Memburuknya Defisit Neraca Dagang pada Januari jadi Perhatian Investor

Bareksa • 18 Feb 2019

an image
Suasana Terminal Petikemas Surabaya, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9). Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat kinerja ekspor nonmigas Jatim pada Agustus 2015 meningkat 33,4 persen dibandingkan kinerja ekspor pada Juli 2015. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

BPS mengumumkan neraca perdagangan Januari mencatatkan defisit US$1,16 miliar

Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Januari mencatatkan defisit US$1,16 miliar lantaran kinerja ekspor domestik yang turun cukup dalam. BPS menilai defisit neraca perdagangan pada Januari 2019 menjadi yang paling dalam jika dilihat dari Januari 2014.

Hal itu diungkapkan Kepala BPS Suhariyanto saat merilis angka ekspor dan impor Indonesia periode Januari 2019 di Kantor BPS Pusat, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2019).

Dia menyebut, defisit neraca dagang pada Januari 2014 sebesar US$443,9 juta, pada Januari 2015 surplus US$632,3 juta, pada Januari 2016 kembali surplus US$114 juta, pada Januari 2017 kembali surplus US$1,4 miliar, dan pada Januari 2018 defisit US$156 juta.

Kinerja ekspor Indonesia di Januari mencapai US$13,87 miliar atau turun 4,7 persen YoY, sementara kinerja impor domestik selama periode tersebut mencapai US$15,03 miliar.

Penurunan signifikan terjadi pada barang ekspor nonmigas yang terkoreksi hingga 18 persen YoY, meskipun untuk migas telah terjadi kenaikan harga 30 persen YoY.

Historical Data Ekspor Indonesia (US$ Juta)

Sumber : Tradingeconomics.com

Dari sisi volume, ekspor Indonesia Januari 2019 meningkat 13,57 persen, dengan nonmigas naik 16,7 persen, sedangkan migas turun 28,29 persen.

Dari sisi nilai, baik ekspor migas dan non migas sama-sama mencatatkan penurunan year on year masing-masing 6,72 persen dan 4,5 persen.

Namun jika dilihat, penurunan ekspor non migas lebih memberikan dampak, dimana berkontribusi hingga 91 persen terhadap total ekspor, dibanding ekspor migas yang hanya 9 persen.

Breakdown Ekspor Non-Migas (US$ Juta)

Sumber : BPS

Jika di breakdown lebih dalam, industri pengolahan merupakan sektor dengan penurunan ekspor 4,47 persen YoY atau cukup dalam secara nilai menjadi US$10,14 miliar.

Fokus Kepada Growth Ekspor, Bukan Growth Impor

Karena itu menurut analisis Bareksa, dalam rilis neraca dagang di bulan berikutnya, fokus investor tidak lagi hanya kepada defisit neraca dagang. Melainkan lebih dalam lagi untuk melihat penyebabnya.

Data neraca dagang yang defisit bisa disebabkan oleh impor yang lebih tinggi dari ekspor atau sebaliknya di mana ekspor yang melambat dibanding impor.

Jika impor dengan pertumbuhan tinggi, sewaktu-waktu dapat direm oleh pemerintah dalam sekejap, sehingga menghasilkan data neraca dagang yang optimal.

Namun, jika ekspor yang melambat, apakah dalam sekejap bisa di boost oleh pemerintah seperti hal nya menahan impor?

(KA02/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.