Indeks Memerah, Reksadana Saham Syariah Juara Imbalan Harian Tertinggi

Abdul Malik • 22 Sep 2021

an image
Ilustrasi investor Muslimah yang berinvestasi di reksadana syariah dan SBN Ritel syariah. (Shutterstock)

Ada tiga sentimen penggerak pasar pada perdagangan kemarin, di antaranya risiko gagal bayar pengembang properti terbesar kedua di China, Evergrande

Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan Selasa (21/9/2021), pasar saham Indonesia kembali harus rela berakhir di zona merah di tengah sentimen negatif yang mewarnai bursa Kawasan Asia.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,26 persen ke level 6.060,76. Angka tersebut sebenarnya jauh lebih baik mengingat IHSG di awal sesi pertama sempat anjlok 1,31 persen ke level 5.996,41.

Aktivitas perdagangan tergolong cukup ramai dengan nilai transaksi yang mencapai Rp10,98 triliun, dan investor asing terlihat lebih dominan melepas saham Tanah Air dengan catatan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp429,4 miliar di pasar reguler.

Ada tiga sentimen yang menjadi penggerak pasar pada perdagangan kemarin. Pertama adalah soal risiko gagal bayar (default) pengembang properti terbesar kedua di China Evergrande.

Kesulitan likuiditas yang dialami perusahaan dinilai dapat menimbulkan dampak yang luas tidak hanya di China saja tetapi bisa dirasakan secara global.

Kedua adalah jelang pertemuan bank sentral AS, The Fed pada Rabu (22/9/2021) waktu AS, pelaku pasar cenderung wait and see karena menanti sinyal lebih jelas terkait kapan tapering off (pengurangan pembelian obligasi) akan dilakukan.

Ketiga, datang dari dalam negeri yaitu adanya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) untuk memutuskan suku bunga acuan. BI sesuai dengan konsensus pasar memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di level 3,5 persen.

Reksadana Saham Dominasi Return Harian

Kondisi pasar saham Indonesia yang terkoreksi pada perdagangan kemarin, secara umum turut menahan kinerja reksadana saham yang memang mengalokasikan sedikitnya 80 persen portofolionya ke dalam aset berupa ekuitas tersebut.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham mengalami koreksi -0,01 persen, sementara indeks reksadana saham syariah masih mampu naik 0,3 persen.

Sumber: Bareksa

Namun secara lebih rinci, produk reksadana saham ternyata masih mampu mendominasi kinerja positif pada perdagangan kemarin.

Berdasarkan top 10 imbal hasil (return) harian pada perdagangan kemarin, 9 di antaranya ditempati oleh produk reksadana saham (khususnya yang  berbasis syariah), sementara 1 lainnya diraih produk reksadana campuran.

Sumber: Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Karena itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.