Ini Faktor Penghambat Kinerja Reksadana dan Tipsnya Buat Investor

Abdul Malik • 02 Jun 2021

an image
Ilustrasi investasi di reksadana. (Shutterstock)

Bagi investor reksadana saham, dapat melakukan average down ketika indeks terkoreksi

Bareksa.com - Reksadana pasar uang disebut sebagai satu-satunya jenis reksadana yang mengalami pertumbuhan setahun terakhir. Secara keseluruhan, pemulihan ekonomi yang tampak di sejumlah kawasan dunia dinilai belum mampu mengangkat kinerja industri reksadana nasional.

Mengutip data Infovesta Utama yang dilansir Kontan per Jumat (28/5/2021), reksadana pasar uang yang mencatatkan pertumbuhan imbal hasil dalam basis tahunan.

Sementara reksadana campuran, reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap masih catatkan penurunan. Secara tahunan atau year-on-year (YoY), disebutkan imbal hasil reksadana pasar uang tumbuh 1,4 persen.

Di sisi lain imbal hasil reksadana pendapatan tetap terkoreksi 0,53 persen, serta imbal hasil reksadana campuran dan reksadana saham masing-masing secara berurutan mengalami kontraksi 1,84 persen dan 6,26 persen.

Sementara itu tanda-tanda perbaikan kondisi ekonomi, seperti terlihat di China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa.

China membukukan laju inflasi bulanan untuk April 0,9 persen, yang merupakan laju inflasi bulanan tertinggi untuk tahun ini.

Sedangkan di AS, tanda perbaikan ekonomi datang dari klaim pengangguran, yang untuk pertama kalinya turun ke level sebelum pandemi.

Penurunan angka pengangguran juga terjadi di Eropa. tingkat inflasi AS dan kawasan Eropa juga memperlihatkan kecenderungan naik.

Nah, data-data membaiknya data ekonomi global tersebut sayangnya dinilai belum memberikan dampak positif pada kinerja reksadana. Mengapa?

Dalam laporan risetnya, Infovesta menyebut masih ada beberapa kendala, hingga tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang sudah tampak, tak cukup untuk mengangkat kinerja reksadana.

Kendala tersebut seperti peningkatan kasus infeksi baru Covid-19 di kawasan Asia hingga menyebabkan beberapa negara Asia kembali menerapkan lockdown.

Di sisi lain pemulihan ekonomi di AS juga dibayangi kekhawatiran akan terjadi tappering off, yakni berupa pengurangan pembelian obligasi AS.

Disebutkan, jika ekonomi terus pulih maka tingkat suku bunga acuan AS bisa kembali meningkat. Maka, dapat memberikan tekanan tambahan untuk aset-aset investasi berisiko.

Berdasarkan kondisi tersebut, Infovesta menyarankan investor masih perlu wait and see pada reksadana pendapatan tetap, mengingat masih terdapat kekhawatiran tappering off yang bisa berefek negatif pada kinerja pasa obligasi.

Sementara itu bagi investor reksadana saham, dapat melakukan average down ketika indeks terkoreksi dengan harapan pemulihan ekonomi dalam jangka panjang.

Di sisi lain, reksadana pasar uang dengan kinerja yang stabil, dinilai dapat menjadi alternatif penempatan dana sambil menanti momen untuk kembali masuk ke jenis reksadana yang lebih berisiko.

Siap melakukan investasi di reksadana kan? Apapun jenis reksadana yang dipilih, pastikan sesuai dengan profil risiko kamu ya!

(Martina Priyanti/AM)

​***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.