Rupiah Menguat Tajam Jadi Rp14.500-an per Dolar AS, Ditopang Faktor Ini

Bareksa • 08 Nov 2018

an image
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi M

Rupiah menguat ditopang faktor eksternal di antaranya hasil Pemilu sela AS dan internal yakni naiknya cadangan devisa

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat signifikan. Dalam 2 hari perdagangan terakhir, performa rupiah memang terbilang luar biasa.

Melansir dari situs Reuters, pada perdagangan Rabu 7 November 2018 nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp14.565 per dolar AS, menguat tajam 1,61 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp14.803 per dolar AS.

Sumber: Reuters

Faktor Eksternal

Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terbilang wajar mengingat dolar AS yang memang sedang dalam posisi tertekan. Kemarin pada pukul 16:14 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah sampai 0,46 persen.

Sentimen utama penekan dolar AS berasal dari hasil Pemilihan Sela di Negeri Paman Sam. Partai Republik yang merupakan pendukung Presiden Donald Trump, memang masih menguasai Senat.

Hingga pukul 16:15 WIB kemarin, sudah ada 96 kursi yang terkonfirmasi dari 100 yang diperebutkan. Hasilnya Partai Republik mempertahankan dominasi dengan 51 kursi (51 persen) berbanding dengan Partai Demokrat 43 kursi (43 persen). Tidak ada perubahan dan tidak ada kejutan.

Namun di House of Representative, kemungkinan besar akan ada perubahan peta politik. Partai Demokrat yang selama 2 tahun ini praktis tanpa kekuatan, kini berpeluang besar menjadi penguasa di parlemen.

Dari 435 kursi yang diperebutkan, sudah 412 yang terkonfirmasi hingga pukul 16:15 WIB kemarin. Partai Demokrat mendominasi dengan 219 kursi (50,3 persen) sementara Partai Republik memperoleh 193 kursi (44,4 persen).

Bisa jadi kondisi politik AS ke depan akan dipenuhi kegaduhan. Kebijakan-kebijakan Trump kemungkinan akan terhambat di kongres sehingga menciptakan musuh utama bagi investor yakni ketidakpastian.

Keperkasaan rupiah tak lepas dari menguatnya ekspektasi kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilu sela. Kemenangan Partai Demokrat akan memberikan penyeimbang peta politik di negeri Paman Sam, dan mengurangi dominasi Partai Republik yang saat ini menentukan arah pengelolaan fiskal AS.

Posisi mayoritas Partai Demokrat berpotensi dapat mengganjal berbagai kebijakan Presiden Trump yang dinilai tidak market friendly.

Faktor lain yang ikut menekan dolar AS yaitu perkembangan perdamaian dagang antara AS dengan China. Wang Qishan, Wakil Presiden China, menegaskan China siap berdiskusi dan bekerja dengan AS untuk menyelesaikan friksi dagang yang terjadi sepanjang tahun ini.

“China dan AS tentu berharap ada peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan. China siap berunding dengan AS atas kesepakatan bersama untuk menyelesaikan berbagai isu di bidang tersebut. Sikap negatif dan kemarahan bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah, tidak bisa juga dengan membatasi diri. Itu hanya memperparah turbulensi di pasar global,” papar Wang dalam pidato di Singapura, seperti dilansir dari South China Morning Post.

Faktor Internal

Sementara dari internal, penguatan rupiah ditopang oleh rilis data cadangan devisa. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa untuk periode Oktober 2018 sebesar US$115,2 miliar, naik US$353 juta dibandingkan posisi September 2018 sebesar US$114,8 miliar.

Ini adalah pertama kalinya cadangan devisa membukukan kenaikan sepanjang tahun ini.


Sumber: Bank Indonesia, diolah Bareksa

Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.