Berita Hari Ini : MAIN Raih Pinjaman Rp1 Triliun, INDY Bentuk Anak Usaha Baru

Bareksa • 06 Nov 2018

an image
Pekerja memberi pakan ayam potong di peternakan kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat, Rabu (23/3). Sejumlah peternak ayam di kawasan itu mengaku khawatir dengan mewabahnya flu burung di sejumlah daerah karena dapat membuat omset mereka menurun. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

DSNG akuisisi 2 perusahaan Rp1,35 triliun, TAXI rugi Rp537 miliar, HEAL tambah 2 rumah sakit, WSKT optimistis laba naik

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 6 November 2018 :

PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)

MAIN memperoleh pinjaman sekitar Rp1 triliun untuk kebutuhan investasi dan modal kerja.

Emiten unggas ini memperoleh pinjaman dari dua bank yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dengan nilai yang diperoleh masing-masing Rp350 miliar dan US$50 juta. Bila kurs dolar senilai Rp15.000, maka pinjaman dalam dolar sekitar Rp750 miliar.

Sekretaris Perusahaan Malindo Feedmill Andre Hendjan, mengatakan pinjaman dari BCA merupakan installment loan dan akan digunakan untuk modal kerja. Sementara itu, pinjaman dari Bank CIMB Niaga akan digunakan untuk refinancing capital expenditure.

PT Indika Energy Tbk (INDY)

INDY pada 1 November 2018 membentuk anak usaha baru. Bersama dengan PT Indika Energy Infrastructure, INDY membentuk anak perusahaan baru dengan nama PT Indika Mineral Investindo (IMI).

Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan INDY dalam keterbukaan informasi menyampaikan pendirian sudah dituangkan dalam Akta Pendirian No.09 tanggal 31 Oktober 2018 yang dibuat oleh Ungke Mulawati, SH, M.Kn Notaris yang berkedudukan di Kabupaten Bekasi.

INDY menguasai 99,9 persen saham IMI atau setara dengan 9.999 saham dengan total nilai saham sebesar Rp9,99 miliar. Sedangkan PT Indika Energy Infrastructure menguasai satu saham dengan nilai Rp1 juta.

PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

TAXI  kembali mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan akibat belum selesainya rencana restruksturisasi.

Pada kuartal III 2018, TAXI mencatatkan rugi bersih Rp537,96 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di mana perusahaan rugi Rp210,58 miliar.

Membengkaknya kerugian perusahaan karena peningkatan beban dan penurunan pendapatan usaha. Pendapatan TAXI pada kuartal III 2018 mencapai Rp187,02 miliar, angka ini anjlok 19,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)

Emiten perkebunan DSNG  berencana mengakuisisi dua perusahaan perkebunan di Kalimantan Timur dengan nilai Rp1,35 triliun.

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo menyampaikan, perusahaan akan mengakuisisi PT Bima Palma Nugraha (BPN) dan PT Bima Agri Sawit (BAS) dengan nilai transaksi Rp1,35 triliun.

Perinciannya, DSNG akan mengambilalih 286.100 saham BPN senilai Rp1 triliun, dan 63.600 saham BAS senilai Rp349 miliar.

Cukai Rokok

Pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan tarif cukai rokok tahun 2019 dan menunda penerapan kebijakan simplifikasi tarif cukai rokok. Sehingga tarif cukai rokok tetap sama dengan tahun 2018. Keputusan ini berdasarkan rapat kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) menilai keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai rokok 2019 dan menunda simplifikasi tarif cukai sudah tepat. Hal ini sejalan dengan aspirasi para stakeholder pertembakauan, melihat kondisi industri hasil tembakau dalam beberapa tahun ini sedang mengalami tekanan.

PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)

HEAL optimistis bisa mencapai target pendapatan Rp3 triliun akhir tahun ini. Caranya lewat dengan penambahan rumah sakit baru dan menjaga efisiensi operasional rumah sakit.

Aristo Setiawidjaja, Direktur Keuangan & Pengembangan Strategik PT Medikaloka Hermina Tbk menyatakan pada kuartal IV nanti akan menambah satu rumah sakit baru dan mengelola satu rumah sakit baru hasil kolaborasi.

"Perusahaan akan menambah satu rumah sakit baru di Padang dan satu rumah sakit di Jayapura yang sudah mulai operasional beberapa pekan lalu. Rumah sakit tersebut berdiri melalui kolaborasi dengan organisasi Papua setempat dan akan dikelola Hermina," ujarnya

 PT Waskita Karya (WSKT)

WSKT memproyeksikan pekerjaan jalan tol masih menjadi penopang perseroan untuk mencapai target pertumbuhan laba bersih hingga 7 persen pada akhir tahun ini.

Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Shastia Hadiarti memproyeksikan pendapatan usaha masih akan tumbuh sekitar 19 persen secara tahunan pada akhir 2018. Sementara itu, laba bersih diperkirakan  tumbuh sekitar 6-7 persen dari capaian pada periode yang sama tahun lalu.

“Proyek yang menyumbang pendapatan usaha terbesar selama 2018 masih berasal dari pengerjaan proyek jalan tol terutama di Jakarta dan ruas tol Trans-Jawa,” ujarnya.

(AM)