksadana, klik tautan ini

- Pilih reksadana, klik tautan ini

- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

 DISCLAIMER

Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.