Kinerja Semester I 2025 Tertekan, Rekomendasi Saham BMRI Tetap Buy, Ini Target Harganya

Abdul Malik • 19 Sep 2025

an image
Gedung Tower PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di Jl Sudirman, Jakarta. (Shutterstock)

Bank Mandiri melaporkan laba bersih kuartal II 2025 senilai Rp11,3 triliun, turun 19% secara tahunan dan 15% secara kuartalan

Bareksa - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tetap direkomendasi beli (BUY) dengan target harga Rp5.900 per saham, direvisi turun (dari sebelumnya Rp6.200 per saham), mencerminkan rasio harga saham terhadap nilai buku (PBV) proyeksi 2026 sebesar 1,8x. 

Riset Ciptadana Sekuritas Asia (19/9) mengungkapkan proyeksi laba BMRI 2025–2027 dipangkas 5–11% untuk mengakomodasi tambahan beban biaya operasional (opex) hingga akhir 2025, serta asumsi opex lebih tinggi di 2026. 

Bank Mandiri melaporkan laba bersih kuartal II 2025 senilai Rp11,3 triliun, turun 19% secara tahunan (YoY) dan 15% secara kuartalan (QoQ). Penurunan ini terutama disebabkan lonjakan biaya operasional pasca penyesuaian audit, yang membuat rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) naik menjadi 49% dari 41% di kuartal I 2025. 

Sementara itu, margin bunga bersih (NIM) berhasil rebound 15 bps QoQ ke 4,9% berkat penyesuaian effective interest rate (EIR), meski secara tahunan masih melemah 20 bps. Biaya dana atau Cost of fund (CoF) tetap tinggi (naik 10 bps QoQ), sehingga pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) di semester I 2025 terbatas di 6,7% YoY. 

Pendapatan non-bunga juga lemah akibat penurunan tajam premi bersih. Secara kumulatif, laba turun 8% YoY ke Rp24,5 triliun, sedikit di bawah estimasi internal (44% dari target 2025), tetapi masih sejalan dengan konsensus (46%).

Outlook Biaya Operasional 

Manajemen mengungkapkan beban opex satu kali (one-off) akan terus diakui setiap bulan dari Juni–Desember 2025, dengan total sekitar 10–12% dari proyeksi opex 2025 atau Rp7,3–8,9 triliun. 

Dengan asumsi ini, opex diperkirakan tumbuh 25–27% YoY di 2025, lalu stabil di 2026. CIR pun diperkirakan bertahan tinggi di kisaran 45% sepanjang 2025 sebelum normalisasi ke level 40% di 2026.

Pertumbuhan kredit dan NIM 

Pertumbuhan kredit tahunan melambat ke 11,3% YoY, meski masih naik 1,9% QoQ. Pendorong utama adalah segmen komersial (17,5% YoY, 4,4% QoQ) dan anak usaha (11,5% YoY, 1,4% QoQ). Kredit segmen korporasi juga tumbuh positif (1,3% QoQ, 9,8% YoY). Dana pihak ketiga meningkat 11% YoY, dengan dominasi giro (14% QoQ). LDR turun menjadi 90,6% dari 92,9% di kuartal I 2025. 

Manajemen merevisi target pertumbuhan kredit 2025 menjadi 8–10% (dari sebelumnya 10–12%) dan NIM menjadi 4,8–5% (dari 5–5,2%), dengan mempertimbangkan injeksi likuiditas pemerintah dan penurunan BI Rate.

Rasio kredit bermasalah (NPL) BMRI tetap terjaga di level 1,2% di kuartal II 2025, sementara loan at risk (LAR) turun menjadi 7,0% dari 7,3% di kuartal I 2025 berkat perbaikan restrukturisasi kredit. 

Biaya pencadangan (CoC) juga membaik menjadi 0,6% di kuartal II 2025, sehingga secara kumulatif di semester I 2025, tercatat 0,77%. Dengan kondisi ini, manajemen BMRI menurunkan target biaya kredit 2025 ke 0,8–1% (dari sebelumnya 1,0–1,2%).

Beli Saham di Sini

(AM)

***

DISCLAIMER​​​​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.​

Disclaimer Ciptadana Sekuritas di Sini