Rajin Kalahkan IHSG, Ini Lho Rahasia Dapur Reksadana Saham Sucorinvest

Bareksa • 29 Aug 2019

an image
Petugas PT Sucorinvest Asset Management sedang memberikan penjelasan kepada nasabah perihal keuntungan berinvestasi di reksadana (Bareksa/AM)

Salah satunya, menghindari sektor properti sejak 2-3 tahun terakhir

Bareksa.com – Reksadana saham milik PT Sucorinvest Asset Management sedang berjaya. Dari tiga produk yang dijual Bareksa, semuanya memiliki kinerja positif bahkan dalam 3-5 tahun ke belakang.

Bahkan pada tahun ini, tiga produk reksadana saham milik Sucorinvest itu pun masuk deretan 6 besar pemberi return tertinggi.

Ternyata, kinerja produk reksadana saham Sucorinvest tersebut bukan tanpa sebab. Pasalnya, sejak 2016 lalu, Sucorinvest menerapkan strategi baru untuk memaksimalkan keuntungan atau paling tidak tetap berada di atas benchmark Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Seperti yang disampaikan Fund Manager Sucor Asset Management, Billy Budiman, saat ditemui Bareksa di sela seminar “Rahasia Dapur Reksadana Saham dan Market Outlook Q4 2019 Sucorinvest" di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2019.

Lalu, apa saja strategi Sucorinvest dalam menjaga kinerja reksadana sahamnya?

Billy menerangkan, Sucorinvest memilih untuk tidak mencari saham yang crowd karena potensi gain yang didapat tidak banyak.

“Kalau ternyata terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan outlooknya susah cut lost karena semua cut lost harga saham turunnya cepat banget. Itulah kenapa kami gak begitu suka yang seperti itu,” ungkap Billy.

Billy juga bilang, Sucorinvest tidak mengandalkan riset atau laporan analis dalam memilih saham. Kerap kali, tim Sucorinvest terjun langsung ke perusahaan sasaran, membandingkannya dengan kompetitor, kemudian mengambil sikap beli atau tidak saham perusahaan tersebut.

“Laporan analis kami baca. Tapi keputusan ada di tangan kami. Makanya kami kunjungi perusahaan secara langsung sebelum beli sahamnya,” jelas Billy.

Selain itu, Sucorinvest enggan memilih saham perusahaan sebesar apapun tanpa outlook yang baik.

Dari sisi sektor saham pilihan, Billy memaparkan, Sucorinvest sudah menghindari sektor properti sejak 2-3 tahun terakhir. Menurut dia, sektor properti masih dalam masa oversupply terkair keterjangkauan harga yang masih terbilang mahal tanpa didukung demand yang kuat.

Adapun sektor andalan Sucorinvest tertuju pada consumer goods yang dianggap aman dalam kondisi apapun.

“Kami juga melihat sektor kabel terkait harga alumunium dan tembaga yang masih turun serta proyek PLN yang terus berjalan,” jelasnya.

Performa Tiga Produk Reksadana Saham Sucorinvest

Sumber: Bareksa.com

Dengan beragam strategi itu, Billy menegaskan, investor reksadana bisa melihat performa reksadana saham Sucorinvest dalam 3-5 tahun ke belakang. Billy menyebut, produk yang ada selalu bisa mengalahkan benchmark IHSG.

Namun Billy menyampaikan, pihaknya tidak bisa menjanjikan akan selalu menjadi nomor satu di pasar.

“Tapi kami akan terus berusaha produk reksadana saham akan naik seiring kenaikan IHSG dan turun tidak sebanyak saat IHSG turun. Intinya, kami akan berusaha untuk mengalahkan benchmark,” imbuhnya.

Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana