Mengenal Investasi Reksadana untuk Pemula

Bareksa • 11 Jan 2019

an image
Ilustrasi investasi yang digambarkan dengan pohon yang tumbuh dari uang koin di telapak tangan.

Produk investasi reksadana sangat cocok bagi para investor yang memiliki banyak keterbatasan

Bareksa.com - Masih di suasana awal tahun 2019, banyak orang memiliki kebingungan tentang perencanaan keuangannya, salah satunya mengenai instrumen investasi yang cocok bagi dirinya. Bagaimana jika memilih reksadana?

Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Produk investasi reksadana sangat cocok bagi para investor yang memiliki banyak keterbatasan, seperti waktu terbatas, dana terbatas, informasi terbatas, dan pengetahuan investasi yang terbatas.

Di samping itu, instrumen ini juga mampu mengurangi risiko investasi karena disebarkan pada berbagai produk investasi. Tetapi bukan berarti reksadana bebas risiko. Untuk itu, investor tetap perlu mempelajari berbagai risiko produk ini.

Sedikit flashback, reksadana mulai dikenal di indonesia sejak 1995 dan berkembang pesat mulai 1996. Sebagai sarana investasi, reksadana diharapkan akan memudahkan masyarakat luas dalam berinvestasi di pasar modal.

Perkembangan produk reksadana di indonesia relatif pesat. Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang tahun 2018 nilai dana kelolaan industri reksadana meningkat 50,31 triliun atau 11,01 persen year on year (YoY), dari posisi Desember 2017 sebesar Rp456,96 triliun, menjadi Rp507,26 triliun di Desember 2018.

Pesatnya perkembangan industri reksadana, tampaknya tak lepas dari karakteristik produk ini yang memang unik dan sangat cocok bagi para investor yang memiliki banyak keterbatasan, seperti waktu terbatas, dana terbatas, informasi terbatas, dan pengetahuan investasi yang terbatas.

Di samping itu, produk reksadana disebut juga sebagai produk investasi yang paling sesuai dengan pepatah bapak investasi dunia Warren Buffet, yaitu "Don’t put all eggs in one basket". Maksudnya adalah untuk mengurangi risiko, kita perlu menyebar penempatan investasi, sehingga kita terhindar dari risiko kerugian secara total (total loss).

Mekanisme Transaksi

Pada dasarnya, transaksi di reksadana sangat mudah. Kita cukup mencari produk reksadana yang sesuai, pilih manajer investasinya, baca prospektusnya, lalu lakukan pembelian (subscription) dan transfer dananya.

Selain itu, kita juga bisa membeli langsung melalui manajer investasi atau membelinya lewat agen penjual reksadana (APERD) yang ditunjuk, salah satunya Bareksa. Kita datang ke penjual reksadana, membuka rekening reksadana, mengisi formulir, menyiapkan fotokopi identitas, dan tentu saja menyiapkan dana yang hendak diinvestasikan untuk membeli unit reksadana.

Namun jika lewat Bareksa, semua itu bisa dilakukan via online dan tanpa perlu repot-repot datang ke kantor APERD dan mengisi formulir secara manual, sehingga semuanya menjadi cepat, praktis, dan mudah.

Sebagai buktinya kepemilikan unit reksadana tersebut, kita akan mendapat sertifikat reksadana sejumlah unit yang kita beli. Unit penyertaan reksadana ada dua jenis. Pertama, unit penyertaan reksadana yang bisa dijual kembali kepada manajer investasi disebut reksadana terbuka (open end). Sebagian reksadana yang ada di Tanah air berbentuk reksadana terbuka. Kebalikannya adalah reksadana tertutup (close end), yakni reksadana yang hanya bisa dijual kepada investor lain melalui pasar sekunder.

Manajer investasi merupakan elemen penting dalam transaksi reksadana. Sebab, ketika kita membeli unit penyertaan reksadana, maka kita mempercayakan pengelolaan dana tersebut kepada mereka.

Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan dana adalah manajer investasi akan melakukan transaksi jual beli saham di bursa, dan hasil dari pengelolaan mereka akan tercermin dalam harga unit penyertaan yang biasa dikenal dengan istilah NAV/NAB (Net Asset Value/Nilai Aktiva Bersih).

Pada reksadana, manajer investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada sebuah surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukan ke dalam NAB reksadana tersebut.

NAB merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. NAB per saham/unit penyertaan adalah harga dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.

Satuan reksadana dihitung berdasarkan unit penyertaan (UP) dan NAB. Sebagai contoh, hari ini reksadana X harga NAB-nya Rp1.300. Kita berencana membeli 1.000 UP, maka kita membutuhkan dana Rp1,3 juta (plus komisi/fee).

Seandainya akhir tahun nanti harga NAB-nya Rp1.500 dan kita hendak mencairkan reksadana kita, maka keuntungan kita sebesar Rp200 ribu (minus komisi/fee). Sebaliknya, andaikan harga NAB-nya turun menjadi Rp1.000, maka kerugian kita menjadi Rp300 ribu (plus komisi/fee).

Keuntungan yang didapat dari reksadana ini tidak lagi dipotong pajak karena sudah langsung dihitung dari NAB-nya.

Tertarik untuk mencoba mulai investasi di reksadana?

Sebagai informasi, mayoritas reksadana di Bareksa bisa dibeli dengan modal Rp100.000 saja. Jadi dengan modal yang sangat minimal, investor bisa juga berpotensi menikmati keuntungan maksimal.

Keuntungan lainnya adalah mayoritas reksadana di Bareksa juga tidak mengenakan biaya (fee) pada saat pembelian atau penjualan. Sehingga, hasil yang diterima investor bisa maksimal.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, gabung komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.