Perusahaan Ramai Himpun Dana di Pasar Modal, Prospek Positif Reksadana Ini

Abdul Malik • 31 Mar 2022

an image
Ilustrasi maraknya aksi initial public offering (IPO) atau penawaran umum perdana saham dan obligasi yang bisa berpengaruh terhadap reksadana berbasis saham. (Shutterstock)

OJK mencatat penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum saham, obligasi dan sukuk hingga 29 Maret 2022 mencapai Rp47,6 triliun

Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum saham, obligasi dan sukuk hingga 29 Maret 2022 mencapai Rp47,6 triliun dan diperkirakan akan terus bertambah hingga akhir tahun. 

Ramainya penghimpunan dana di pasar modal bisa berpengaruh positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana indeks.

Besarnya penghimpunan dana dari pasar modal ini dipertegas pula oleh data dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa mencatat, sampai dengan 25 Maret 2022, sudah ada 12 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan total dana yang berhasil dihimpun Rp3,18 triliun.

Sedangkan dalam pipeline saham Bursa, hingga saat ini masih terdapat 32 perusahaan yang berencana mencatatkan sahamnya di bursa dengan perkiraan penghimpunan dana Rp29,13 Triliun.

"Total nilai fund raising tersebut telah memperhitungkan harga saham tertinggi yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah dipublikasikan melalui sistem e-IPO," jelas Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan tertulis dikutip Kamis, (31/3).

Perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya tersebut terdiri dari dua perusahaan beraset kecil atau di bawah Rp50 miliar. Lalu, 15 perusahaan beraset menengah, diantara Rp50 miliar sampao Rp250 miliar. Kemudian 15 perusahaan beraset besar di atas Rp 250 miliar.

Dilihat dari sektornya, sebanyak satu perusahaan berasal dari sektor basic materials, dua perusahaan dari sektor industrials; dua perusahaan dari sektor transportasi dan logistik; lima perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals; enam perusahaan dari sektor consumer cyclicals; tiga perusahaan dari sektor teknologi; dua perusahaan dari sektor healthcare; empat perusahaan dari sektor energi; empat perusahaan dari sektor properties & real estate serta tiga perusahaan dari sektor infrastruktur.

"Ada juga anak usaha BUMN yang akan IPO tahun ini," sebut Nyoman.

 Sampai akhir tahun, Nyoman memproyeksi  penggalangan dana di pasar modal masih bertumbuh dengan baik yang ditunjang oleh keberlangsungan pemulihan ekonomi. Beberapa indikator pasar modal seperti minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dana dan IHSG menunjukkan pertumbuhan positif.

"Jumlah investor di pasar modal Indonesia juga mengalami tren yang meningkat," kata dia.

Sampai saat ini, minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dana di pasar modal masih relatif baik. Hal ini terlihat dari antrian perusahaan yang ada di pipeline saham bursa jumlahnya masih meningkat.

Sebagai informasi, salah satu unicorn terbesar di Indonesia yaitu PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah masuk pasar modal Indonesia. GOTO bersama dengan lima perusahaan lainnya yaitu PT WIR ASIA Tbk (WIRG), PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO), PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN), PT Murni Sadar Tbk (MTMH) dan PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR) sedang dalam proses IPO saham melalui sistem e-IPO.

"Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indikator pergerakan harga saham juga telah menembus di atas angka 7.000 dengan rata-rata transaksi harian sebesar Rp14,49 triliun," kata dia.

Kinerja Reksadana Berbasis Saham

Peningkatan penghimpunan dana di pasar modal ini tentunya bisa berpengaruh positif bagi reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana indeks

Berdasarkan daftar lebih dari 70 reksadana saham yang ada di Bareksa, mayoritas membukukan kinerja positif dan hanya ada 2 produk reksadana saham yang mencatatkan kinerja negatif setahun terakhir (per 30 Maret 2022). Bahkan 10 reksadana saham dengan cuan tertinggi berhasil membukukan imbal hasil 17 - 31 persen. 

Sumber : Bareksa

Reksadana saham HPAM Ultima Ekuitas 1 berhasil membukukan imbalan 31,97 persen setahun, disusul Semesta Dana Saham dengan cuan 30,01 persen dan Manulife Saham Andalan imbal hasilnya 28,22 persen.

Adapun untuk reksadana campuran, tercatat dari lebih 30 produk reksadana ini di Bareksa, mayoritas juga menorehkan kinerja positif setahun terakhir dan hanya 4 produk berkinerja negatif. Top 10 reksadana campuran cuan tertinggi setahun terakhir membukukan imbal hasil 13-32 persen. 

Sumber : Bareksa 

Reksadana campuran Jarvis Balanced Fund berhasilkan kinerja cemerlang dengan cuan 32,65 persen setahun, disusul Reksa Dana Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A imbalan 22,51 persen. 

Sedangkan 7 produk reksadana indeks yang tersedia di Bareksa semua membukukan kinerja positif dengan imbal hasil 14-15 persen setahun. 

Sumber : Bareksa

Reksa Dana UOB AM Indeks Bisnis 27 berhasil mencatatkan cuan 15,71 persen setahun, disusul Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati dengan imbalan 14,98 persen dan RHB SRI KEHATI Index Fund dengan imbal hasil 14,74 persen. 

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.