
Bareksa.com - Kinerja tiga bank besar Tanah Air, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di paruh pertama 2025 tampak bervariasi. Jika BBRI dan BBNI mencatatkan penurunan laba, namun BBCA tercatat solid. Mengutip riset Ciptadana Sekuritas (31/7 dan 25/7), berikut ulasannya:
BBRI kembali mencatat penurunan laba 8,8% secara tahunan (YoY) dan minus 7,8% secara kuartal per kuartal (QoQ) menjadi Rp12,7 triliun di kuartal II 2025. Dengan demikian, total laba semester I 2025 BBRI mencapai Rp26,3 triliun, turun 11,5% YoY, dan berada di bawah ekspektasi. Capaian ini juga hanya 45% dari estimasi internal dan konsensus proyeksi 2025 (dibandingkan rerata historis sekitar 49%).
Net Interest Margin (NIM) BBRI tetap stabil secara kuartalan di 8,2% pada kuartal II 2025. Namun, baik pendapatan non-bunga maupun beban non-bunga naik dua kali lipat secara QoQ, terutama didorong oleh kenaikan tajam pada pendapatan lainnya dan beban operasional lainnya.
Credit Cost (CoC) BBRI tetap tinggi di 3,3% di kuartal II 2025, meskipun sedikit lebih rendah dari 3,8% di kuartal I 2025 dan kuartal II 2024, yang terus membebani laba. Pertumbuhan kredit sedikit meningkat menjadi 7,4% YoY, dengan pertumbuhan QoQ yang kuat 3,3%. Dana pihak ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan sehat 6,7% YoY (+4,3% QoQ), terutama ditopang oleh peningkatan demand deposit (+16% YoY, +6% QoQ).
Saham BBRI direkomendasikan Buy dengan target harga 2025 di Rp4.900 per saham. Dibandingkan harga Rabu (30/7) di Rp3.780, maka saham BBRI masih berpotensi naik 29,6%.
Sumber: BBRI, Ciptadana Sekuritas
BBCA mencatat kinerja yang kuat di semester I 2025, dengan laba bersih meningkat 8,0% YoY menjadi Rp29 triliun, sesuai dengan ekspektasi yaitu 49/50% dari proyeksi dan konsensus 2025. NIM stabil secara QoQ di 6,3% pada kuartal II 2025, meskipun turun 10bps YoY. Pertumbuhan NII masih cukup baik dengan kenaikan 7% YoY (+2% QoQ).
BBCA menunjukkan kontrol biaya yang kuat, dengan beban operasional hanya naik 4% YoY dan menurun 7% QoQ. Di bawah garis pendapatan operasional sebelum pencadangan (pre-provisioning operating profit/PPOP), beban provisi melonjak 88% YoY, karena basis rendah tahun sebelumnya, namun turun 5% QoQ. Biaya kredit (CoC) tetap rendah di 0,4% pada triwulan II 2025, tidak berubah dari kuartal I. Pertumbuhan kredit naik jadi 13% YoY (+2% QoQ), didukung oleh kredit pasar uang.
Manajemen BBCA kembali menegaskan target pertumbuhan kredit sepanjang tahun 20205 yakni 6–8%. Di sisi pendanaan, pertumbuhan simpanan tetap stabil di 6% YoY, didorong oleh dana pihak ketiga (DPK) berbasis giro (+9% YoY) dan tabungan (+6% YoY).
Secara keseluruhan, kinerja BBCA di semester I 2025 dinilai solid, dengan ditopang oleh NIM yang kuat dan CoC yang stabil. Namun demikian, manajemen BBCA tetap berhati-hati terhadap prospek makroekonomi, yang tercermin dari revisi naik panduan CoC menjadi 0,3–0,5% (dari sebelumnya sekitar 0,3%).
Saham BBCA tetap dipertahankan rekomendasi Buy dengan target harga 2025 di Rp11.600 per saham. Dibandingkan Rabu (30/7) di Rp8.375, maka saham BBCA masih ada potensi kenaikan 38,5%.
Sumber: BBCA, Ciptadana Sekuritas
BBNI mencatat laba bersih Rp10,1 triliun di semester I 2025, turun 5,6% YoY dan sedikit di bawah ekspektasi konsensus maupun target internal manajemen. Penurunan terutama disebabkan pelemahan Net Interest Margin (NIM) yang turun ke 3,8% pada semester I 2025, akibat naiknya biaya dana dan penurunan imbal hasil aset, khususnya di segmen konsumer dan UMKM. Meski begitu, biaya kredit (CoC) BBNI tetap terkendali di 0,8%, dan biaya operasional masih terjaga dengan baik meski rasio cost income (CIR) naik tipis.
Kondisi likuiditas BBNI menunjukkan perbaikan signifikan, ditandai dengan penurunan rasio LDR menjadi 86% dan pertumbuhan dana murah seperti current account (+25% YoY) dan tabungan (+11% YoY), yang jauh melampaui rata-rata industri. Perbaikan ini membuka ruang untuk mengurangi ketergantungan pada deposito berbunga tinggi. Manajemen BBNI juga menyesuaikan target NIM menjadi ≥3,8% untuk mencerminkan realita pasar, seiring turunnya suku bunga acuan.
Risiko tetap terkendali dengan kualitas aset yang stabil yakni rasio kredit bermasalah (NPL) turun ke 1,9% meski loan at risk (LAR) sedikit naik. Pertumbuhan kredit 7% YoY mulai bergeser ke segmen UMKM dan menengah, didorong oleh strategi yang lebih terarah. Meskipun kinerja semester I BBNI melemah, namun sebagian besar sudah diantisipasi pasar.
Rekomendasi saham BBNI tetap dipertahankan Buy dengan target harga 2025 di Rp5.675 per saham, mencerminkan potensi pemulihan margin dan struktur pendanaan yang makin sehat di semester II 2025. Dibandingkan harga Rabu (30/7) di Rp4.120, maka saham BBNI masih potential upside 37,7%.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Disclaimer Ciptadana Sekuritas di Sini
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.