Indeks Diprediksi Bakal Menguat Meski Ada Tapering Off, Peluang Reksadana Saham

Abdul Malik • 09 Sep 2021

an image
Ilustrasi gedung kantor Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Sentimen kebijakan The Fed membayangi pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia sehingga berpengaruh pada kinerja IHSG, pasar SBN dan reksadana. (Shutterstock)

Arus modal asing ke pasar saham diprediksi masih akan menguat pada akhir tahun ini

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi menguat ke level 6.400-6.700 akhir tahun ini. Meskipun, pasar modal didera sentimen negatif dari wacana pengurangan pembelian obligasi oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).Peningkatan IHSG ini tentunya bisa berdampak positif kepada instrumen reksadana saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan IHSG masih berpotensi menguat pada akhir tahun ini ke level 6.400. Hal ini seiring dengan pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang menyatakan dampak tapering off atau pengurangan pembelian surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah AS tidak akan sebesar pada 2013.

"Artinya, apabila ini benar-benar terjadi, maka IHSG tidak akan terlalu merespons dengan penurunan lebih dalam dan ada peluang menguat pada akhir tahun ini," jelas dia baru-baru ini.

Di sisi lain, Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu menjelaskan, tapering off dari pemerintah AS akan mempengaruhi arus modal asing, baik di saham maupun obligasi. Namun dampaknya lebih terlihat di obligasi.

Menurut Chandra, dengan adanya tapering off, maka likuiditas di pasar uang AS akan berkurang sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh kepada tingkat bunga The Fed. Namun demikian, Ketua Federal Reserves Jerome Powell memastikan untuk tetap menjaga tingkat bunga yang rendah, meskipun pemerintah AS mengurangi pembelian surat utang.

"Apabila pengurangan pembelian surat utang ini dilakukan bertahap, maka dampaknya terhadap arus modal asing akan berkurang sehingga shock di pasar akan berkurang," jelas Chandra.

Dengan adanya hal ini, Chandra memprediksi arus modal asing ke pasar saham masih akan menguat pada akhir tahun ini. Sementara secara year to date (YtD) atau sepanjang tahun berjalan, arus modal asing ke pasar saham sudah mencapai Rp21 triliun.

Sedangkan untuk perkembangan IHSG, menurut Chandra tidak hanya tapering off yang menjadi pertimbangan. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah perkembangan Covid-19 dan kinerja keuangan emiten. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Chandra memprediksi IHSG bisa bergerak menguat di level 6.600-6.700. 

Prospek Saham Ekonomi Digital

Director, Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, tahun ini adalah tahun pemulihan ekonomi. Karenanya, dalam memilih investasi di saham bisa mencermati sektor yang menawarkan peluang pertumbuhan.

Salah satunya adalah saham dari sektor ekonomi digital karena sektor teknologi bisa meningkatkan bobot indeks atau MSCI Indonesia di tingkat Asia Tenggara. Kemudian, saham yang termasuk dalam 45 saham berkapitalisasi besar (LQ 45). Menurut Ezra, saham ini nantinya akan unggul ketika situasi pandemi sudah berakhir.

"Kalau kami melihat, LQ45 saat ini memang sedang tertekan karena perekonomian Indonesia memang sedang melambat akibat pandemi yang berkepanjangan," jelas dia.

Ezra menilai, untuk membuat saham LQ45 dan indeks saham kembali pulih diperlukan beberapa katalis positif seperti kebijakan Pembatasan Perlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berjalan efektif dan juga harapan positif dari vaksinasi Covid-19 yang bisa mencegah terjadinya gelombang Covid-19 ke depan.

Kendati, investor tetap perlu memperhatikan beberapa risiko seperti penanganan pandemi Covid-19, komunikasi kebijakan The Fed di tengah risiko berkembangnya pandemi dan lainnya.

"Namun seharusnya, risiko ini bisa digunakan sebagai entry point untuk bisa masuk ke reksadana saham yang bisa bertumbuh seiring pemulihan ekonomi Indonesia," kata dia.

Adapun reksadana saham yang bisa dipilih salah satunya adalah Manulife Saham Andalan. Reksadana ini adalah produk dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.

Portofolio reksadana ini tersebar di saham berkapitalisasi besar (big caps) dan second liner (saham lapis kedua). Dari sisi kinerja, Manulife Saham Andalan sudah membukukan tingkat pengembalian (return) 54,86 persen dalam setahun dan 13,88 persen dalam enam bulan.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.