Reksadana Obligasi Moncer, Imbal Hasil Tembus 8% dalam 8,5 Bulan

Abdul Malik • 15 Sep 2025

an image
Ilustrasi reksadana pendapatan tetap di Bareksa yang mencatat imbal hasil hingga 8% dalam waktu 8,5 bulan. (Shutterstock)

Allianz unggul dengan SBN durasi panjang, Avrist andalkan obligasi korporasi

Bareksa - Pasar obligasi Indonesia tengah bergairah sejak awal 2025. Penurunan suku bunga menjadi katalis utama yang mendorong kinerja reksadana berbasis obligasi. 

Hingga 12 September 2025, imbal hasil reksadana obligasi terbaik sudah melesat hingga 8% secara Year to Date (YtD), atau dalam waktu kurang dari 8,5 bulan. 

Lima reksadana pendapatan tetap tercatat menghasilkan return di atas 7,5%, bahkan ada yang mencapai 8%. Kinerja cemerlang ini ditopang oleh strategi alokasi portofolio, baik pada Surat Berharga Negara (SBN) maupun obligasi korporasi.

Allianz Fokus pada Obligasi Pemerintah Durasi Panjang

Allianz Fixed Income Fund 2 menjadi salah satu reksadana dengan kinerja tertinggi. Strategi utamanya adalah memperpanjang durasi obligasi, sehingga lebih sensitif terhadap penurunan suku bunga. Sejak awal tahun, rata-rata durasi portofolio Allianz berada di atas 6 tahun, bahkan bisa tembus 6,5–6,75 tahun.

Porsi SBN tenor panjang (di atas 10 tahun) mencapai 45–50% dari total portofolio. Inilah yang membuat nilai aktiva bersih (NAB) Allianz Fixed Income Fund 2 naik signifikan sejak awal 2025.

Tabel: Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap 

Reksadana Pendapatan Tetap
1 Bulan (%)
YtD (%)
1 Tahun (%)

Allianz Fixed Income Fund 2

1,10

8,00

6,89

Avrist Emerald Stable Fund

1,09

7,79

9,49

Syailendra Fixed Income Fund Kelas A

1,26

7,77

6,58

Bahana Obligasi Kehati Lestari Kelas G

1,34

7,61

5,64

Sucorinvest Bond Fund

1,25

7,52

7,36

Sumber: Bareksa, kinerja per 12/9/2025

Avrist Unggul dengan Obligasi Korporasi Berkupon Tinggi

Berbeda dengan Allianz, Avrist Emerald Stable Fund justru unggul berkat alokasi ke obligasi korporasi. Porsi obligasi korporasi berkupon tinggi (di atas 10%) sekitar 20%, sehingga menopang kinerja YtD yang hampir mencapai 7,8%. Risiko juga terjaga karena seluruh obligasi memiliki peringkat utang minimal “A”.

Namun, investor tetap perlu waspada. Seiring turunnya suku bunga, kupon obligasi baru yang diterbitkan perusahaan bisa lebih rendah. Artinya, kinerja reksadana berbasis obligasi korporasi ke depan belum tentu setinggi saat ini.

Bagi investor dengan profil risiko moderat, strategi terbaik saat ini adalah diversifikasi seimbang antara reksadana berbasis SBN dan obligasi korporasi. Hal ini penting untuk menjaga imbal hasil tetap stabil sekaligus mengendalikan risiko.

Beli Reksadana di Sini

(Sigma Kinasih CTA, CFP/ Christian Halim/AM)

***

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.