
Bareksa - Lonjakan permintaan investasi membuat pasar emas kini berada di wilayah jenuh beli (overbought) dan rawan koreksi jangka pendek, menurut laporan terbaru World Gold Council (WGC) dilansir Kitco News (9/10).
Meski begitu, lembaga tersebut menilai fundamental harga emas masih solid, ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga global, gejolak geopolitik, serta potensi volatilitas di pasar saham pada Oktober, bulan yang secara historis kerap diwarnai gejolak.
“Selama tidak terjadi krisis likuiditas besar, peluang emas untuk bertahan di level tinggi tetap terbuka, bahkan bisa melanjutkan kenaikan bila terjadi koreksi di pasar saham,” tulis analis WGC dalam laporannya.
Harga emas dunia sempat menembus US$4.000 per ons, sebelum terkoreksi akibat aksi ambil untung. Menurut WGC, reli tajam tersebut didorong oleh lonjakan permintaan dari produk exchange-traded fund (ETF) yang mencatat rekor inflow sepanjang kuartal III 2025.
Pada September 2025, tercatat 145,6 ton emas senilai lebih dari US$17,3 miliar masuk ke ETF global, setara dengan lebih dari 60% dari total inflow kuartal tersebut. Secara total, kepemilikan ETF emas bertambah 221,7 ton (US$26 miliar), mendorong nilai aset kelolaan ETF emas ke rekor tertinggi sepanjang masa, hanya 2% di bawah puncak November 2020.
Secara regional, Amerika Utara memimpin aliran dana dengan inflow 88,4 ton (US$10,5 miliar), ditopang pelemahan dolar AS dan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin. Eropa juga mencatat inflow selama lima bulan berturut-turut, dengan tambahan 37,3 ton (US$4,4 miliar) karena investor mencari lindung nilai terhadap stagflasi dan ketidakpastian kebijakan moneter. Di Asia, kepemilikan ETF meningkat 17,5 ton (US$2,1 miliar), terutama berkat India yang mencatat inflow US$902 juta akibat melemahnya pasar saham domestik dan meningkatnya permintaan aset aman.
WGC memperingatkan reli cepat dan derasnya aliran dana membuat pasar emas “terlalu panas”, namun menegaskan momentum bullish belum berakhir. Penurunan suku bunga global, pelemahan dolar, serta kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dunia masih menjadi bahan bakar utama penguatan harga emas hingga akhir tahun.
(AM)
***
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.