Pasar Saham Bimbang Investor Jangan Ikutan Galau, Ini Strategi Investasi Bareksa

Hanum Kusuma Dewi • 05 Jul 2022

an image
Ilustrasi investor galau bimbang di tengah persimpangan jalan menghadapi pasar keuangan dan investasi reksadana saham obligasi. (shutterstock)

Masih ada reksadana pendapatan tetap yang mencatat kinerja 31,5 persen dalam 3 tahun terakhir

Bareksa.com - Pergerakan pasar saham dalam tiga pekan terakhir cenderung mendatar, sehingga membuat mayoritas kinerja reksadana saham dan reksadana indeks tertahan sementara. Apa sebaiknya strategi yang diambil oleh investor? Simak ulasan berikut. 

Sentimen Global 

Lockdown yang dilakukan Pemerintah China selama beberapa bulan terakhir serta efek perang Rusia-Ukraina membuat rantai pasokan global terganggu dan menurunkan ketahanan pangan. Sentimen ini membuat investor global mengalami fase bimbang untuk menentukan arah investasi pada semester kedua.

Dalam rapatnya pekan lalu, negara anggota G7 sepakat akan memberikan bantuan pangan sebesar US$4,5 miliar untuk mengatasi gangguan rantai pasokan global. Mereka juga memutuskan untuk melanjutkan sanksi embargo terhadap produk yang dijual oleh Rusia hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

Dengan semakin menipisnya cadangan gas di kawasan Eropa, membuat Jerman, Prancis dan Polandia berencana mengaktifkan kembali pembangkit listrik batu bara mereka. Hal merupakan imbas dari kebijakan embargo pembelian minyak, gas dan batu bara dari Rusia.

Dengan prospek tersebut, Indonesia sebagai salah satu penghasil batu bara terbesar di dunia berpotensi mendapatkan keuntungan. Tim Analis Bareksa melihat pada kuartal ketiga, menjelang musim dingin, tidak menutup kemungkinan harga batu bara akan kembali naik atau tetap berada di level tinggi seperti saat ini di kisaran US$380 per ton (per 30 Juni 2022). 

Baca juga Pasar Sedang Anyep? Ini Strategi Robo Advisor Bareksa Agar Terus Cuan


Risiko Inflasi

Di Lain sisi, pasar keuangan global masih mencermati arah kebijakan dari Bank Sentral Amerika Serikat setelah Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan kondisi perekonomian AS saat ini berada pada level yang baik. Jerome Powell juga mengatakan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi ke kondisi yang normal. 

Korelasi Kenaikan Harga Minyak dan Inflasi Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, Bloomberg

Tim Analis Bareksa melihat bahwa inflasi Indonesia pada bulan Juni 2022 mencapai sebesar 4,35% secara tahunan di tengah kenaikan harga pangan yang terjadi selama beberapa minggu terakhir. Bareksa juga memproyeksikan inflasi akan berada pada level 4,5-5,5% pada tahun ini. 

Inflasi masih akan didorong oleh tingginya harga minyak dunia yang akan mempengaruhi harga impor barang, baik barang langsung konsumsi dan bahan baku. Biaya logistik merupakan salah satu komponen tertinggi penyebab kenaikan harga barang saat ini, dan tentu akan menjadi penyumbang kenaikan inflasi di semester II 2022.

Baca juga Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen

Apa yang harus dilakukan investor?

Dengan melihat sejumlah kondisi di atas, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut.

  • Investor dengan profil risiko agresif dapat wait and see terlebih dulu dan cermati reksadana saham dan reksadana indeks basis saham kapitalisasi besar (Big Caps) dan sektor energi jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan.
  • Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap basis obligasi korporasi karena potensi pelemahan yield SBN ke level yang lebih tinggi menanti rilis kenaikan agresif suku bunga dolar bulan Juli. 
  • Lalu untuk semua jenis profil risiko, ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksadana pasar uang

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Kinerja Reksadana 

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Capital Money Market Fund

4.61%

18.10%

Syailendra Dana Kas

3.79%

15.86%

Setiabudi Dana Pasar Uang

3.55%

15.98%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

4.67%

18.11%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

6.04%

31.50%

Sucorinvest Stable Fund

7.30%

-

Reksa Dana Saham 

YtD

1 Tahun

Avrist Ada Saham Blue Safir

8.11%

20.80%

BNP Paribas Sri Kehati

7.58%

22.99%

Principal Index IDX30 Kelas O

7.51%

18.95%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 29 Juni 2022

Kinerja Reksadana Syariah 

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4.49%

18.30%

Syailendra Sharia Money Market Fund

4.18%

16.31%

Capital Sharia Money Market

3.52%

14.48%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

Mandiri Investa Dana Syariah

3.52%

15.30%

Bahana Mes Syariah Fund Kelas G

2.54%

18.27%

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A

1.97%

20.52%

Reksa Dana Saham

YtD

1 Tahun

Batavia Dana Saham Syariah

5.47%

13.40%

Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A

3.64%

9.72%

BNP Paribas Pesona Syariah

3.44%

9.18%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 29 Juni 2022

Baca juga Investasi Pakai Robo Advisor Bareksa, Raih Reksadana Hingga Rp50 Ribu

(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/hm)

* * * 

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.