Net Sell IHSG Rp41,6 Triliun YTD, Investor Asing Masih Buru Empat Saham BUMN Ini

Bareksa • 21 May 2018

an image
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/3). Perdagangan IHSG ditutup melemah 0,69 persen atau 43,38 poin ke level 6.210,7. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Net foreign buy pada empat saham BUMN terjadi di tengah aksi penjualan besar-besaran investor asing di pasar modal

Bareksa.com – Pasar saham Indonesia masih tertekan yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), seiring dengan keluarnya dana asing dari pasar ekuitas sejak awal tahun. Meskipun demikian, sejumlah saham perusahaan milik negara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih menjadi incaran investor asing.

IHSG sudah turun 13,5 persen ke 5.783,31 hingga penutupan akhir pekan lalu Jumat 18 Mei 2018, sejak menyentuh level tertinggi sepanjang masa 6.689,29 pada 19 Februari 2018.

Arus dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia pun tercatat mencapai Rp35,12 triliun sejak level tertinggi tersebut, atau mencapai Rp41,6 triliun sejak awal tahun ini.

Namun, dalam kondisi tersebut, empat saham emiten badan usaha milik negara (BUMN) masih terus diburu asing sejak awal tahun hingga perdagangan sesi I hari ini, Senin, 21 Mei 2018.

Keempat saham yang masih mencatat beli bersih asing (net foreign buy) tersebut adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Di antara empat saham BUMN itu, net foreign buy terbesar terjadi pada saham PTBA yang mencapai Rp713 miliar sejak awal tahun hingga perdagangan sesi I hari ini (year to date/ YtD).

Di pasar regular Bursa Efek Indonesia, bahkan saham emiten batu bara ini menjadi yang paling banyak dibeli investor asing setelah saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).

Seiring dengan masuknya investor asing, harga saham PTBA sejak awal tahun juga meningkat sebesar 54,47 persen. Bahkan, saham PTBA kini menyentuh level tertingginya sepanjang masa Rp3.830 (sudah menghitung penyesuaian dengan rasio pemecahan saham/stock split)

Selanjutnya, saham WSKT mencatatkan aksi beli bersih investor asing sebesar Rp640,43 miliar. Namun, meskipun membukukan net foreign buy, harga saham WSKT secara YtD melemah sebesar 4,07 persen.

Saham BUMN ketiga yang masih diborong asing adalah SMGR dengan net buy senilai Rp383,9 miliar. Namun, harga saham SMGR YtD melemah sebesar 12,63 persen.

Terakhir, saham ANTM mengalami net foreign buy sebesar Rp144 miliar. Perolehan aksi beli investor asing mendongkrak harga saham ANTM sepanjang tahun ini yang tumbuh 40 persen YtD.

Tabel Net Foreign Buy Saham BUMN YtD Senin, 21 Mei 2018

Sumber: Bareksa.com

Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan, masuknya investor asing ke saham PTBA dan ANTM masih terkait proyeksi harga komoditas tahun ini yang prospektif, holding BUMN industri pertambangan dan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Selain faktor kenaikan harga, katanya, holding tambang akan membuat sinergi antar BUMN tambang lebih baik. Salah satunya adalh sinergi klien dan proyek-proyek BUMN tambang.

“Sedangkan pelemahan rupiah bagus untuk ekspor,” terangnya.

Ketiga faktor tersebut kemungkinan bakal membuat keuntungan PTBA dan ANTM lebih bagus.

Sementara itu, masuknya investor asing ke saham WSKT dan SMGR kemungkinan karena faktor sentimen proyek pemerintah. Perusahaan BUMN di sektor infrastruktur kemungkinan memiliki posisi bagus di proyek pemerintah.

Dia memandang prospek saham WSKT dan SMGR tahun ini masih bagus, hanya saja momentum penguatannya belum ada. “Dari sisi sentimen dan fundamental cukup bagus,” terang Lanjar. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.