Berita / / Artikel

Top 20 MI April 2020: MMI Tempel Ketat Batavia PAM, Danareksa Juara Kenaikan AUM

• 15 May 2020

an image
Ilustrasi menabung investasi reksadana saham obligasi surat utang negara yang dilambangkan dengan uang koin receh

Sucor AM juara kenaikan AUM YoY, mayoritas MI membukukan kenaikan AUM reksadana MoM namun YtD dan YoY negatif

Bareksa.com - Posisi juara dana kelolaan reksadana pada April 2020 tidak banyak berubah. Posisi pertama masih ditempati Batavia Prosperindo Asset Management (PAM) dan kedua Mandiri Manajemen Investasi dengan nilai assets under management/AUM yang terpaut sangat tipis.

Sebagaimana juara pada Maret, pada April 2020 Batavia PAM kembali menjuarai dana kelolaan reksadana dengan nilai AUM Rp42,06 triliun. Di posisi kedua, Mandiri Investasi menempel ketat dengan nilai AUM Rp42,05 triliun. Keduanya sama-sama menguasai market share 9 persen.

Pada Maret 2020, perbedaan AUM keduanya Batavia lebih besar Rp1,44 triliun dibandingkan Mandiri Investasi. Namun pada April 2020, AUM Batavia PAM hanya lebih besar Rp10 miliar dari MMI.

Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyebut secara bulanan MMI membukukan kenaikan AUM 5 persen MoM, adapun Batavia PAM hanya naik 1 persen MoM. Secara YtD Batavia minus 11 persen dan MMI negatif 7 persen, dan YoY Batavia naik 1 persen dan MMI stagnan.

Posisi ketiga hingga kelima ditempati Bahana TCW dengan AUM reksadana Rp38,34 triliun, Schroders Indonesia Rp32,23 triliun dan Manulife AM Indonesia Rp28,7 triliun. Ketiganya masing-masing mengempit pangsa pasar 8 persen, 7 persen dan 6 persen.

Dari ketiga MI tersebut, Manulife membukukan kenaikan AUM terbesar secara MoM 4 persen, disusul Schroder 3 persen dan Bahana TCW stagnan. Secara YtD ketiganya negatif, yakni Bahana TCW minus 6 persen, Schroders anjlok 21 persen dan Manulife turun 3 persen. Secara YoY, AUM Bahana terkoreksi 5 persen, Schroders -25 persen dan Manulife AM -4 persen.

Top 20 MI AUM Reksadana Terbesar April 2020


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020

Dari daftar Top 20 MI aum terbesar April terbesar tersebut, Danareksa Investment Management yang berada di posisi 6 adalah MI yang paling tahan banting karena berhasil membukukan kenaikan AUM secara MoM, YtD maupun YoY.

Danareksa berhasil mencatatkan AUM Rp24,77 triliun pada April 2020 atau melonjak 10 persen secara MoM, naik 9 persen YtD dan melesat 34 persen YoY. Bulan lalu Danareksa meraih market share 5 persen.

Posisi ke-7 hingga 10 ditempati Sinarmas AM, Syailendra Capital, BNI-AM dan Eastspring dengan AUM masing-masing Rp21,41 triliun, Rp20,23 triliun, Rp20,09 triliun dan Rp18,89 triliun. Market share keempat MI tersebut, 5 persen untuk Sinarmas dan ketiga lainnya masing-masing 4 persen.

Secara MoM hanya Eastspring yang membukukan kenaikan AUM 3 persen, sedang tiga lainnya masing-masing minus 1 persen. Adapun secara YtD AUM ketiganya masih negatif, namun secara YoY hanya Sinarmas yang mencatatkan penurunan AUM 7 persen. Tiga MI lainnya membukan pertumbuhan AUM YoY, yakni Syailendra 9 persen, BNI-AM 17 persen dan Eastspring 9 persen.

Dalam daftar top 20 MI, Sucorinvest Asset Management adalah termasuk yang menonjol karena berhasil membukukan lonjakan AUM YoY mencapai 51 persen. Sucor AM berada di posisi 16 dengan nilai AUM reksadana Rp9,98 triliun dan pangsa pasar 2 persen. Secara MoM, AUM Sucor naik 3 persen dan YtD masih negatif 1 persen. 

Kenaikan AUM secara MoM juga dibukukan oleh Ashmore yang berada di posisi ke-14 dengan nilai AUM Rp12,28 triliun atau naik 6 persen MoM dan IPOT yang naik 4 persen MoM jadi Rp6,75 triliun. 

Secara keseluruhan, mayoritas MI mencatat pertumbuhan AUM negatif YtD dan YoY, namun secara mayoritas membukukan kenaikan MoM. Hal ini menandakan kinerja MI-MI mulai membaik dan bangkit setelah anjlok dalam pada Maret 2020 akibat gejolak pasar modal beberapa waktu terakhir.

Untuk diketahui, dana kelolaan atau AUM industri reksadana pada April 2020 kembali bangkit dan naik, setelah pada Maret 2020 anjlok signifikan akibat sentimen dampak penyebaran wabah corona.

Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyebut AUM reksadana pada April senilai Rp475,6 triliun, bertambah Rp4,2 triliun atau naik 0,89 persen dibandingkan Maret 2020 yang sebesar Rp471,4 triliun. Kembali naiknya AUM reksadana menunjukkan gejolak pasar finansial mulai mereda, dan kepanikan pasar mulai berkurang.

Meskipun naik secara bulanan atau month on month/MoM, namun jika dihitung secara year to date dana kelolaan industri reksadana masih anjlok 12,28 persen dibandingkan Desember 2019 yang senilai Rp542,2 triliun. AUM reksadana April 2020 juga jauh di bawah level Rp500 triliun. Sejatinya industri reksadana nasional telah mencapai AUM Rp500 triliun sejak 2018 lalu. 


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020

Kenaikan AUM industri reksadana pada April 2020 secara bulanan seiring dengan kenaikan tipis jumlah unit reksadana dari 408,6 juta unit pada Maret 2020 jadi 408,7 juta unit pada April. 


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020

Kenaikan itu juga ditopang oleh bertambahnya jumlah produk reksadana dari sebelumnya 2.224 produk pada Maret 2020 jadi 2.227 pada April 2020.

Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020

Berdasarkan kelas asetnya, reksadana terproteksi masih mendominasi dengan menyumbang 31 persen terhadap total AUM, disusul reksadana pendapatan tetap 24 persen, reksadana saham 22 persen, reksadana pasar uang 13 persen dan campuran 5 persen.


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report April 2020

Jika dilihat secara lebih detail per jenis reksadana, hampir semua jenis reksadana menyumbang kenaikan AUM pada April 2020. Di antaranya AUM reksadana saham dari sebelumnya Rp102,2 triliun pada Maret 2020 jadi Rp105,9 triliun pada April 2020 atau bertambah sekitar Rp3,7 triliun MoM.

Selanjutnya AUM reksadana pasar uang dari sebelumnya Rp60,8 triliun jadi Rp62 triliun, reksadana pendapatan tetap dari Rp114,8 triliun jadi Rp115,3 triliun, reksadana indeks dari Rp6,3 triliun jadi Rp6,8 triliun, serta ETF dari Rp11,7 triliun jadi Rp11,8 triliun.

Adapun AUM reksadana reksadana terproteksi turun dari sebelumnya Rp150,8 triliun pada Maret 2020 jadi Rp149,3 triliun pada April 2020 dan reksadana campuran stagnan di Rp24,7 triliun.

Kinerja Reksadana April 2020

Reksadana saham syariah berhasil mencatatkan kinerja terbaik atau paling cemerlang sepanjang bulan April 2020 di tengah sentimen penyebaran wabah virus corona (Covid-19) dan pekan pertama pelaksanaan Ramadan. Jenis reksadana yang halal dan sesuai hukum syariat Islam tersebut kinerjanya melampaui jenis konvensional maupun reksadana lainnya.

Indeks reksadana saham syariah di Bareksa sepanjang bulan lalu (per 30 April 2020), membukukan return 6,74 persen, melampaui indeks reksadana saham yang mencatatkan return 5,57 persen.

Kinerja cemerlang juga dicatatkan indeks reksadana campuran syariah yang membukukan return 4,77 persen sebulan per 30 April 2020, hampir dua kali lipat dari indeks reksadana campuran yang mencatat return 2,74 persen.

Indeks reksadana pasar uang syariah mencetak return 0,35 persen sebulan, juga hampir dua kali lipat dari indeks reksadana pasar uang 0,18 persen.

Sedikit berbeda indeks reksadana pendapatan tetap syariah, mencetak return 0,34 persen sebulan terakhir. Nilai return itu di bawah indeks reksadana pendapatan tetap yang mencatat return 0,84 persen sebulan.

Kinerja Indeks Reksadana di Bareksa Sebulan (per 30 April 2020)


Sumber : Bareksa

Reksadana ialah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana juga diartikan, sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.

Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.

Sebaiknya, jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.

Namun, jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).

Selalu sesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko dan target investasi kamu.

Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report April 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Tags: