Ini Permintaan Menteri Luhut Agar OVO Lebih Berkontribusi Kepada Negara

Bareksa • 14 Oct 2019

an image
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan (ketiga kiri), Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (ketiga kanan) bersama jajaran direksi OVO saat perayaan ulang tahun kedua OVO di Jakarta, Sabtu (12/10/2019). (OVO/ist)

Antara lain peningkatan dan pemerataan kesejahteraan kualitas hidup bagi lebih dari 300.000 mitra tradisionalnya

Bareksa.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan meminta OVO, untuk bisa berkontribusi lebih bagi bangsa dan negara. Permintaan itu menyusul aplikasi dompet digital (e-wallet) yang dikelola oleh PT Visionet Internasional, resmi dinyatakan menjadi unicorn kelima di Indonesia beberapa waktu lalu.

"Kapasitas yang semakin besar menuntut tanggung jawab yang lebih besar. Karena itu OVO sebagai leading digital payment platform di Indonesia, sudah saatnya berkontribusi lebih untuk bangsa, melalui program CSR (Corporate Social Responsibility)," katanya seperti dilansir dari Antara, Ahad (13/10/2019).

Pesan tersebut diungkapkan Luhut saat menghadiri perayaan ulang tahun kedua OVO di Jakarta, Sabtu (12/10/2019). Ia menjadi tamu kehormatan di acara yang juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, perwakilan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan serta jajaran direksi OVO.

Luhut memberi contoh kontribusi yang dapat dilakukan unicorn kelima Indonesia itu, antara lain, peningkatan dan pemerataan kesejahteraan kualitas hidup bagi lebih dari 300.000 mitra tradisionalnya.

"Pendapatan para mitra akan meningkat jika added value (nilai tambah) dari produknya juga ditingkatkan. 'Added value' jugalah yang pemerintah dorong di skala nasional seperti pada industri nikel," jelasnya.

Selain itu, OVO juga dapat membangun kesadaran masyarakat mengenai bahaya sampah plastik. "OVO juga dapat memberikan penghargaan khusus bagi para mitra yang ramah lingkungan, atau bahkan diskon khusus sehingga bisa memperbanyak pembeli. Misalnya penggunaan straw atau sedotan yang ramah lingkungan pada produk minuman," katanya. Luhut juga menginginkan agar diadakan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang juga merupakan program prioritas pemerintah saat ini.

Untuk diketahui, OVO resmi dinyatakan sebagai unicorn kelima oleh Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo) Rudiantara di sela gelaran Siberkreasi di Jakarta, pekan lalu. Empat unicorn lainnya adalah GO-JEK, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka.“Saya sudah bicara dengan founder-nya, dan memang iya (sudah jadi unicorn). Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi,” ujar Rudiantara, dikutip Kompas Tekno (7/10/2019).

Menurut Rudiantara, Kemenkominfo memang menargetkan ada lima unicorn di Indonesia pada 2019. Dia mengungkap ada startup lain yang juga memiliki kemungkinan menjadi unicorn sebelum akhir tahun ini. Dia memberi isyarat bahwa startup itu bergerak di sektor pendidikan. “Secara logika, 20 persen APBN pemerintah untuk pendidikan, 5 persen untuk kesehatan. Jadi, masa sih tidak ada unicorn dari sektor itu?” pungkas Rudiantara.

Ovo menjadi layanan dompet digital yang masuk daftar 5 besar di Indonesia, menurut survei iPrice Group. Lima besar aplikasi dompet digital di Indonesia dengan pengguna terbanyak ialah Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan Jenius. Sementara, jumlah unduhan aplikasi terbanyak ialah Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan i.saku.

Valuasi

Dilansir CNBC Indonesia, dalam laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club disebutkan OVO memiliki valuasi US$2,9 miliar atau setara Rp40,6 triliun. Unicorn merupakan julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14 triliun.

CB Insights menyatakan OVO menyandang status unicorn sejak 14 Maret 2019. Pertumbuhan valuasi OVO dinilai cukup cepat bahkan melampaui valuasi Traveloka dan Bukalapak yang sudah lebih dahulu menyandang status unicorn. Adapun GO-JEK sudah berstatus decacorn karena diestimasi memiliki valuasi US$10 miliar atau setara Rp140 triliun. CB Insights tidak menjelaskan dengan detail tentang metode yang mereka gunakan untuk melakukan penilaian terhadap valuasi startup.

Pada awalnya OVO merupakan aplikasi loyalitas yang mengelola point hasil berbelanja di pusat perbelanjaan milik Lippo Group. OVO kemudian berkembang menjadi dompet digital dan mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia pada 2017. OVO kemudian menjadi alat pembayaran resmi non-tunai di semua pusat perbelanjaan milik Lippo.

OVO kemudian bekerja sama dengan Tokopedia untuk menjadi dompet digital resmi di raksasa e-commerce Indonesia menggantikan Tokocash, dompet digital milik Tokopedia. Selain itu, OVO juga bekerja sama dengan Grab, startup ride-hailing. OVO menjadi dompet digital satu-satunya yang bisa digunakan untuk pembayaran transaksi dalam platform Grab di Indonesia.

Saat ini Lippo Grup merupakan pemegang saham utama OVO. Pada Mei tahun lalu, manajemen OVO mengumumkan suntikan modal US$120 juta dari Tokyo Century Corporation. CB Insights melaporkan investor lain OVO adalah Grab dan Tokopedia.

Daftar Unicorn RI

1. GO-JEK dengan valuasi US$10 miliar (Rp140 triliun)
2. Tokopedia dengan valuasi US$7 miliar (Rp98 triliun)
3. OVO dengan valuasi US$2,9 miliar (Rp40,6 triliun)
4. Traveloka dengan valuasi US$2 miliar (Rp28 triliun)
5. Bukalapak dengan valuasi US$1 miliar (Rp14 triliun).

(*)