Tren Produk Keuangan akan Makin Kompleks, Butuh Pengawasan Terintegrasi

Bareksa • 28 Aug 2020

an image
ilustrasi diversifikasi portofolio yang digambarkan dengan kotak-kotak jenis investasi reksadana saham obligasi komoditas reits etf di dalam keranjang belanja di atas komputer laptop.

Ke depan produk industri keuangan semakin kompleks dan menyatu, sulit memisahkan mana produk perbankan atau investasi

Bareksa.com - Direktur Anugerah Mega Investama dan Dosen Magister Ekonomi Terapa MET Universitas Atmajaya, Hans Kwee, memperkirakan ke depan produk industri keuangan akan semakin kompleks dan menyatu. Agak sulit memisahkan mana produk perbankan, pasar modal atau asuransi secara murni. "Hal ini mendorong pengawasan industri keuangan harus terintegrasi untuk menghindari potensi penyelewengan atau pelanggaran yang dilakukan," ujarnya dalam keterangannya (28/8/2020). 

Menurut Hans, ada beberapa pelanggaran di masa lalu bisa terjadi karena koordinasi dan kekurangpahaman ketika pengawasan dilakukan terpisah. Tetapi ada juga pelanggaran terjadi karena memanfaatkan celah pengawasan ketika pengawasan dilakukan terpisah. Dulu ketika pengawasan terpisah oleh Bapepam dan Bank Indonesia, ada kasus Bank Century dan PT Antaboga Delta Sekuritas.

"Pemanfaatan celah pengawasan membuat sebuah investasi tanpa izin resmi dapat di pasarkan ke masayarakat. Hal ini membuat pemeriksaan tidak maksimal karena sulit membedakan produk pasar modal atau perbankan. Ketika celah ini dimanfaatkan maka masyarakat atau nasabah akan menjadi korban," ungkap Hans.

Setelah pengawasan terintegrasi di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kata Hans, celah pelanggaran menjadi lebih sulit terjadi. Pengawasan terintegrasi di dukung pengawasan secara online dan real time mampu mencegah praktek curang di industri keuangan yang sangat kompleks saat ini. Saat ini koordinasi antar lembaga memang agak sulit ditambah perbedaan pemahaman antar lembaga.

"Memecah pengawasan terintegrasi yang ada saat ini dan mengembalikan pengawasan seperti dahulu adalah sebuah kemunduran. Apalagi jika hal tersebut dilakukan di tengah krisis pandemi Covid 19 bisa menimbulkan gangguan stabilitas sistem keuangan," Hans mengungkapkan.

Dia menjelaskan semakin kompleksnya produk keuangan, seiring perkembangan ekonomi yang telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai naiknya kekayaan masyarakat individual. Di Indonesia ada semakin banyak orang kelas menengah dan atas. Hal ini mendorong permintaan atas produk keuangan untuk investasi dan diversifikasi semakin tinggi.

"Kita melihat telah terjadi perkembangan industri keuangan yang semakin maju dan kompleks sehingga produk keuangan yang dibutuhkan juga lintas sektor," kata Hans.

Saat ini salah satu bisnis perbankan adalah melayani high net worth individual – HNWI melalui divisi wealth management. Menurut Hans, orang dianggap kelompok HNWI bila memiliki kekayaan yang likuid di atas US$1 juta. Kelompok ini dan kelas menengah mengincar investasi yang memiliki return tinggi dengan konsekuensi risiko tinggi.

Saat ini bank banyak mencari pendapatan lewat fee based income dengan menjual berbagai produk pasar modal dan asuransi. Bank punya tim hubungan investor (RM) yang bertugas menawarkan produk reksadana kepada nasabah mereka baik dengan memindahkan deposito ataupun penempatan dana baru. Selain itu produk asuransi juga banyak di tawarkan di perbankan saat ini.

Perusahaan Asuransi juga membuat produk unit link di mana terjadi penggabungan asuransi dan investasi untuk memberikan manfaat lebih besar kepada nasabah. Perusahaan asuransi jiwa menawarkan produk gabungan investasi dan asuransi untuk menarik minat masyarakat. Perusahaan asuransi umum banyak yang menempatkan dana premi dalam produk keuangan baik diperbankan maupun investasi di pasar modal.

Deputi Komisioner Humas Logistik OJK, Anto Prabowo, sebelumnya menyatakan optimalisasi berbagai kebijakan di industri jasa keuangan telah membuahkan hasil. Kesimpulan itu merupakan hasil asesmen Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) pada Agustus 2020. 

"Penguatan peran sektor jasa keuangan (supply side) dengan berbagai stimulus bisa membantu mendorong kembali gerak roda perekonomian (demand side), dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang baik, sehingga dapat memulai tahapan pemulihan ekonomi nasional," ungkap Anto.

"Pengawasan terintegrasi yang selama ini diperankan oleh OJK dapat memperkuat pengawasan terhadap konglomerasi keuangan yang menawarkan produk dan jasa keuangan yang bersifat hybrid antara produk perbankan, asuransi dan investasi di pasar modal yang bermuara pada terciptanya kestabilan sistem keuangan," ungkap Anto.

Pengawasan terintegrasi dapat mendeteksi lebih dini potensi risiko terhadap stabilitas sektor jasa keuangan dan mendukung pula terlaksananya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) secara menyeluruh.

OJK, kata dia, mendorong digitalisasi sektor jasa keuangan dengan menyiapkan ekosistem informasi yang andal dalam rangka mempercepat layanan kepada masyarakat. "OJK juga melakukan pengawasan berbasis teknologi melalui berbagai aplikasi yang telah dibangun OJK, termasuk Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen," ujar Anto. 

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.