Utang Jangka Pendek Capai Rp50 Triliun, Apakah Keuangan Waskita Karya Aman?

Bareksa • 09 Apr 2018

an image
Pekerja meratakan permukaan jalan beton di Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauhuni-Terbanggi Besar di Desa Sabah Balau Lampung Selatan. Pembangunan jalan tol itu dilakukan oleh Konsorsium BUMN, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, serta PT Adhi Karya Tbk

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, total liabilitas tercatat Rp75,14 triliun

Bareksa.com – PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bakal menghadapi utang jangka pendek sebesar Rp50 triliun tahun ini. Jumlah tersebut merupakan bagian dari liabilitas jangka pendek Waskita Karya sebesar Rp52,3 triliun pada 2017.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis pada 12 Maret 2018, total liabilitas perseroan tercatat Rp75,14 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp52,3 triliun merupakan libilitas jangka pendek dengan jumlah utang jangka pendek senilain Rp50 triliun.

Utang jangka pendek perseroan sebagian besar dikontribusikan oleh utang bank jangka pendek Rp26,2 triliun, utang usaha pihak ketiga Rp13,1 triliun dan utang bruto subkontraktor Rp9,9 triliun,

Analis Kresna Sekuritas, Andreas Kristo, menuturkan risiko Waskita mengalami gagal bayar utang tahun ini tetap ada. Tetapi, dia melihat perseroan telah melakukan upaya dan strategi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tahun ini.

Dengan total ekuitas Rp22,7 triliun, rasio total utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) Waskita sudah mencapai 3,1 kali. Total utang perseroan tercatat Rp72,1 triliun.

“Beberapa proyek Waskita akan selesai tahun ini dan bakal mendapatkan pembayaran,” ujarnya kepada Bareksa di Jakarta, Senin, 9 April 2018.

Waskita juga banyak mengerjakan proyek pembangunan jalan tol dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun berlaku juga sebagai investor, Waskita tidak berniat menjadi operator jalan tol sehingga bakal menjual ruas-ruas tol yang sudah selesai dibangun.

Dia melanjutkan, Waskita juga sudah menyiapkan strategi untuk pembayaran proyek yang kemungkinan akan dibayar terlambat oleh pemerintah. Waskita akan menjaminkan piutang pemerintah untuk mendapatkan pinjaman baru melalui skema factoring.

Apabila tetap ada pembayaran proyek yang tertunda, kemungkinan Waskita akan mencari pinjaman baru untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun mendapatkan pinjaman baru, beban bunga dari pinjaman tersebut nantinya bakal dibebankan kepada pemilik proyek sehingga tidak ada beban baru bagi keuangan Waskita.

Tren Harga Saham

Harga saham Waskita sejak pertengahan Maret 2018 berada dalam tren melemah. Andreas memandang hal tersebut terjadi karena isu kecelakaan dan perombakan jajaran direksinya.

Terkait isu kecelakaan kerja, dari sejumlah rekomendasi sanksi untuk Waskita, baru pergantian direksi yang telah dilakukan. Dia menilai investor masih khawatir bakal ada denda yang perlu ditanggung Waskita yang tidak terekspose kepada publik.

“Mungkin sekarang tidak terekspose, tetapi nantinya bakal masuk ke dalam laporan keuangan Waskita,” terangnya.

Perombakan jajaran direksi Waskita juga kemungkinan akan menggangu kinerja perseroan minimal hingga satu tahun mendatang. Hal tersebut terjadi karena jajaran direksi baru perlu beradaptasi terkait kondisi perusahaan.

Dengan sejumlah masalah dan tantangan Waskita, Andreas masih tetap yakin kondisi operasional dan keuangan perseroan masih akan tetap aman ke depan. Andreas berpendapat, Waskita telah menjalankan misi pemerintah dalam membangun infrastruktur dengan porsi proyek cukup besar.

“Pemerintah pastinya akan mendukung Waskita,” kata dia. Dia masih merekomendasikan buy saham Waskita dengan target harga Rp3.300 tahun ini.

Pekan lalu, 4 April 2018, pemegang saham sepakat merombak jajaran direksi Waskita Karya. Direktur Utama PT Hutama Karya, I Gusti Ngurah Putra didapuk menjadi Direktur perseoran baru menggantikan Muhamad Choliq.

Berikut adalah susunan direksi Waskita Karya yang baru:

Direktur Utama: I Gusti Ngurah Putra
Direktur Human Capital Management: Hadjar Seti Adji
Direktur Keuangan: Haris Gunawan
Direktur Operasi I: Didit Oemar Prihadi
Direktur Operasi II: Bambang Rianto
Direktur Operasi III: Fery Hendriyanto
Direktur Quality, Health, Safety & Environment: Wahyu Utama Putra

(AM)