Indeks Saham Pekan ke-3 Maret Ambrol, Reksadana Pendapatan Tetap Juara

Abdul Malik • 29 Mar 2021

an image
Ilustrasi investasi di reksadana pendapatan tetap dan obligasi, baik obligasi korporasi ataupun obligasi pemerintah atau SBN yang terus bertumbuh saat pasar bergejolak. (Shutterstock)

Sepanjang periode 22 – 26 Maret 2021, IHSG mengakumulasi penurunan 2,53 persen ke level 6.195

relkBareksa.com - Mengakhiri pekan ketiga Maret 2021, bursa saham Tanah Air mengalami tekanan cukup hebat hingga harus rela anjlok pada pekan lalu. Bayangkan saja, dari lima hari perdagangan yang dilalui, empat hari di antaranya bursa saham domestik berakhir di zona merah, dan hanya di hari terakhir perdagangan pekan lalu mampu menghijau.

Alhasil sepanjang periode 22 – 26 Maret 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penurunan 2,53 persen ke level 6.195,56.

Di sisi lain, investor asing juga terlihat cukup banyak melepas aset berisiko mereka yang tercermin dari aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp791,27 miliar di pasar reguler sepanjang pekan lalu.

Pekan lalu, pasar keuangan Asia (dan seluruh dunia) masih tertekan karena investor fokus ke pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Imbal hasil (yield) surat utang Negeri Paman Sam memang masih relatif tinggi.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS tidak lepas dari ekspektasi inflasi. Ekonomi AS sepertinya diperkirakan pulih lebih cepat setelah terpukul hebat oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).

Bank sentral AS (The Fed) memperkirakan ekonomi Negeri Adidaya pada 2021 tumbuh 6,5 persen. Jauh lebih baik dari perkiraan sebelumnya yaitu 4,2 persen.

"(Pertumbuhan ekonomi) akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu," tegas Jerome Powell, Ketua The Fed, dalam Rapat Kerja denga Kongres baru-baru ini.

Apalagi pemerintahan Biden akan segera menggelontorkan stimulus fiskal, kemungkinan bisa dimulai pekan ini. Salah satu program dalam stimulus ini adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga negara AS berpenghasilan kurang dari US$75.000 per tahun atau pasangan dengan gabungan pendapatan di bawah US$150.000 per tahun.

Pemulihan ekonomi akan menciptakan permintaan sehingga mendorong laju inflasi. The Fed memperkirakan inflasi pada akhir 2021 adalah 2,4 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yaitu 1,8 persen.

Reksadana Berbasis Obligasi Dominasi Return Mingguan

Kondisi pasar saham Indonesia yang anjlok cukup dalam pada pada pekan lalu, secara umum turut menekan kinerja reksadana yang berbasis ekuitas tersebut. Namun berbanding terbalik dengan reksadana yang berbasis obligasi dikarenakan pasar obligasi pada pekan lalu justru berhasil menguat.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham terlihat mengalami penurunan 1,85 persen, semenatara indeks reksadana pendapatan tetap berhasil menguat 0,46 persen.

Sumber: Bareksa

Alhasil, kondisi tersebut membuat kinerja produk reksadana pendapatan tetap yang tersedia di Bareksa mendominasi kinerja positif secara mingguan pada pekan lalu.

Berikut top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu.

Sumber: Bareksa

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat top 10 reksadana dengan imbal hasil tertinggi di Bareksa pada pekan lalu, 9 di antaranya ditempati oleh produk reksadana pendapatan tetap, sementara 1 lainnya merupakan produk reksadana saham.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

​​Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.