Pengetatan Kebijakan Ekonomi AS Bayangi Pasar, Reksadana Berbasis Energi Prospektif

Abdul Malik • 28 Sep 2021

an image
Ilustrasi kenaikan harga minyak dunia dan harga komoditas turut mendongkrak kinerja reksadana berbasis saham sektor komoditas dan energi. (Shutterstock)

IHSG melemah pada awal pekan kelima September 2021, setelah seminggu sebelumnya menguat

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada awal pekan kelima September 2021, setelah seminggu sebelumnya mengalami penguatan. IHSG pada 27 September 2021 turun 0,36 persen ke level 6.122,5.

Menurut analisis Bareksa, pelemahan indeks saham nasional akibat kekhawatiran investor terkait pengetatan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal IV 2021. Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level mendekati nol (0-0,25 persen).

Namun program pengurangan pembelian kembali obligasi atau tapering oleh The Fed sepertinya akan berlanjut, di mana The Fed akan memulai tapering pada November mendatang. Sentimen tersebut masih akan membayangi pergerakan IHSG.

Hal ini menekan kinerja mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks. Meski begitu, penguatan beberapa harga komoditas dunia masih menjadi penopang kinerja reksadana saham berbasis sektor energi.

Di sisi lain, tingkat suku bunga acuan yang rendah saat ini mendorong sejumlah perusahaan melakukan pendanaan dengan cara menerbitkan obligasi. Imbal hasil yang ditawarkan obligasi korporasi umumnya lebih tinggi dibandingkan Obligasi Negara (Surat Berharga Negara/SBN).

Hal ini menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di jenis obligasi tersebut dan mendorong kenaikan kinerja sejumlah reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 27/09/2021 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 6,2 persen, pada 27 September 2021.

Di tengah pelemahan pasar saham akibat sentimen pengetatan kebijakan ekonomi AS, investor dengan profil risiko agresif bisa mempertimbangkan beberapa produk reksadana saham dan reksadana indeks berbasis sektor energi yang masih berkinerja cemerlang, seiring penguatan harga komoditas. Investor dengan profil risiko moderat juga bisa melirik reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi yang kinerjanya masih kinclong.

Beberapa reksadana tersebut ialah :

Imbal Hasil Reksadana 1 Tahun (per 27 September 2021)

Reksadana Saham

Sucorinvest Sharia Equity Fund : 60,42 perse
Eastspring Investments Value Discovery Kelas A : 31,42 persen

Reksadana Indeks

Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund : 11,21 persen
Principal Index IDX30 Kelas O : 9,45 persen

Reksadana Pendapatan Tetap

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A : 7,38 persen
Ganesha Abadi Kelas G : 5,15 persen

Perlu diingat, apapun produk investasi pilihan kamu, agar selalu disesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasi, serta profil risiko kamu ya!

(Sigma Kinasih/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.