Berita Hari Ini : SMGR Siap Tuntaskan Akuisisi SMCB, Capex JPFA Rp3 Triliun

Bareksa • 11 Jan 2019

an image
Pekerja memuat sak semen dari truk ke dalam kapal di Pelabuhan Rakyat Kalimas, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/2). PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat, volume penjualan semen sebesar 28,96 juta ton sepanjang tahun 2017, meningkat 10,2 persen year on year (yoy) dari sebelumnya penjualannya sebanyak 26,28 juta ton pada 2016. (ANTARA FOTO/Didik S)

ARII akuisisi PLNBBI, ZINC siapkan capex hingga US$60 juta, PBRX bangun fasilitas baru

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 11 Januari 2019 :

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

Tahun ini bakal mendapatkan tenaga baru dari kontribusi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Namun sebelum itu, mereka masih harus menuntaskan transaksi akuisisi 80,6 persen saham Holcim Indonesia. Akuisisi mungkin rampung antara akhir Januari hingga awal Februari nanti. Saat ini, Semen Indonesia masih menyelesaikan administrasi.

"Bila sudah selesai, dampaknya dari sisi kinerja akan tercermin di laporan keuangan tahun 2019," kata Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto, seperti dikutip Kontan.

Kembali mengingatkan, Semen Indonesia atau yang bersandi SMGR di Bursa Efek Indonesia (BEI), telah menandatangani perjanjian pengikatan jual-beli bersyarat atas 6,17 miliar saham Holcim Indonesia atau yang berkode SMCB.

Transaksi pada 13 November 2018 tersebut bernilai US$917 juta. Semen Indonesia tercatat memiliki kapasitas produksi 38 juta ton per tahun. Sementara Holcim Indonesia memiliki kapasitas 15 juta ton per tahun.

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Emiten unggas ini mengalokasikan belanja modal Rp3 triliun untuk kegiatan usaha perunggasan. Koesbyanto Setyadharma, Direktur Japfa Comfeed Indonesia, menuturkan belanja modal pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan belanja modal pada tahun ini sejalan dengan proyeksi perkembangan industri unggas yang positif.

“Perkiraan nilai belanja modal senilai Rp3 triliun, di mana sekitar 20 - 25 persen merupakan belanja modal untuk pemeliharaan dan perbaikan,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Sebagian besar sisanya, lanjut Koesbyanto, akan dibelanjakan untuk kegiatan usaha perunggasan dan kegiatan terkait lainnya. Namun, belanja modal akan disesuaikan dengan perkembangan pasar pada tahun ini.

PT Atlas Resources Tbk (ARII)

Perseroan mengambil alih saham baru PT PLN Batubara Investasi (PLNBBI). Aksi korporasi yang ditandatangani pada 8 Januari 2019 tersebut dilakukan oleh dua perusahaan yang dikendalikan oleh Atlas Resources yakni PT Optima Persada Energi (OPE) dan PT Aquela Pratama Indonesia (API).

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (10/1), OPE dan API harus membeli saham baru PLNBBI lantaran PLNBBI membeli 51 persen saham PT Banyan Koalindo Lestari (BKL).

Akibat dari transaksi tersebut, Sekretaris Perusahaan Atlas Resources Lidwina S. Nugraha menjelaskan, ada perubahan pengendalian di saham Banyan Koalindo. Yakni PLNBBI menjadi pemegang saham pengendali Banyan Koalindo.

"Transaksi juga membuat terbagi klasifikasi saham di BKL menjadi saham Seri A milik OPE dan API. Sedang saham seri B dimiliki PLNBBI," kata dia.

PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC)

Perseroan berniat menggenjot produksi. Emiten tambang ini antara lain berencana menambah alat penunjang produksi. Untuk itu, ZINC menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) antara US$50 juta hingga US$60 juta untuk dua tahun kedepan.

"Sebesar US$10 juta akan digunakan tahun ini," ujar Direktur Keuangan ZINC Susanto William.

Capex tahun ini dialokasikan untuk pengadaan alat berat, seperti excavator, dump truck dan alat bor. ZINC akan melakukan penambahan armada dump truck, di mana sekitar 60 persen bakal digunakan untuk proses hauling dari tambang ke pelabuhan.

Sebagian pendanaan capex ZINC berasal dari obligasi. Perusahaan ini siap menerbitkan obligasi dengan nilai emisi maksimal Rp600 miliar. Jelang akhir tahun lalu, ZINC telah merilis obligasi tahap pertama senilai Rp73 miliar.

PT Pan Brothers Tbk (PBRX)

Demi mendukung target pertumbuhan penjualan, ekspansi pabrik terus berjalan. Selain menambah kapasitas pabrik yang sudah beroperasi alias brown field, mereka tak segan membangun fasilitas produksi baru atau yang biasa dikenal dengan sebutan green field. Tahun ini, Pan Brothers bakal mengoperasikan pabrik baru dengan kapasitas setara 6 juta potong kaos polo di Tasikmalaya II, Jawa Barat.

"Itu akan efektif di semester II 2019," tutur Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto seperti dikutip Kontan.

Kehadiran pabrik Tasikmalaya II otomatis akan menambah kemampuan produksi Pan Brothers. Sesuai dengan penjelasan manajemen perusahaan dalam paparan publik Desember 2018, target kapasitas produksi tahun ini mencapai 96 juta potong garmen. Target itu mencakup pabrik milik Pan Brothers maupun anak usaha.

PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF)

Perseroan menyiapkan belanja modal senilai Rp100 miliar untuk merealisasikan rencana ekspansi bisnis pada 2019. Estika Tata Tiara resmi menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia setelah melepas 376,86 juta saham dengan harga perdana saham Rp340.

Lewat aksi go public tersebut, emiten berkode saham BEEF itu mengantongi dana segar senilai Rp128,13 miliar. Setelah IPO, Direktur Utama Estika Tata Tiara Yustinus Sadmoko mengatakan perseroan akan menggenjot ekspansi usaha. Untuk itu, perseroan akan mengoptimalkan beragam opsi penggalangan dana dari pasar modal.

“Semua rencana ada. Ada obligasi, MTN, tetapi masih rencana,” katanya.

Senada, Direktur Independen Estika Tata Tiara Frederik Wattimena mengatakan perseroan akan memaksimalkan akses pasar modal untuk pendanaan.

“Perlu dana yang cukup banyak untuk menjaga pertumbuhan,” katanya.

(AM)