Pasar Saham Naik Turun, Ini Tips Investasi Reksadana Optimal

Hanum Kusuma Dewi • 23 Sep 2020

an image
Ilustrasi investor wanita sedang bekerja menggunakan laptop untuk melihat hasil investasi reksadana saham, obligasi, surat berharga negara. (shutterstock)

Menghadapi pasar saham yang berfluktuasi, investor harus cerdik sekaligus tidak panik

Bareksa.com - Kondisi pasar modal atau pasar saham bergerak fluktuatif alias naik turun dalam waktu dekat, terdorong oleh berbagai faktor termasuk kemungkinan Indonesia mengalami resesi ekonomi pasca pandemi Covid-19. 

Sebagai investor yang menaruh dana di pasar modal, termasuk di saham dan reksadana, pergerakan pasar saham ini terkadang membuat khawatir. Sebab, nilai investasi kita dalam portofolio, terutama reksadana saham, juga bisa ikut naik turun. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencerminkan pasar modal Indonesia, dalam sebulan terakhir terpantau turun sekitar 6,7 persen dan ditutup di level 4.917 pada penutupan hari ini, 23 September 2020. 

Dalam menghadapi pasar saham yang berfluktuasi, investor harus cerdik sekaligus tidak panik. Sehingga, bisa mengambil keputusan yang tepat dan strategi investasi terbaik untuk mendapatkan hasil optimal. 

Tips Menghadapi Fluktuasi Pasar Saham

1. Ingat Kembali Tujuan Investasi

Kita sudah tahu bahwa reksadana saham disarankan untuk jangka panjang, di atas lima tahun. Tujuan keuangan jangka panjang nilainya juga seringkali besar, misalnya, untuk pendidikan anak atau menyiapkan masa pensiun.

Kalau kita menghadapi penurunan hanya dalam sebulan terakhir ini saja, tentu hal itu tidak sebanding dengan potensi keuntungan yang kita harapkan bila menyimpannya dalam lima tahun.

2. Jangan Langsung Mencairkan Dana

Mengingat tujuan investasi kita adalah jangka panjang, tentu kita belum membutuhkan dana dalam portofolio reksadana kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu mencairkan (redeem) investasi kita sekarang.

Bila portofolio minus, nilai yang tertera dalam portofolio itu masih dalam bentuk unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi karena masih ada potensi naik kalau kita menahannya. Justru, kalau kita mencairkan di saat posisinya sedang minus, kerugian kita bisa terealisasi. Artinya, uang kita benar-benar berkurang (realized loss).

3. Kesempatan Menambah (Top Up) Dana

Melihat pasar yang turun, nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) yang mencerminkan harga reksadana juga turun. Artinya, ini adalah kesempatan untuk membeli atau menambah (top up) reksadana di harga murah.

Ibaratkan di pusat perbelanjaan sedang ada diskon besar-besaran, tentu kita bisa mendapatkan banyak barang dengan harga yang murah. Begitu juga membeli reksadana saat pasar turun, kita memiliki harapan nilainya akan naik kembali di masa depan.

4. Alihkan Sebagian

Bila uang yang kita simpan di reksadana saham akan kita gunakan dalam waktu dekat, ada baiknya kita mengalihkannya ke produk yang lebih stabil, seperti reksadana pasar uang. Meski nilai investasi berkurang, kita terpaksa harus merelakannya (cut loss) agar nilai investasi kita tidak turun lebih dalam.

Itulah tips investasi saat portofolio minus akibat tekanan pasar. Baca juga tips investasi mudah reksadana lainnya di sini.

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.