Kekayaan Erick Thohir Disebut Rp20 T, Begini Hasilnya Jika Investasi Reksadana

Bareksa • 24 Oct 2019

an image
Pengusaha Erick Thohir melambaikan tangannya saat berjalan memasuki Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). Presiden Joko Widodo akan memperkenalkan jajaran kabinet barunya kepada publik usai dilantik Minggu (20/10/2019) untuk masa jabatan keduanya periode tahun 2019-2024 bersama Wapres Ma'ruf Amin. ANTARA FOTO/Wahyu Putro

Pria yang kini berusia 49 tahun ini sukses di sektor media dan menjadi figur penting dalam keberhasilan Asian Games 2018

Bareksa.com - Erick Thohir terpilih menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Kabinet Indonesia Maju. Jabatan baru ini diemban Erick usai Presiden Jokowi mengenalkan nama-nama menteri yang akan membantu memimpin Indonesia di Istana Negara pada Rabu (23/10/2019).

Pria yang kini berusia 49 tahun ini sukses di sektor media dan menjadi figur penting dalam keberhasilan Asian Games 2018. Ia adalah pendiri dari Mahaka Group yang memiliki banyak media massa, mulai dari radio, media cetak, online, hingga pertelevisian.

Erick merupakan adik dari pengusaha Garibaldi "Boy" Thohir yang aktif di sektor batu bara. Boy Thohir juga melebarkan sayap ke bisnis digital sebagai Komisaris Gojek sejak Juli lalu.

Erick dan kakaknya merupakan sahabat dari Sandiaga Uno. Ketika pemilihan presiden 2019, Erick terpilih memimpin Tim Sukses Jokowi dan harus adu strategi melawan kubu Sandiaga Uno yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Reputasi Erick juga terkenal di kalangan pecinta olahraga karena sempat menjadi pemilik klub Inter Milan pada tahun 2013 - 2019. Erick pun berhasil menjalankan tugasnya sebagai Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018.

Harta Kekayaan

Erick tak bisa dipungkiri, memang masuk ke dalam salah satu konglomerat di Indonesia. Dia lahir dari keluarga Teddy Thohir, salah satu pemilik grup Astra International. Kakaknya, Garibaldi Thohir, bos Adaro Energy, didapuk sebagai orang terkaya di Indonesia dengan harta triliunan.

Dilansir Tribunnews, Erick ditaksir memiliki kekayaan mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp20 triliun. Erick punya banyak sumber kucuran kekayaan saat ini. Sempat meneruskan bisnis orang tua, Hanamasa dan Pronto, kini Erick punya perusahaannya sendiri yaitu Grup Mahaka.

Grup Mahaka terdiri dari Mahaka Advertising, yaitu layanan jasa periklanan yang biasa kita lihat di billboard, jembatan penyeberangan orang dan lainnya.

Kedua, PT Republika Media Mandiri. Perusahaan penerbitan ini menelurkan beberapa media terkenal seperti Harian Republika dan Republika Online.
Kemudian, ada JAK TV, televisi swasta Indonesia. Erick dikabarkan punya saham 50 persen saham di JAK TV.

Ada pula Alive! Indonesia, layanan brand activation, creative agency dan event organizer. Perusahaan ini telah menangani beberapa event besar seperti launching mobil terbaru. Grup Mahaka mengakuisisi perusahaan ini dengan 80 persen saham senilai Rp3,7 miliar.

Kemudian, ada PT Media Golfindo, yang menerbitkan majalah Golf Digest Indonesia, majalah seputar olahraga golf yang sasaran pasarnya tentu konglomerat penggemar hobi ini.

Plus, melalui PT Mahaka Radio Integra, Erick memiliki saham di Gen FM dan Jak FM. Tak lupa, dia juga punya saham di TV One dan Viva News.

Di kancah internasional, Erick memiliki saham di beberapa klub olahraga, yaitu klub basket NBA Philadelphian 76ers, klub Major League Soccer D.C. United dan klub sepak bola Inter Milan, dengan saham mayoritas 70 persen. Namun, sahamnya kini telah dijual.

Simulasi Reksadana

Berbicara mengenai kekayaan yang dimilikinya saat ini, dengan kekayaan sebesar situ  secara kasat mata Erick sudah bisa pensiun muda jika ia ingin melakukannya.

Namun, bagaimana jika semisal 10 persen dari kekayaan Erick diinvestasikan ke dalam instrumen reksadana saham, akan jadi seperti apa hasilnya? Berikut simulasinya.


Sumber: Bareksa

Sebagai gambaran, kinerja reksadana saham dalam 10 tahun terakhir menunjukkan hasil sangat memuaskan. Berdasarkan data reksadana saham yang dijual di Bareksa, 5 produk reksadana saham dengan return tertinggi jika dirata-ratakan memberikan return 140,36 persen dalam 10 tahun terakhir atau 14,04 persen per tahun.

Jika kita asumsikan return tersebut untuk investasi reksadana saham dari 10 persen kekayaan Erick yakni Rp2 triliun untuk 10 tahun ke depan, maka hasilnya akan tampak sebagai berikut :


Sumber: Bareksa

Dengan menggunakan Kalkulator Investasi Bareksa, maka sebagian kecil kekayaan Erick yang disisihkan yang kemudian ditabung di reksadana selama 10 tahun, nilainya naik menjadi Rp7,95 triliun.


Sumber : Bareksa

Nilai itu merupakan akumulasi dari dana pokok investasi Rp2 triliun dan potensi imbal hasil Rp5,98 triliun. Nilai potensi imbal hasil itu jauh lebih optimal dibandingkan diinvestasikan di deposito atau menabung biasa di bank. Bahkan imbal hasil reksadana tidak dipotong pajak, karena bukan merupakan objek pajak. Adapun imbal hasil atau bunga deposito harus dipotong pajak 20 persen.

Luar Biasa! Dengan tambahan aset sebanyak itu, sudah tidak terbayangkan lagi akan seperti apa kekayaan Erick di masa tuanya.

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham merupakan jenis reksadana yang minimal 80 persen isi portofolionya adalah instrumen aset saham. Reksadana jenis ini cocok untuk tujuan jangka panjang (di atas 5 tahun) dan bagi investor yang bertipikal tinggi (risk taker) dalam menghadapi risiko.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.