BBTN Berpeluang Paling Diuntungkan dari Penyaluran Dana Pemerintah Rp200 Triliun

Abdul Malik • 12 Sep 2025

an image
Kantor pusat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) di Jakarta. (Shutterstock)

Bank lain yang juga berpotensi diuntungkan adalah BBRI dan BMRI

Bareksa.com - Menurut hasil riset Tim Analis Bareksa, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berpeluang paling diuntungkan dari rencana pemerintah mengguyur dana Rp200 triliun ke perekonomian RI melalui bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Sebab BBTN berperan sebagai penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi Program 3 Juta Rumah oleh pemerintah. Karena itu BBTN berpotensi diprioritaskan, atau bahkan mendapatkan dana lebih. 

Selain itu, menurut Tim Analis Bareksa, bank lain yang berpotensi diuntungkan adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Hasil analisa ini berdasarkan simulasi dua skema yang kemungkinan digunakan untuk menyalurkan dana tersebut ke bank Himbara. 

Pertama, menggunakan pendekatan pembagian secara proporsional berdasarkan pembobotan besaran kredit. Skema “pukul rata” ini dinilai kurang pas karena PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tergolong masih likuid dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) kurang dari 90%. Senada LDR PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) pas di 90%.

Tabel: Simulasi I pembagian proporsional berdasarkan pembobotan besaran kredit (Rp triliun)

Bank
Kredit
DPK
LDR
Bobot Kredit
Tambahan DPK
DPK Akhir
LDR Akhir

BBNI

764

881

86,7%

17,0%

34

915

83,5%

BBRI

1,417

1,482

95,6%

31,5%

63,1

1,545

91,7%

BBTN

352

365

96,4%

7,8%

15,7

381

92,5%

BMRI

1,672

1,749

95,6%

37,2%

74,4

1,823

91,7%

BRIS

287

319

90,0%

6,4%

12,8

332

86,5%

Total

4.492

4,796

93,7%


200

4,996

89,9%

Sumber: perseroan, diolah Tim Analis Bareksa, per Semester I 2025

Kedua, skema penyaluran dana hanya diberikan kepada bank yang likuditasnya ketat, yakni dengan LDR di atas 90%. Karena itu BRIS yang mencatat LDR 90% berpotensi meraih dana secukupnya agar LDR menjadi di bawah 90%. 

Tabel: simulasi II pembagian proporsional berdasarkan pembobotan besaran kredit untuk bank dengan LDR >90% (Rp triliun)

Bank
Kredit
DPK
LDR
Bobot Kredit
Tambahan DPK
DPK Akhir
LDR Akhir

BBNI

764

881

86,7%


0,0

881

86,7%

BBRI

1.417

1.482

95,6%

41,2%

81,1

1.563

90,7%

BBTN

352

365

96,4%

10,2%

20,2

385

91,4%

BMRI

1.672

1.749

95,6%

48,6%

95,7

1.845

90,6%

BRIS

287

319

90%


3

322

89,1%

Total

4.492

4.796

93,7%


200

4.996

89,9%

Sumber: perseroan, diolah Tim Analis Bareksa, per Semester I 2025

Rekomendasi Saham BBTN, BBRI, BMRI, BRIS & BBNI

Saham
Rekomendasi
Target Harga
Potensi Upside
PER 2025 (F)
PBV 2025 (F)
ROE 2025 (F)
Yield Dividen 2025 (F)

BBTN

Buy

Rp1.500

10,7%

4,8x

0,5x

10,9%

4,2%

BBRI

Buy

Rp4.900

20,09%

10,4x

1,9x

18,1%

8,6%

BMRI

Buy

Rp6.200

38,39%

7,8x

1,5x

19,2%

10,1%

BRIS

Buy

Rp3.400

27,81%

15,4x

2,4x

16,6%

1%

BBNI

Buy

Rp5.675

28,39%

7,5x

1x

13,1%

8,5%

Sumber: Ciptadana Sekuritas, potensi upside harga per 11/9/2025

Saham BBTN, BBRI, BMRI, BRIS hingga BBNI direkomendasi beli dengan potensi kenaikan harga saham mencapai 10-38%. Selengkapnya tertera dalam tabel. 

Untuk diketahui, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (11/9) menyatakan akan menyalurkan Rp200 triliun dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) di BI ke sistem perekonomian melalui bank-bank Himbara. Dana ini diminta tidak ditempatkan di SBN/SRBI, melainkan disalurkan ke sektor riil melalui kredit. 

Beli Saham di Sini

(Christian Halim/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.​