Bareksa Masuk Daftar 101 Fintech Pertumbuhan Tercepat Asia Pasifik

Bareksa • 13 Apr 2020

an image
Fintech Fast 101 (IDC Asia Pacific)

IDC Financial Insights melakukan riset terhadap pemain fintech di 11 negara Asia Pasifik selain Jepang

Bareksa.com - Marketplace investasi Bareksa masuk dalam jajaran 101 perusahaan teknologi finansial (fintech) dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pacific 2020, menurut riset IDC Financial Insights.

Dalam daftar ini, Bareksa masuk bersama 9 fintech lain dari Indonesia, termasuk dompet digital OVO yang telah berkolaborasi dengan agen penjual reksadana resmi dengan lisensi Otoritas Jasa Keuangan ini.

Menurut keterangan dalam website IDC, riset Fintech Fast 101 merujuk pada pemain fintech dengan pertumbuhan cepat berdasarkan analisis lapangan yang ekstensif terhadap para pemain fintech dari 11 negara Asia Pasifik selain Jepang, yaitu China, India, Indonesia, Singapura, Hong Kong, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Korea Selatan dan Australia.

IDC Finansial Insights menerapkan kerangka kerja Triple U - ubiquity, utility and usability (kehadiran di mana-mana, kegunaan dan kebergunaan) -- untuk menentukan daftar Fintech 101 tahun ini.

Kerangka kerja tersebut mengevaluasi data fintech dalam sejumlah pengukuran kunci berikut: pasar yang tersedia, adopsi pengguna, investasi, aliansi dan kemitraan, inovasi, kesempatan bertahan hidup, dan pemasaran.

Telah mendapatkan lisensi sebagai APERD dari OJK sejak 2016, Bareksa kini telah memperluas layanan produk investasi tidak hanya pada reksadana saja. Sejak 2018, Bareksa telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan sebagai mitra distribusi untuk menjual Surat Berharga Negara (SBN) bagi investor ritel. Kemudian, Bareksa baru saja meluncurkan inovasi jual beli emas online dengan fasilitas titipan.

Berkolaborasi dengan e-commerce besar seperti Tokopedia dan Bukalapak, Bareksa bisa menjangkau lebih banyak investor di seluruh nusantara sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

Saat ini, jumlah investor yang tercatat di Bareksa mencapai 800.000 investor, atau sekitar 42 persen dari jumlah investor reksadana di Indonesia. Total AUM Bareksa per 15 Maret 2020 sudah tembus melampaui Rp2 triliun, atau melesat 20 persen dibanding akhir tahun 2019.

Berikut daftar fintech Indonesia yang masuk dalam Fintech Fast 101: Akulaku, Amartha, Bareksa, Cekaja, DANA, GoPay, Investree, LinkAja, OVO dan UangTeman.

Kolaborasi

Sementara itu, IDC Financial Insights dalam risetnya mendeskripsikan fintech sebagai model baru untuk layanan keuangan yang ditawarkan melalui vendor "nontradisional". Vendor ini bisa berupa perusahaan yang tidak selalu dianggap sebagai penyedia layanan keuangan, atau rintisan (start-up) yang menawarkan layanan dengan model dan teknologi baru.

IDC sengaja tidak memasukkan bank yang berlisensi dan lembaga keuangan lain yang menggunakan teknologi baru untuk mengubah layanan keuangan secara radikal, bahkan yang meluncurkan atau mengakuisisi merek dan perusahaan fintech mereka sendiri.

Dalam riset tahun ini, IDC menunjukkan bahwa bank-bank di Asia Pasifik memilih untuk bekerja bersama start-up fintech dan memangkas jumlah kolaborasi mereka. Bank telah bermitra dengan pemain baru yang lebih masuk akal dan mungkin membantu kereka sukses. Kebanyakan bank ingin menjawab pertanyaan, "Nilai apa yang ditambahkan oleh pemain baru ini dalam proposisi, produk atau layanan kami?"

"Kami telah melihat komitmen di level baru dari pemain yang sudah untuk bermitra dan berinvestasi dalam fintech untuk membangun kompetensi inovasi mereka sendiri dan memberikan pengalaman nasabah yang lebih tinggi. Kerjasama ini memungkinkan bank dan lembaga keuangan untuk mengalihdayakan inisiatif inovasi mereka kepada fintech," ujar Sneha Kapoor, Research Manager di IDC Financial Insights Asia/Pacific.

IDC memandang rata-rata pemain lama akan bekerja sama dengan setidaknya enam fintech pada 2020. Kolaborasi ini akan mungkin terjadi karena ekosistem perbankan baru yang terbuka.

Sebagai informasi, International Data Corporation (IDC) adalah penyedia global utama intelijen pasar, layanan konsultasi, dan acara untuk teknologi informasi, telekomunikasi, dan pasar teknologi konsumen.

Dengan lebih dari 1.100 analis di seluruh dunia, IDC menawarkan keahlian global, regional, dan lokal mengenai peluang dan tren teknologi dan industri di lebih dari 110 negara. Didirikan pada tahun 1964, IDC adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh International Data Group (IDG), perusahaan teknologi media, data, dan layanan pemasaran terkemuka di dunia.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.