Masyarakat Semakin Melek Investasi, Pertumbuhan AUM Reksadana Kalahkan DPK Bank

Bareksa • 27 Aug 2019

an image
Senior Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia Adrian Maulana saat menjadi pembicara dalam acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2019 di Jakarta (24/08/2019) (Bareksa/AM)

Masyarakat mencari instrumen yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih menarik meskipun berisiko

Bareksa.com – Minat masyarakat akan investasi pada instrumen reksadana, bisa dikatakan semakin meningkat. Selain dari pertumbuhan jumlah investor, nilai dana kelolaan alias asset under management (AUM) juga bertumbuh baik.

Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksadana hingga 9 Agustus 2019 telah mencapai 1.396.831 investor atau meroket 40,31 persen secara year to date dari posisi akhir tahun 2018 yang sebanyak 995.510 investor.

Di sisi lain, berdasarkan Bareksa Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report July 2019, nilai AUM reksadana naik 5,59 persen dari posisi akhir tahun 2018 yang sebesar Rp507,3 triliun menjadi Rp535,6 triliun.

Pertumbuhan AUM reksadana bahkan mengalahkan pertumbuhan dana simpanan masyarakat di bank umum seperti tertuang dalam Distribusi Simpanan Bank Umum Periode Juli 2019 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Simpanan masyarakat di bank umum hanya naik 3,45 persen dari Rp5.704,43 triliun menjadi Rp5.901,14 triliun.

Catatan pertumbuhan industri reksadana itu pun disyukuri Senior Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia Adrian Maulana. Adrian menyampaikan, senang sekali tentunya bila masyarakat Indonesia semakin banyak yang melek investasi.

“Masalahnya pertumbuhan DPK yang baru naik 3,45 persen belum tentu karena pindah ke reksadana. Bisa ke obligasi, atau saham,” ujar Adrian kepada Bareksa, Selasa, 27 Agustus 2019.

Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report July 2019

Meski begitu, Adrian menilai di tengah tren penurunan suku bunga, masyarakat otomatis akan mencari instrumen yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih menarik meskipun ada risikonya.

Terlebih, pemerintah pun cukup gencar menerbitkan surat utang bagi masyarakat seperti ORI, Saving Bond Ritel, Sukuk Ritel, Sukuk Tabungan, sehingga bisa saja dana masyarakat masuk ke sana.

Di 2019, kata Adrian, Indonesia memasuki tren penurunan suku bunga dan pelonggaran likudiitas sehingga umumnya berdampak pada harga obligasi maupun saham, khususnya sektor yang paling diuntungkan dengan penurunan suku bunga.

“Reksadana pendapatan tetap misalnya yang berkinerja sangat baik sejak awal tahun hingga saat ini menarik perhatian banyak investor untuk berinvestasi di reksadana khususnya reksadana pendapatan tetap,” tambah Adrian.

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.