Mandiri Investasi Siapkan Ekosistem Hadapi Era Disruptions

Bareksa • 05 Mar 2020

an image
Kiri ke kanan: Halim Haryono - Deputi Direktur Pengawasan & Pengembangan Pengelolaan Investasi OJK, Alvin Pattisahusiwa - Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi, dan Rino Donosepoetro - CEO Standard Chartered Bank Indonesia pada peluncuran Reksa Dana MIPU2, Jakarta, 21 Mei 2019.

Reksadana Mandiri Investa Pasar Uang 2 untuk mendukung ekosistem digital dengan menyasar e-wallet dari industri fintech

Bareksa.com - PT Mandiri Manajemen Investasi atau Mandiri Investasi menyampaikan complimentary ecosystem agar para investor tetap dapat berinvestasi secara optimal di tengah situasi perekonomian global dan nasional saat ini. Tak ayal, investor diharapkan bisa memperoleh solusi investasi yang inovatif.

"Mandiri Investasi telah menyiapkan berbagai ekosistem dalam mensiasati era disruptions ini. Contohnya kami memiliki produk reksadana yang memiliki fitur pencairan di hari yang sama (sameday settlement atau ‘T+0’) yang dikenal dengan nama Reksadana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU2)," kata Alvin saat membuka Market Outlook dengan tema The Wind of Change: Surviving The Age of Disruptions di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Alvin seperti dikutip keterangan resmi Mandiri Investasi yangd diperoleh Bareksa, menjelaskan Reksadana Mandiri Investa Pasar Uang 2 untuk mendukung ekosistem digital dengan menyasar e-wallet dari industri fintech.

Reksadana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU2) sendiri diluncurkan Mandiri Investasi pada 15 Maret 2018, dengan bank kustodiannya Standard Chartered Bank.


Sumber : Bareksa

Adapun kebijakan investasi Mandiri Investasi pada MIPU2 adalah investasi dengan komposisi portofolio investasi yaitu 100 persen dari Nilai Aktiva Bersih pada instrumen pasar uang.

"Selain itu, Mandiri Investasi juga telah memiliki produk Reksadana all weather fund yaitu Reksadana Mandiri Investasi Obligasi Nasional bagi investor yang ingin memilliki fleksibilitas untuk berinvestasi dalam surat utang negara berdenominasi USD (dolar Amerika Serikat) dan atau Rupiah," jelas Alvin.

Lebih lanjut dia menjelaskan Mandiri Investasi juga memiliki produk reksadana yang telah dipercantik dengan tema global disruption yaitu Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED). "Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar berinvestasi pada portofolio efek syariah luar negeri yang memiliki kemampuan untuk melakukan disruptions pada level
global," kata Alvin.

Mandiri Investasi meluncurkan Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar pada 4 Agustus 2016, dengan bank kustodiannya Citibank N.A. Disebutkan, kebijakan investasi Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar adalah 0 persen - 20 persen pada pasar uang syariah, 80 persen - 100 persen pada saham syariah, 0 persen - 20 persen pada Sukuk, dan min 51 persen pada efek luar negeri.


Sumber : Bareksa

Sementara itu komposisi portfolio Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar, pada pasar uang 5,55 persen selanjutnya pada saham 94,45 persen.

Alvin menyatakan Mandiri Investasi juga memiliki produk yang memberikan disruptions kepada produk konvensional industri reksadana yaitu produk-produk investasi alternatif seperti Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur (KIK DINFRA), dan Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT).  "Kami juga berencana menerbitkan produk inovatif Investasi Alternatif lainnya," imbuhnya.

Dengan produk-produk tersebut, Mandiri Investasi yakin dana kelolaan tahun ini bisa tumbuh 13,79 persen dengan targetnya Rp66 triliun, naik dibandingkan posisi dana kelolaan Rp58 triliun pada akhir 2019. (hm)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.