MAMI : Dua Faktor Pendukung Pasar Saham Tahun Depan dan Strategi Investasi Jelang Akhir 2020

Abdul Malik • 16 Nov 2020

an image
Logo Manulife di kantor pusat di Toronto, Kanada (Shutterstock)

BKPM mengindikasikan ada tujuh perusahaan yang pindah ke Indonesia dengan perkiraan investasi US$850 juta

Bareksa.com - Andrian Tanuwijaya, Portfolio Manager - Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyatakan pasar finansial menyambut positif proyeksi kemenangan Joe Biden di Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Skenario kemungkinan Kongres AS yang terpecah karena sebagian dikuasai oleh Partai Demokrat dan sebagian lagi oleh Partai Republik, diperkirakan justru akan berdampak positif bagi pasar saham.

"Sebab kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh Kongres akan lebih seimbang, termasuk dalam perpajakan. Ancaman kenaikan suku bunga juga mereda di tengah prospek stimulus fiskal yang diperkirakan tidak akan sebesar jika dibandingkan dengan skenario blue wave," ujar Andrian dalam ulasan pasar terbaru Seeking Alpha Edisi November 2020 (16/11/2020).

Skenario blue wave merupakan kemenangan mutlak Partai Demokrat. Menurut Andrian, dalam hal perdagangan global dan kebijakan luar negeri, pemerintahan Joe Biden akan mengadopsi kebijakan yang lebih santun, diplomatis, dan tidak konfrontatif dibandingkan dengan pemerintahan Donald Trump. Meskipun dia memperkirakan ketegangan antara Amerika Serikat dan China masih akan berlanjut. Berkurangnya faktor ketidapastian terkait Pemilu AS dan harapan yang lebih konstruktif terhadap perdagangan global diperkirakan akan mendorong sentimen yang lebih positif terhadap aset negara berkembang seiring dengan turunnya equity risk premium.

"Ke depannya penting untuk memperhatikan isu dan perkembangan makro di mana hal tersebut akan membentuk dan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintahan AS di masa mendatang," ungkapnya. 

Omnibus Law dan Ketidakpastian Akibat Pandemi Covid-19

Andrian menyatakan sejatinya Omnibus Law ini adalah deregulasi terhadap beberapa peraturan yang mencakup ketenagakerjaan, kemudahan berbisnis, perampingan administrasi pemerintah, perpajakan dan pengadaan lahan, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing investasi Indonesia. Akibat dari pandemi tingkat pengangguran Indonesia di bulan Agustus mencapai level tertinggi sejak 2011 yakni mencapai 7,1 persen atau setara dengan 9,8 juta orang.

Perang dagang antara AS dan China juga memicu banyaknya perusahaan asing keluar dari China dan mencari negara baru sebagai basis produksi. Itulah sebabnya pemerintah Indonesia berusaha untuk mempercepat pengesahan Omnibus Law untuk mempermudah investasi agar bisa mendapat kesempatan dari relokasi perusahaan dalam upaya mendorong penciptaan lapangan pekerjaan di dalam negeri.

"Kami menilai bahwa reformasi regulasi melalui Omnibus Law dapat menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah hingga panjang khususnya di bidang investasi. Eksekusi dan implementasi yang konsisten menjadi sangat penting, dibutuhkan peraturan pendukung yang kuat untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," dia menjelaskan.

Potensi Relokasi Investasi ke RI

Andrian mengatakan bukti anekdotal menunjukkan mulai terjadi diversifikasi rantai pasokan terhadap Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengindikasikan ada 7 perusahaan yang pindah ke Indonesia dengan perkiraan investasi US$850 juta dan potensi lapangan kerja mencapai 30.000 orang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan pemerintah menargetkan 143 perusahaan asing relokasi ke Indonesia dengan potensi penyerapan tenaga kerja sekitar 300.000 orang. "Disebutkan sebagian besar perusahaan yang melakukan relokasi adalah dari China," kata Andria.

Seiring dengan dibukanya kembali aktivitas ekonomi, pemulihan kinerja (earnings) perusahaan menjadi indikator penting yang dapat mendorong penguatan pasar saham lebih lanjut. Menurut Andrian, sejauh ini total laba bersih kuartal ketiga membukukan pemulihan yang cukup baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, tumbuh 35 persen secara kuartal per kuartal (QoQ) dan penurunan secara tahunan telah mengecil ke sekitar minus 30 persen YoY.

Sektor yang memberikan kontribusi kuartalan positif terbesar mayoritas dari sektor siklikal seperti komoditas, perbankan, dan discretionary yang sempat tertekan selama kuartal II 2020. Jumlah emiten yang berhasil membukukan laba di atas ekspektasi juga meningkat.

"Hal ini jelas menunjukkan bahwa ekspektasi pasar saat ini sudah sangat konservatif sehingga peluang adanya earnings upgrade dari angka konsensus cukup besar," papar Andrian.

Partisipasi Investor Domestik

Sepanjang tahun ini, partisipasi investor domestik sangat membantu kinerja pasar saham, khususnya di tengah aliran dana investor asing yang masih terus lari keluar dari Indonesia. Menurut Anrian, secara fundamental pasar saham Indonesia semakin menarik ditopang oleh pemulihan earnings, stabilitas makro ekonomi dan valuasi yang juga relatif murah jika dibandingkan dengan negara kawasan.

"Selama pasarnya suportif – didukung oleh fundamental yang baik tadi – maka mestinya partisipasi investor domesik pada pasar saham Indonesia masih akan berlanjut. Kami memperkirakan sentimen investor asing terhadap pasar saham Indonesia akan mengalami normalisasi setelah pandemi dapat terkelola lebih baik. Ke depannya, kombinasi dari investor domestik dan harapan pembalikan sentimen investasi investor asing berpotensi mendorong penguatan pasar yang lebih menyeluruh dan berkesinambungan," dia menjelaskan.

Dua Faktor Pendukung Pasar

Andrian memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kinerja pasar saham Indonesia tahun depan didukung oleh beberapa faktor di antaranya :

1. Dari sisi internal

· Tren pemulihan pertumbuhan earnings perusahaan sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.
· Kurva Covid-19 yang cenderung melandai baik dari tingkat infeksi dan tingkat kematian, perkembangan positif distribusi vaksin diharapkan dapat memberikan sentimen yang positif terhadap ekonomi riil dan pasar finansial.
· Pengesaham Omnibus Law yang berpotensi menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.
· Valuasi pasar saham Indonesia yang cukup menarik – baik dibandingkan secara historis maupun relatif terhadap kelas aset lainnya, berpotensi mendorong penguatan pasar saham lebih tinggi lagi.

2. Dari sisi eksternal ​

· Didukung oleh hasil dari pemilu AS, meskipun diperkirakan tidak menghilangkan ketegangan geopolitik sepenuhnya terkait dengan konflik dagang, namun besar kemungkinan pendekatan yang dilakukan akan lebih tidak konfrontatif dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya sehingga gejolak pasar terutama di negara berkembang akan berkurang.

Dua Risiko Pasar

Andrian mengungkapkan setidaknya terdapat dua risiko pasar yang harus dicermati investor saat ini :

1. Penundaan ketersediaan vaksin

Perkembangan vaksin merupakan salah satu faktor utama pemicu optimisme pasar karena diyakini bahwa vaksin dapat menjadi solusi terhadap penyebaran pandemi dan mengembalikan aktivitas kehidupan dan ekonomi menjadi lebih normal.

2. Reformasi tidak dijalankan dengan baik

Jika peraturan pendukung tidak keluar tepat waktu dan tepat sasaran maka dapat menganggu pemulihan ekonomi karena dibutuhkan peraturan pendukung yang kuat untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Di samping itu penolakan publik yang berlarut-larut juga dapat mengganggu aktivitas ekonomi.

"Menjelang akhir tahun yang hanya tinggal satu setengah bulan lagi, maka strategi investasi kami akan difokuskan pada sektor siklikal yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi domestik maupun global pada tahun depan. Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali," Andrian menambahkan.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.