MAMI : Saatnya Melirik Pasar Saham Offshore, Ada di Reksadana Syariah Ini

Abdul Malik • 20 Feb 2023

an image
Ilustrasi investor wanita syariah sedang tersenyum melihat laptop menghitung hasil investasi pasar modal seperti reksadana saham syariah offshore. (Shutterstock)

Tema investasi yang menarik menurut MAMI termasuk digitalisasi, otomatisasi, energi baru dan terbarukan, teknologi kesehatan, dan kendaraan listrik

Bareksa.com - Investor pasar modal bisa mengambil keuntungan tidak hanya dari bursa di Tanah Air tetapi juga dari global. Reksadana saham syariah offshore (luar negeri) bisa menjadi pilihan produk untuk investor Indonesia masuk ke pasar global. 

Lantas, apakah saat ini waktu yang tepat untuk masuk ke pasar saham luar negeri (offshore)? Berikut penjelasan Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) atau Manulife AM Indonesia, mengenai pasar saham offshore berikut produk yang bisa dipertimbangkan. 

Sebelum masuk kepada pasar saham offshore, apa saja yang perlu diperhatikan? Dimas mengajak untuk mengetahui data ekonomi lebih luas. Salah satunya seperti Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023, menjadi 3,1% dari proyeksi sebelumnya 2,9%. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut relatif rendah, masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2000 – 2019 yang ada di level 3,8%.

Nah, di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, kawasan Asia Pasifik dipandang lebih baik dibandingkan kawasan negara maju karena pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik diperkirakan lebih terjaga, sementara kawasan negara maju mengalami pelambatan lebih dalam. Selain itu kawasan Asia adalah motor ekonomi dunia dan peranannya semakin penting dalam ekonomi global. Lalu bagaimana peluang investasi pada pasar saham di kawasan Asia Pasifik? 

Melirik Pasar Asia Pasifik

Dimas menyampaikan seiring dengan melambatnya pertumbuhan global, kawasan Asia Pasifik diperkirakan juga mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun 2023. Namun, ia mengatakan tingkat penurunannya diperkirakan lebih kecil dibandingkan kawasan negara maju. 

Menurut Dimas beberapa faktor yang menjadi pendorong bagi kawasan Asia Pasifik antara lain tingkat inflasi yang lebih rendah, kenaikan suku bunga yang relatif lebih kecil, dan normalisasi aktivitas ekonomi pasca membaiknya pandemi. Secara historis, ia menyampaikan bahwa ekonomi Asia diuntungkan oleh kebijakan moneter akomodatif Amerika Serikat dan perekonomian China yang kuat. Kondisi tersebut diperkirakan dapat terjadi di 2023 dan berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar Asia.

Makanya, sebagai kawasan dengan jumlah populasi terbesar di dunia, kontribusi Asia Pasifik terhadap perekonomian global terus meningkat, dari 27% di tahun 2000 menjadi 37% di tahun 2021. Dimas mengatakan angka dimaksud, diperkirakan akan terus meningkat ke depannya.  Bahkan India, China, dan negara-negara ASEAN memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2023, masing-masing sebesar 6,1%, 5,2%, dan 4,5%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang sebesar 3,1%.

Diversifikasi Aset

Dimas menyampaikan peluang pertumbuhan di kawasan Asia dapat dimanfaatkan oleh para investor dengan cara mengalokasikan sebagian portofolio pada investasi di pasar saham kawasan ini. "Jangan lupa lakukan diversifikasi dengan berinvestasi di beragam negara dan sektor untuk menjaga tingkat risiko portofolio Anda," kata Dimas dalam keterangan tertulisnya Minggu (19/2/2023). 

Menurutnya potensi imbal hasil investasi di pasar saham tentunya dapat lebih tinggi daripada sekedar simpanan dolar AS. "Namun perlu diingat bahwa dalam investasi berlaku hukum high risk high return, sehingga sesuaikan alokasi portofolio dengan profil risiko dan tujuan finansial Anda," ujar Dimas.

Dimas menjelaskan reksadana saham syariahoffshore merupakan alternatif investasi yang dapat digunakan oleh para investor untuk memanfaatkan peluang ini.  "Investor dapat mencari reksadana saham syariah offshore yang portofolionya terdiri dari saham-saham perusahaan Asia terdepan berskala global dengan pendapatan mancanegara dan tema investasi terkini seperti digitalisasi, otomatisasi, energi baru dan terbarukan, teknologi kesehatan, dan kendaraan listrik," papar dia.

Sebagai contoh, Dimas menjelaskan sejak 1 Januari hingga 14 Februari 2023 (sepanjang tahun berjalan/YTD, 14 Februari 2023), reksadana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF) memberikan imbal hasil sebesar 7,01%. Adapun portofolio MANSYAF berisikan berbagai saham milik perusahaan-perusahaan di berbagai negara yang ada di kawasan Asia Pasifik (kecuali Jepang). 

Selain itu, Dimas menjelaskan ada pula reksadana Manulife Saham Syariah Golden Asia Dolar AS (MAGOLD) yang memberikan imbal hasil sebesar 4,51% YTD 14 Februari 2023. MAGOLD berinvestasi pada dua perekonomian terbesar di kawasan negara berkembang, yaitu China dan India.


Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini

(Martina Priyanti/hm)

***

Ingin investasi emas dan reksadana di Bareksa? 

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.