
Bareksa Insight - Pemerintah AS resmi mengalami shutdown karena anggaran yang belum disetujui. Hal ini berpotensi menekan pasar saham dan nilai tukar dolar AS, sehingga menjadi peluang untuk investor beli di harga murah. Investor Bareksa dapat memanfaatkan ini untuk masuk ke saham teknologi AI yang berpotensi naik jangka panjang dan mengambil keuntungan dari potensi penguatan dolar, dengan membeli reksadana dolar (USD).
Tim Analis Bareksa memandang, setiap kali isu government shutdown mencuat di Amerika Serikat, pasar global biasanya bereaksi dengan volatilitas. Shutdown terjadi ketika pemerintah tidak mendapatkan persetujuan anggaran sehingga sebagian layanan publik terhenti. Namun, bagi investor pasar modal, data historis menunjukkan bahwa dampaknya terhadap indeks saham tidak selalu negatif.
Data yang diolah Bareksa menunjukkan, sejak 1976, sudah ada 20 kali government shutdown di AS. Dari catatan tersebut, indeks S&P 500 justru memiliki 55% peluang untuk naik, dengan rata-rata kenaikan 1,9% pada periode positif, meski saat terkoreksi rata-rata penurunannya -2,1%. Artinya, shutdown lebih sering dipandang sebagai noise jangka pendek ketimbang pemicu krisis fundamental.
Di sisi lain, investor tidak bisa menutup mata terhadap megatrend yang sedang berlangsung: kebangkitan teknologi AI. Menurut riset Grand View Research, pasar AI di AS bernilai US$42 miliar pada 2023 dan diproyeksikan melonjak menjadi US$219 miliar pada 2030. Lonjakan ini didorong oleh adopsi AI di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, keuangan, manufaktur, hingga transportasi.
Faktor ini penting karena sektor teknologi—khususnya AI—menjadi salah satu motor penggerak utama indeks saham AS, termasuk Nasdaq. Dengan demikian, meskipun ada potensi volatilitas akibat shutdown, prospek jangka menengah–panjang sektor ini tetap sangat menjanjikan.
Oleh karena itu, reksadana USD basis saham teknologi, terutama AI dan Transformasi Digital masih bisa jadi investasi menarik untuk jangka panjang. Dalam setahun terakhir, kinerja reksadana saham USD yang berinvestasi di saham teknologi mencapai return 10,18% (per 30 September 2025).
Tabel: Daftar Reksadana Saham USD di Bareksa
Nama Reksadana | Jenis | 3 Bulan | 1 Tahun |
BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD | Saham | 10,18% | 19,72% |
BNP Paribas Cakra Syariah USD Kelas RK1 | Saham | 6,95% | 8,58% |
Mandiri Global Sharia Equity Dollar Kelas A | Saham | 5,56% | 8,10% |
Sumber: Bareksa, kinerja per 30/9/2025
Bagi investor Indonesia, selain potensi dari saham teknologi besar di AS, juga bisa merasakan lindung nilai (hedging) dari penguatan dolar. Untuk investor dengan profil risiko rendah hingga moderat, bisa memilih reksadana pasar uang dan pendapatan tetap dengan volatilitas yang lebih minim.
Tabel: Daftar Reksadana USD Risiko Rendah-Moderat di Bareksa
Nama Reksadana | Jenis | 3 Bulan | 1 Tahun |
BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 | Pendapatan Tetap (basis SBN) | 1,40% | 2,21% |
STAR Fixed Income Dollar | Pendapatan Tetap (basis korporasi) | 1,44% | 4,29% |
Mandiri Money Market USD | Pasar Uang | 0,74% | 3,18% |
Sumber: Bareksa, kinerja per 30/9/2025
Salah satu yang reksadana pendapatan tetap yang mencatatkan pertumbuhan menarik adalah STAR Fixed Income Dollar dengan return 4,29% setahun terakhir (per 30 September 2025). Selain return, reksadana tersebut juga memiliki volatilitas cenderung rendah karena berbasis obligasi korporasi.
Faktor pendorong utama untuk potensi kenaikan return reksadana pendapatan tetap adalah proyeksi pemangkasan suku bunga Fed yang kemungkinan dapat berlanjut hingga 2026.
Di samping itu, data menunjukkan dalam 10 tahun terakhir, Dolar AS telah menguat 21% terhadap Rupiah. Sehingga, meragamkan aset investasi dalam mata uang yang berbeda bisa mengurangi risiko dari selisih kurs.
Investasi dengan mudah hanya dari genggaman tangan dengan, reksadana USD tersedia di Super App Investasi Bareksa dan bisa dibeli dengan modal mulai dari US$1.000.
(Christian Halim/Sigma Kinasih CTA, CFP/hm)
* * *
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksa dana.