
Bareksa,com - Samuel Kesuma, CFA, Chief Investment Officer – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyatakan strategi pengelolaan reksadana MAMI saat ini tetap fokus pada saham-saham berfundamental kuat meski kondisi makro penuh tantangan. Terutama jelang pengumuman suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve dalam rapat FOMC 16-17 September 2025 ini.
Menurut dia, optimisme investor masih terlihat, didukung prospek penurunan suku bunga global serta narasi pertumbuhan jangka panjang Indonesia yang solid. Meskipun IHSG sudah berada di level tinggi, peluang masih terbuka pada sektor keuangan dan konsumer dengan valuasi yang relatif menarik. Perbaikan likuiditas perbankan juga diperkirakan menopang kinerja laba emiten ke depan.
“Selain itu, MAMI juga mencermati sektor telekomunikasi dan material, yang berpotensi mencatat perbaikan berkat katalis spesifik industri. Kombinasi faktor ini menjadikan pasar saham Indonesia tetap menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang,” ujar dia dalam keterangan (11/9).
Dia menyatakan The Fed menghadapi dilema antara inflasi yang naik akibat tarif dan pelemahan sektor tenaga kerja yang butuh stimulus. Fokus kebijakan diperkirakan lebih condong merespons pelemahan tenaga kerja, dengan konsensus Bloomberg memperkirakan Fed Funds Rate (FFR) bisa turun hingga jadi 3,25% pada akhir 2026, bahkan pemangkasan terdekat berpotensi terjadi September ini.
Secara historis, penurunan Fed Funds Rate biasanya diikuti pelemahan USD dan turunnya imbal hasil obligasi AS, yang menjadi katalis positif bagi pasar Asia. Kondisi ini sering mendorong aliran dana asing masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, apalagi di tengah tren penurunan suku bunga di kawasan seperti Korea Selatan, India, Thailand, dan Filipina.
Untuk Indonesia, kombinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang pro pertumbuhan diharapkan bisa menopang perekonomian. Meski efek penurunan suku bunga tidak langsung, program prioritas pemerintah seperti pembangunan rumah rakyat dan makanan bergizi gratis (MBG) berpotensi mendorong aktivitas ekonomi bila implementasinya efektif.
Di sisi lain, sejumlah indikator makro tetap solid: investasi riil tumbuh 12% YoY di 2Q-2025, peringkat kredit Indonesia stabil di ‘BBB’, Credit Default Swap (CDS) rendah, serta tarif perdagangan kompetitif.
“Dengan dukungan ini, pasar saham Indonesia masih potensial hingga akhir 2025, terutama ditopang 5 faktor yakni arus dana global ke emerging market, pelemahan USD, potensi pemangkasan BI Rate, stimulus kebijakan pemerintah, dan valuasi saham yang atraktif,” dia menjelaskan.
Dia menambahkan, kuartal ketiga 2025 memang menutup periode penuh tantangan bagi ekonomi global maupun domestik. Proyeksi IMF yang menempatkan pertumbuhan global hanya di kisaran 3-3,1%, lebih rendah dari rata-rata pra-pandemi 3,7%. Ketidakpastian tarif perdagangan dan risiko geopolitik masih menjadi bayang-bayang utama.
Dari dalam negeri, sejumlah indikator ekonomi menunjukkan pelemahan. Optimisme konsumen merosot ke level terendah sejak pandemi, penjualan mobil dan ritel menurun, serta pertumbuhan kredit melambat. Walaupun PDB kuartal II tumbuh 5,12% di atas ekspektasi, konsensus memproyeksikan pertumbuhan paruh kedua 2025 hanya 4,8%. “Pemerintah dan BI sudah mengambil langkah antisipatif, namun efektivitasnya masih perlu terus dipantau,” jelas Samuel.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.