Sektor Tambang Membaik, United Tractors Tak Ubah Target Penjualan

Bareksa • 14 Oct 2016

an image
Alat berat milik United Tractors. (company)

"Pemilik tambang masih wait and see untuk memastikan harga batub ara stabil sampai tahun depan."

Bareksa.com – Perbaikan industri pertambangan Indonesia, khususnya sektor batubara terkait kenaikan harga batubara acuan (HBA), tak otomatis mendorong industri pendukungnya. Salah satunya sektor alat berat.

Tengok saja proyeksi penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR). Sampai saat ini, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini, masih mempertahankan target penjualannya.

Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis menerangkan, pemilik tambang masih wait and see untuk memastikan harga batubara stabil sampai tahun depan. Dengan begitu, kata Sara, belum tercermin adanya peningkatan pesanan alat berat.

“Proyeksi penjualan alat berat masih belum berubah, masih sama dengan tahun lalu atau sekitar 2.000 unit,” tutur Sara kepada Bareksa, Rabu, 12 Oktober 2016.

Grafik: Penjualan Komatsu United Tractors hingga Agustus 2016

Sumber: United Tractors

Hingga Agustus, penjualan alat berat Komatsu United Tractors baru mencapai 1.385 unit, atau 69,25 persen dari targetnya di tahun ini. Catatan itu turun 17,9 persen dari posisi Agustus 2015 1.687 unit.

Anak Usaha

Selain belum berpengaruh kepada penjualan alat berat, Sara juga menyampaikan, perbaikan industri tambang batu bara juga tak mengubah kontribusi anak usaha United Tractors yang bergerak di bidang kontraktor tambang dan pemilik tambang.

Dua anak usaha United Tractors itu adalah PT Pamapersada Nusantara dan PT Tuah Turangga Agung. Hingga Juni lalu, dua anak usaha United Tractors menyumbang penjualan Rp14,76 triliun atau 65,39 persen dari total pendapatan Rp22,56 triliun.

“Kontribusi anak perusahaan masih sama presentasenya seperti yang tercermin pada semester I lalu,” imbuh Sara.

Di sisi lain, United Tractors sudah merealisasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$60 juta. Angka ini, setara dengan 30 persen dari total anggaran capex tahun ini US$200 juta.

Sara menambahkan, pihaknya belum bisa memproyeksikan pertumbuhan bisnisnya di tahun depan. “Kami masih dalam proses mengolah data untuk penyusunan rencana tahun depan,” katanya. (hm)