Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA Bakal Seperti JP Morgan & Goldman Sachs?

Abdul Malik • 16 Dec 2025

an image
Ilustrasi investor memantau pergerakan saham big banks BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI melalui fitur Bareksa Saham di ponsel. (Shutterstock)

Revisi UU P2SK membuka peluang bank besar RI masuk bisnis investment banking. Simak prospek saham BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI

Bareksa - Revisi Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) membuka babak baru bagi industri perbankan Indonesia. 

Pemerintah dan DPR (4/12) berencana merevisi UU P2SK. Salah satu poin revisi UU ini akan membuka peluang bagi bank umum untuk terlibat langsung dalam aktivitas usaha di pasar modal, guna memperluas lini usaha perbankan dan memperdalam likuiditas pasar.

Pertanyaannya, sejauh mana peluang ini bisa mengubah wajah perbankan nasional? Apakah bank-bank besar Indonesia bisa bertransformasi layaknya JP Morgan atau Goldman Sachs?

Apa yang Berubah dari UU P2SK?

Di bawah revisi UU P2SK, bank umum berpeluang:

  • Terlibat lebih aktif dalam kegiatan pasar modal
  • Mengembangkan sumber pendapatan non-kredit
  • Memperdalam likuiditas pasar keuangan nasional​

Regulasi ini secara struktural membuka jalan bagi perbankan untuk berevolusi dari sekadar commercial bank menjadi entitas dengan fungsi investment banking yang lebih luas.

Secara fondasi, bank besar Indonesia seperti Bank Mandiri (BMRI), BRI (BBRI), BNI (BBNI), dan BCA (BBCA) sebenarnya sudah memiliki modal awal yakni bisnis corporate banking yang kuat, anak usaha sekuritas, serta jaringan nasabah korporasi besar. Namun, regulasi baru ini memberi legitimasi dan ruang ekspansi yang lebih luas ke depan.

Bagaimana Benchmark Bank Investasi Global?

Jika menengok bank investasi global seperti JP Morgan, Goldman Sachs, Morgan Stanley, hingga Citi, model bisnis mereka jauh melampaui aktivitas perbankan konvensional.

Tabel: Top 10 Bank Investasi Dunia 

(Fee & Komposisi Pendapatan per Produk (2025)

Peringkat
Bank
Fee (US$ miliar)
Merger & Akuisisi
Saham
Obligasi
Pinjaman

1

JP Morgan

4,48

27%

16%

26%

30%

2

Goldman Sachs & Co

3,77

48%

18%

21%

13%

3

BofA Securities Inc

2,86 

18%

15%

36%

31%

4

Morgan Stanley

2,76

37%

22%

25%

16%

5

Citi

2,5

32%

16%

33%

19%

6

Barclays

1,68

26%

13%

42%

20%

7

Wells Fargo & Co

1,48

11%

6%

38%

44%

8

BNP Paribas SA

1,25

10%

8%

54%

29%

9

RBC Capital Markets

1,18

25%

13%

35%

27%

10

Jefferies LLC

1,08

57%

15%

9%

20%

Sumber: markets.ft.com, data YTD per 7 Agustus 2025

Sumber pendapatan mereka berasal dari:

  • Advisory merger & akuisisi bernilai ratusan miliar dolar
  • Underwriting jumbo saham dan obligasi lintas negara
  • Aktivitas trading multi-aset dan multi-mata uang
  • Asset dan wealth management global
  • Jaringan operasional di puluhan negara

Ini “level permainan” yang menjadi tolok ukur jika bank di Indonesia jika ingin naik kelas ke investment bank berskala global.

Apa yang Harus Dilakukan Bank Besar Indonesia?

Agar mampu mendekati model tersebut, bank besar Tanah Air perlu melakukan transformasi besar, antara lain:

  • Meningkatkan skala bisnis investment banking dan permodalan sekuritas
  • Merekrut talenta global di bidang M&A, pasar modal saham dan obligasi, hingga trading
  • Mengembangkan kemampuan underwriting jumbo dan sindikasi internasional
  • Memperluas bisnis asset dan wealth management
  • Melakukan ekspansi regional, terutama ke Singapura dan Hong Kong
  • Meng-upgrade teknologi trading dan sistem manajemen risiko

Potensinya ada, tetapi transformasi ini tidak instan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Bagaimana Prospek Saham Perbankan?

Dari sisi fundamental, sektor perbankan Indonesia berada dalam kondisi yang sangat solid. Mayoritas bank besar diperdagangkan dengan valuasi yang relatif terjaga (PER sekitar 13x, PBV sekitar 2,4x) dan mampu mencatatkan ROE tinggi di kisaran 18–19%. 

Price earning ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk menilai mahal murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Laba bersih dalam hal ini adalah laba bersih per saham. 

Price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah imbal hasil yang dicetak perusahaan untuk pemegang saham.

Biaya dana bank Tanah Air yang rendah, kualitas aset yang stabil, serta profitabilitas yang kompetitif di kawasan menjadi modal penting untuk ekspansi bisnis non-kredit.

UU P2SK dinilai sebagai katalis struktural jangka panjang. Dampaknya terhadap laba tidak akan langsung terasa, mengingat kapasitas investment banking domestik dan kedalaman pasar modal Indonesia masih berkembang. 

Namun, dalam jangka menengah–panjang, bank besar berpotensi menikmati sumber pertumbuhan baru yang lebih berkelanjutan.

Rekomendasi Saham Perbankan

Berdasarkan riset Ciptadana Sekuritas, big 4 banks dinilai paling siap menangkap peluang ekspansi bisnis non-kredit dan pengembangan investment banking modern, dengan potensi kenaikan harga saham hingga sekitar 30%.

Rekomendasi BUY diberikan untuk:

  • BBCA – fundamental paling solid dengan ROE tinggi
  • BBRI – valuasi menarik dan yield dividen kompetitif
  • BMRI – posisi kuat di corporate & wholesale banking
  • BBNI – potensi turnaround dan valuasi paling murah.

Tabel: Rekomendasi Saham 

Bank
Kode Saham
Rekomendasi
Target Price (Rp)
Upside (%)
PER 2025F (x)
PBV 2025F (x)
ROE 2025F (%)
Yield 2026F (%)

Bank Central Asia

BBCA

Buy

11.200

34

17,7

3,6

21,3

3,8

Bank Rakyat Indonesia

BBRI

Buy

4.800

31

9,8

1,7

17,8

8,2

Bank Mandiri

BMRI

Buy

5.900

22

9,1

1,6

17,3

7,7

Bank Negara Indonesia

BBNI

Buy

5.275

23

7,8

0,9

12,5

8,4

Sumber: riset Ciptadana Sekuritas, upside per 29/11/2025

Key Takeaways untuk Investor

UU P2SK membuka peluang struktural 5–10 tahun bagi bank Indonesia untuk naik kelas. Fundamental sektor perbankan yang kuat menjadi basis penting untuk ekspansi bisnis non-kredit. 

Meski transformasi menuju investment bank global membutuhkan waktu, bank-bank besar Indonesia berada di posisi paling siap untuk menjadi pemenang jangka panjang.

Strategi investasi: tetap overweight sektor perbankan, dengan fokus pada bank besar bermodal kuat dan jaringan korporasi luas.

Investasi di Aplikasi Trading Saham Online Terbaik – Bareksa

Bareksa adalah salah satu aplikasi investasi saham terbaik yang menyediakan akses ke riset pasar, analisis fundamental, serta beragam data pendukung untuk membantu kamu mengambil keputusan lebih terarah. Melalui aplikasi Bareksa, kamu dapat memantau pergerakan saham, membandingkan kinerja emiten, hingga mendapatkan insight pasar yang relevan dengan profil investasimu. Praktis untuk kamu yang ingin mulai membangun portofolio saham secara lebih percaya diri. 

Beli Saham di Sini

(Sigma Kinasih CTA, CFP/Christian Halim/AM)

* Sigma Kinasih adalah Investment Strategist di PT Bareksa Marketplace Indonesia dengan pengalaman lebih dari 12 tahun di industri pasar modal. Memegang lisensi WMI, WPPE, CTA, dan CFP, ia berfokus pada riset makroekonomi, strategi portofolio, serta analisis reksadana, saham, emas dan SBN. Sigma meraih gelar Magister Ekonomi dari Universitas Trisakti.

*Abdul Malik adalah Managing Editor Bareksa dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di jurnalisme pasar modal. Memegang lisensi WPPE, ia fokus pada analisis makro, riset investasi, dan edukasi keuangan, serta merupakan peraih beberapa fellowship internasional.

***

DISCLAIMER​​​​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.​