IHSG Tahun Depan Berpotensi Tembus 7.500, Peluang Reksadana Saham

Abdul Malik • 19 Nov 2021

an image
Ilustrasi lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seiring prospek positif ekonomi nasional dan derasnya arus dana asing masuk ke pasar saham, sehingga turut mendongkrak kinerja reksadana dan SBN. (Shutterstock)

Ada beberapa sektor saham potensial tahun depan seperti sektor perbankan seiring maraknya rights issue yang dilakukan oleh sejumlah bank kecil dan mulai pulihnya pertumbuhan kredit

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan diprediksi bisa menembus level 7.500 seiring mulai pulihnya perekonomian pasca pandemi Covid-19. Perkembangan IHSG ini bisa berdampak positif terhadap pasar saham dan reksadana berbasis saham pada tahun depan.

Head of Investment Research PT Infovesta Utama Wawan Hendrayatna, menjelaskan IHSG tahun depan bisa bertumbuh 10-12 persen dari target tahun ini di angka 6.700 atau mencapai sekitar 7.400-7.500.

"Apabila pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa berada di kisaran 5-7 persen, maka IHSG akan bertumbuh 10-12 persen atau mencapai 7.400-7.500," jelas dia di Jakarta, Jumat (19/11).

Wawan mengungkapkan, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi kunci penting dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila pemerintah memandang pandemi Covid-19 sudah mulai mereda, maka kebijakan PPKM juga bisa dihilangkan.

Namun kebijakan PPKM ini tidak bisa dihilangkan tahun ini. Pasalnya, masih ada sejumlah risiko yang masih menghantui perekonomian seperti varian Delta yang mulai meningkat di beberapa negara dan belum terpenuhinya herd immunity di dalam negeri. Akibatnya, kebijakan ekonomi yang diterapkan tahun ini belum sepenuhnya bisa tancap gas.

"Kalau tahun depan, kemungkinan bisa tercapai herd immunity dan kebijakan PPKM bisa dihilangkan sehingga mobilitas masyarakat bisa lebih tinggi dan perekonomian bisa meningkat," ujar dia.

Karenanya, Wawan optimistis terhadap pergerakan IHSG tahun depan. Dia melihat ada beberapa sektor saham potensial tahun depan seperti sektor perbankan seiring maraknya rights issue yang dilakukan oleh sejumlah bank kecil dan mulai pulihnya pertumbuhan kredit.

Kemudian, sektor otomotif yang terkena dampak positif dari insentif yang diberikan pemerintah. Lalu, sektor infrastruktur yang mulai pulih setelah pandemi dan juga sektor telekomunikasi yang tetap prospektif di tengah pandemi.

Ekonomi Pulih

Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management Herman Tjahjadi menjelaskan, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi akan terangkat berkat meningkatnya harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Perbaikan ekonomi ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun depan.

Menurut Herman, fundamental ekonomi Indonesia akan semakin positif pada tahun depan. Hal tersebut didukung oleh pandemi Covid-19 yang mulai terkendali dan adanya kemungkinan penurunan status menjadi endemi pada 2022.

Selain itu, para pelaku bisnis juga akan kembali melakukan investasi (capital expenditure) secara bertahap. Ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang meningkat 2 persen (year on year/yoy) pada September lalu, berbanding 1 persen (yoy) pada Agustus lalu. Menurut Herman, ketika laju pertumbuhan kredit semakin positif, maka  pertumbuhan ekonomi juga akan semakin baik kedepannya. 

"Kami positif pertumbuhan GDP Indonesia pada 2022 dalam kisaran 4,5-5 persen, tingkat inflasi di 2,2-3,3 persen dan nilai tukar rupiah di kisaran Rp14.100-14.700," kata dia.

Beroperasinya tol-tol baru pada  2022 juga akan menjadi katalis positif dalam menurunkan biaya logistik atau transportasi. Selain itu, kemajuan pemasaran produk melalui e-commerce juga akan sangat membantu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan penjualannya. Perizinan dalam dunia usaha juga menjadi lebih baik melalui omnibus law yang telah disahkan pada akhir 2020 lalu.

Perbaikan ekonomi ini diharapkan bisa berdampak positif bagi pasar modal dengan IHSG tahun depan akan berada di kisaran 6.500-7.300. Adapun sektor saham yang akan potensial tahun depan adalah sektor perbankan karena pertumbuhan kredit sudah mulai meningkat dan juga adanya bank digital.

Kemudian sektor properti dan otomotif yang menguat karena efek meningkatnya harga komoditas dan juga mulai dioperasikannya kembali shopping mall. Selain itu, sektor industrials juga mulai menggeliat karena mendapatkan manfaat dari berputarnya perekonomian.

Produk Baru

Danareksa Investment pada tahun depan akan meluncurkan produk-produk reksadana baru untuk nasabah strategis. Sampai saat ini, Danareksa memiliki tiga produk reksadana saham, yaitu Reksadana Mawar yang fokus pada saham berkapitalisasi besar, Konsumer 10 untuk semua kategori saham dan Fokus 10 untuk saham berkapitalisasi kecil.

Herman merekomendasikan Reksadana Mawar untuk investor yang lebih nyaman berinvestasi di saham bluechip. Sedangkan untuk investor yang lebih agresif dan bisa mentolerir volatilitas dari saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil, Fokus 10 adalah produk yang tepat. Sementara untuk investor yang berada di tengah-tengah, Danareksa merekomendasikan untuk berinvestasi pada Konsumer 10.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.