Sucorinvest Asset Management Bersiap Luncurkan Dua Produk Reksadana Dolar

Bareksa • 24 Feb 2020

an image
Paparan market outlook 2020 oleh PT Sucorinvest Asset Management di Jakarta (12/12/2019) (Bareksa/AM)

Dua reksadana itu ialah Sucorinvest Stable Fund (SSF) dan Sucorinvest USD Sharia Balanced Fund (SUSBF)

Bareksa.com - PT Sucorinvest Asset Management atau Sucorinvest AM berencana menerbitkan dua produk reksadana baru pada tahun ini. Investment Specialist Sucorinvest Asset Management, Toufan Yamin menyampaikan dua reksadana itu yakni Sucorinvest Stable Fund (SSF) dan Sucorinvest USD Sharia Balanced Fund (SUSBF).

"Sucorinvest Stable Fund (SSF) akan terbit pada akhir bulan Februari ini dan Sucorinvest USD Sharia Balanced Fund (SUSBF), kami targetkan untuk terbit di awal kuartal kedua tahun ini," kata Toufan kepada Bareksa, Senin (24/2).

Toufan menjelaskan penerbitan SSF bertujuan untuk memberikan hasil investasi yang relatif stabil, likuiditas yang cukup namun di sisi lain juga memiliki potensi imbal hasil yang lebih menarik dibandingkan dengan reksa dana pasar uang.

"Untuk mencapai tujuan tersebut, SSF akan lebih fokus pada obligasi-obligasi korporasi Indonesia berkualitas tinggi mengingat imbal hasil hasil yang ditawarkan oleh kelas aset tersebut lebih menarik dibandingkan imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah," paparnya.

Toufan melanjutkan, SSF akan menjadi pilihan investasi yang menarik terutama untuk investor yang memiliki horizon investasi menengah-panjang yakni 2-3 tahun dan tipe investor yang cenderung konservatif.

Di sisi lain Toufan menjelaskan penerbitan Sucorinvest USD Sharia Balanced Fund (SUSBF) akan menjadi reksadana dalam mata uang dolar Amerika oleh Sucorinvest.

"Produk ini kami tawarkan sebagai solusi untuk investor dengan profil risiko moderat yang mencari pilihan investasi dalam mata uang dolar Amerika," kata Toufan.

Kinerja Sucorinvest

Sucorinvest menjadi perusahaan manajemen investasi (MI) yang mencatatkan lonjakan dana kelolaan (asset under management/AUM) tertinggi pada Januari 2020.

Kenaikan AUM Sucor AM di tengah lesunya industri pasar modal nasional akibat didera beragam sentimen negatif, seperti wabah virus corona dari faktor eksternal hingga beberapa kasus yang menyeret beberapa manajer investasi, seperta kasus Jiwasraya.

Pada Januari 2020, dana kelolaan industri reksadana nasional berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyusut 0,9 persen jadi atau menyusut Rp4,9 menjadi Rp537,28 triliun, jika dibandingkan posisi akhir tahun lalu atau Desember 2019 yang sebesar Rp542,18 triliun.

Namun, di tengah menyusutnya AUM industri reksadana nasional, Sucor AM justru mencatatkan lonjakan dana kelolaan hingga 11,5 persen pada Januari 2020 menjadi Rp11,19 triliun. Sucor menjadi satu-satunya MI yang dana kelolaanya mampu tumbuh di atas Rp1 triliun bulan lalu.

Direktur Utama Sucor AM, Jemmy Paul Wawointana, menyatakan lonjakan dana kelolaan pada Januari 2020 utamanya ditopang oleh kenaikan AUM di produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap dan terproteksi.

"Dengan terjadinya beberapa kasus reksadana terutama reksadana saham guaranteed return yang tidak diperbolehkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana pasar uang kami banyak menerima dana baru karena terbukti lebih aman tetapi dengan return lebih menarik," ungkapnya kepada Bareksa, (12/2).

Untuk diketahui, selain kasus PT Asuransi Jiwasraya yang menyeret beberapa nama manajer investasi, sebelumnya ada beberapa manajer investasi yang disemprit OJK akibat transaksi gagal bayar dan praktek penjualan produk yang melanggar ketentuan karena menjanjikan return pasti. Kasus-kasus tersebut dikhawatirkan mengurangi kepercayaan investor terhadap industri pasar modal Indonesia.

Tercatat dalam daftar top 5 produk reksadana Sucor AM dengan AUM tertinggi didominasi oleh reksadana pasar uang yakni Sucorinvest Money Market Fund di posisi pertama dengan dana kelolaan Rp5,17 triliun dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund di posisi ke-4 dengan AUM Rp476,8 miliar pada Januari 2020. Dua reksadana tersebut, sama-sama membukukan lonjakan dana kelolaan pada Januari 2020.

Top 5 Produk Sucor AM AUM Tertinggi Januari 2020


Sumber: Bareksa

Dengan kenaikan AUM yang dicatatkan oleh Sucor AM dan beberapa MI lainnya, menunjukkan investor masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap industri reksadana nasional. "Kami targetkan bulan Februari terjadi kenaikan AUM antara Rp300 miliar hingga Rp500 miliar lagi," ungkap Jemmy.

Menurut Jemmy, tahun lalu perseroan membukukan kenaikan signifikan untuk AUM produk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Tahun ini dia menargetkan kenaikan AUM bisa ditorehkan produk-produk reksandana saham Sucor AM.

Untuk meningkatkan kepercayaan investor di tengah lesunya kinerja pasar dan beberapa kasus yang menyeret beberapa manajer investasi, Sucor melakukan strategi dengan terus melakukan edukasi dan sosialisasi tentang reksadna dengan memperbanyak program edukasi dengan agen penjualan reksadana (Aperd). "Kami juga terus lakukan kampanye marketing online dan offline," Jemmy menjelaskan.

Jemmy menyarankan kepada investor, saat terjadi koreksi dalam di suatu asset class seharusnya saat itulah waktu yang tepat untuk masuk berinvestasi. "Kami merekomendasikan produk reksadana saham untuk saat ini," ujarnya.

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.