Apakah NAB/UP Reksadana yang Murah Lebih Menguntungkan?

Bareksa • 07 Feb 2020

an image
Ilustrasi investasi menabung uang rupiah koin recehan di dalam toples kaca, modal mendapat keuntungan investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara

NAB/UP, yang juga dikenal sebagai harga reksadana, menjadi tolok ukur atau acuan perhitungan harga reksadana

Bareksa.com - Jika berbicara mengenai investasi reksadana, kita tidak akan lepas dengan istilah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan Net Asset Value (NAV). Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan NAB/NAV?

Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan bersih reksadana setiap harinya. Apa maksudnya total kekayaan bersih? Total kekayaan bersih adalah nilai pasar setiap jenis aset investasi (saham, obligasi, surat berharga, pasar uang, serta deposito) + dividen saham + kupon obligasi – biaya operasional reksadana (biaya MI, biaya Bank Kustodian, dan biaya lain-lain).

Adapun jika total kekayaan tersebut dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar, maka disebut dengan Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP).

NAB/UP, yang juga dikenal sebagai harga reksadana, menjadi tolok ukur atau acuan perhitungan harga dari suatu reksadana dalam transaksi. NAB/UP menjadi patokan setiap kita mau melakukan transaksi pembelian (subscription), penjualan (redemption) atau pengalihan (switching).

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa keuangan (OJK), pada hari pertama penawaran umum (initial public offering/IPO) sebuah reksadana, NAB/UP ditetapkan Rp1.000. Selanjutnya, perhitungan NAB/UP akan berubah sesuai dengan pergerakan nilainya di pasar instrumen investasi.

Besar kecilnya nominal NAB/UP ini, oleh sebagian investor dijadikan acuan murah atau mahalnya harga sebuah produk reksadana. Anggapannya, kalau harganya rendah dianggap murah dan harganya tinggi dianggap mahal.

Selanjutnya sering juga didengar kalau harganya tinggi akan lebih sulit memberikan imbal hasil (return) ke investor. Sedangkan kalau harganya rendah akan lebih mudah naik dan memberikan keuntungan.

Lantas, benarkah anggapan tersebut?

Anggapan di atas adalah belum tentu benar. Sebab, yang menentukan kinerja reksadana bukanlah harganya, melainkan kesuksesan strategi manajer investasi sebagai pengelola dana dan kondisi harga pasar.

Mau di harga berapapun, sepanjang saham dan obligasi yang terdapat di dalam aset portofolio produk reksadana yang bersangkutan naik, maka harga reksadana tersebut juga akan naik. Begitupun sebaliknya.

Tingginya NAB/UP suatu reksadana disebabkan oleh aset-aset dalam portofolio reksadana tersebut yang telah mengalami kenaikan. Sehingga pada umumnya, NAB/UP reksadana yang masih baru terbit umumnya lebih kecil dibandingkan dengan reksadana yang sudah lebih lama diluncurkan.

Berkaitan dengan harga reksadana, kita juga perlu memahami arti unit penyertaan. Unit Penyertaan (UP) adalah satuan yang digunakan dalam investasi reksadana.

Jika kita mempunyai dana Rp 10 juta untuk membeli dua produk reksadana A dan reksadana B masing-masing Rp 5 juta. Reksadana A diketahui NAB/UP-nya adalah Rp 1.000, maka kita akan mendapat 5.000 unit penyertaan reksadana A. Sedangkan, reksadana B, NAB/UP-nya adalah Rp 2.000 maka kita akan mendapat 2.500 unit penyertaan reksadana B.

Contoh lainnya tentang kinerja produk reksadana tidak terpengaruh dari besar dan kecilnya nominal NAB/unit bisa dicek di marketplace Bareksa mengenai dua produk reksadana milik PT Syailendra Capital

Sebagi contoh, kedua produk reksadana tersebut adalah Syailendra Fixed Income Fund yang memiliki NAB/Unit sebesar Rp 2.117,30 (per 6 Februari 2020) dan Syailendra Pendapatan Tetap Premium yang memiliki NAB/Unit sebesar Rp 1.277,86 (per 6 Februari 2020). Kedua produk reksadana Syailendra tersebut sama-sama berjenis reksadana pendapatan tetap.

Sumber: Bareksa

Jika melihat kinerja masing-masing produk 1 tahun terakhir (6 Februari 2019 – 6 Februari 2020), Syailendra Fixed Income Fund memiliki kinerja yang lebih baik yakni tumbuh 14,85 persen sedangkan Syailendra Pendapatan Tetap Premium tumbuh 10,07 persen. Padahal NAB/Unit Syailendra Fixed Income Fund lebih besar dibandingkan dengan Syailendra Pendapatan Tetap Premium.

Karena imbal hasil dari reksadana adalah selisih antara NAB/UP saat jual dan beli, maka berapa pun NAB/UP reksadana yang kita pilih tidak masalah. Hal yang perlu kita perhatikan adalah isi portofolio reksadana tersebut dan kestabilan reksadana dalam memberikan imbal hasil.

Dalam berbagai teori tentang reksadana, hal yang umumnya dihitung adalah penilaian kinerja, bukan valuasi mahal atau murah. Adapun yang dimaksud dengan penilaian kinerja adalah seberapa baik kinerja reksadana dibandingkan produk sejenis.

Di Bareksa, kita bisa menggunakan Barometer, yang menunjukkan kinerja reksadana relatif terhadap risikonya. Semakin tinggi Barometer, semakin baik dengan nilai sempurna lima bulatan.

Cek juga daftar produk reksadana rekomendasi Bareksa Januari 2020 di sini.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.