Tiga Tips Hindari Panik Saat Investasi Reksadana Tertekan Pandemi

Bareksa • 17 Apr 2020

an image
Ilustrasi wanita sedang memegang handphone di dalam mobil untuk bertransaksi reksadana secara online

Kinerja reksadana terutama yang berbasis saham dan obligasi tertekan sejak pandemi virus corona Covid-19

Bareksa.com - Pandemi virus corona Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga ekonomi secara global. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi pasar modal, sehingga menekan kinerja investasi keuangan, seperti reksadana.

Kinerja reksadana terutama yang berbasis saham dan obligasi tertekan sejak pandemi virus corona Covid-19. Menurut data Bareksa, sejak awal tahun hingga 15 April 2020, Indeks Reksadana Saham mencatat penurunan 26,69 persen, terdalam di antara jenis lainnya.

Kemudian Indeks Reksadana Campuran secara year to date (YTD) anjlok 15,08 persen dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap turun 1,53 persen. Sepanjang tahun berjalan ini, hanya Indeks Reksadana Pasar Uang yang masih stabil dengan memberikan imbal hasil (return) 0,37 persen secara YTD.

Sebagian investor reksadana ada yang merasakan keuntungan investasi dalam portofolionya berkurang, atau bahkan nilainya menyusut hingga lebih kecil daripada modal awal yang ditanamkan. Inilah risiko berinvestasi, tetapi momen seperti ini juga bisa dimanfaatkan untuk mencari potensi keuntungan lebih besar.

Respon investor terhadap kondisi pandemi ini tentu berbeda-beda. Ada yang bertindak hanya karena panik saja, seperti memborong sembako dan masker untuk ditimbun. Ada juga yang justru menjual semua portofolio investasi padahal masih dalam keadaan rugi.

Lantas sebaiknya apa yang perlu kita lakukan sebagai investor?

Gresia Ariastuty Kusyanto, Direktur PT Majoris Asset Management, membagi tips bagi para investor agar tidak panik di kala menghadapi krisis, seperti pandemi Covid-19 saat ini. Ada tiga tips yang bisa kita ikuti.

"Pertama, prinsip dalam kondisi sekarang adalah jangan impulsif. Memang kondisi sekarang, pasar saham dan obligasi turun, tapi jangan borong sekaligus, mumpung murah masuk semua," ujarnya dalam video conference bersama Bareksa, 14 April 2020.

Dia menyarankan agar investor untuk membeli reksadana secara bertahap. Misalnya, sebulan sekali atau tiap market sedang turun dengan nominal yang kecil sehingga risikonya bisa terbagi-bagi.

Kedua, lanjutnya, pilih produk investasi sesuai dengan profil risiko. "Jangan cuma dengar dari teman kalau reksadana saham lagi murah. Padahal, profil risiko rendah dan terbiasa membeli reksadana jenis pasar uang," katanya.

Investasi yang tidak sesuai dengan profil risiko ini bisa membuat kita tidak tenang atau nyaman. Sebab, begitu reksadana saham nilainya turun dalam jangka waktu pendek, kita yang berprofil risiko rendah tidak bisa menerimanya.

Ketiga, Gresia mengingatkan agar selalu waspada terhadap tawaran investasi bodong. "Di saat pasar sedang turun, ada saja yang memanfaatkan momen ini untuk menawarkan investasi dengan imbal hasil pasti tinggi. Misalnya, melalui telepon atau pesan singkat," ujarnya.

Kalau kita hanya mengikuti nafsu, tentu kita tergiur dengan imbal hasil (return) pasti tersebut di saat posisi reksadana saham kita minus. Tetapi, kita harus memeriksa lebih lanjut, seperti apa model bisnisnya, dan apakah sudah mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Tawaran investasi bodong sering datang di saat seperti ini, karena kita di rumah, sering lihat handphone dan cek sosial media. Jangan tergiur return tinggi, googling dulu, cari informasi dulu sebelum buat keputusan," ucapnya.

Gresia menyarankan investor untuk tetap berinvestasi secara bertahap. Sebab, tidak ada yang tahu bagaimana kondisi pasar keuangan yang bisa naik turun dalam waktu dekat sehingga investasi bertahap, rutin dan disiplin bisa menjadi strategi terbaik untuk berinvestasi.

Dia pun memberikan saran bagi investor yang sudah memiliki portofolio agar tetap tenang dan melanjutkan investasi. "Kembali fokus ke tujuan investasi kita. Bila sejak sebelum wabah Covid-19 ini kita mau tujuan itu, ya fokus saja agar bisa tercapai," tutupnya.

Sebagai informasi, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.