Saham Melonjak Seiring Rencana Kenaikan Bunga Kredit, Ini Peluang BBRI

Bareksa • 01 Nov 2018

an image
Dirut BRI Suprajarto (kiri) didampingi Wadirut Sunarso (kanan) memaparkan kinerja Bank BRI semester I 2017 di Jakarta, Kamis (3/8). Pada semester I tahun 2017, Bank BRI berhasil meraih laba sebesar Rp13,4 triliun atau naik 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis, 1 November 2018, saham BBRI menguat 1,27 persen

Bareksa.com - Pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis, 1 November 2018, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) diperdagangkan menguat 1,27 persen atau 40 poin ke level Rp3.190 per saham.

Penguatan saham bank pelat merah itu berlanjut setelah kemarin, saham BBRI juga menguat 3,96 persen berakhir di level Rp3.150 per saham.

Saham BBRI bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjuarai nilai transaksi perdagangan terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencapai Rp678,79 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham BBRI pada perdagangan kemarin antara lain Merrill Lynch Sekuritas (ML) dengan nilai pembelian Rp200,87 miliar, kemudian Morgan Stanley Sekuritas (MS) Rp152,05miliar, dan Credit Suisse Sekuritas (CS) Rp49,23 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham BBRI secara keseluruhan yaitu 29,59 persen, 22,4 persen, dan 7,25 persen.

Naikkan Bunga Kredit

BBRI berencana menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5 persen pada November 2018. Langkah tersebut diambil guna menyesuaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang tercatat telah naik 150 bps (1,5 persen) menjadi 5,75 persen sepanjang tahun ini.

"Belum naik sama sekali kita (suku bunga), makannya net interest margin atau NIM-nya anjlok. Jadi November ini mau enggak mau harus, paling 50 bps," tutur Direktur Utama BRI Suprajarto di Bontang, Kalimantan Timur, seperti ditulis Senin (29/10/2018).

Meski belum tercatat sama sekali menaikkan suku bunga perseroan, bank dengan penyaluran kredit terbesar ke sektor UMKM itu pun mengaku banyak menerima keluhan soal rencana kenaikan suku bunga.

"Mau enggak mau ya naikkin 50 bps, tapi itu juga UKM sudah pada teriak," ujar dia.

Suprajarto menyebutkan, posisi bunga kredit usaha rakyat (KUR) BRI untuk saat ini 7 persen. KUR berkontribusi sebanyak 76,9 persen dari keseluruhan penyaluran kredit BRI.

Akibat menahan kenaikkan suku bunga itu, lanjut dia, pertumbuhan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BRI anjlok 40 bps (0,4 persen) menjadi 7,61 persen pada kuartal III 2018 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Karena (penyaluran kredit) kita kecil-kecil, jadi enggak mungkin kita naikin. NIM-nya otomatis langsung kegeret ke bawah, tapi masih normal menurut saya turunya NIM ini" kata dia.

"Jadi memang kondisi ekonominya itu sangat tidak kondusif. Kita yang penting bagaimana mereka tetap sustain, tidak berimbas," tambah dia.

Analisis Teknikal Saham BBRI


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BBRI pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang cukup besar serta adanya short lower shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang cukup lebar hingga mampu ditutup pada level tertingginya, meskipun sebelumnya sempat bergerak di bawah level pembukaannya..

Volume terlihat mengalami lonjakan signifikan dibandingkan sehari sebelumnyamenandakan adanya akumulasi beli serta partisipasi yang besar dari para pelaku pasar.

Kemudian investor asing tercatat membukukan net buy pada perdagangan kemarin senilai Rp406,52 miliar, atau yang terbesar dibandingkan seluruh saham lain di BEI.

Selain itu,indikator relative strength index (RSI) saham BBRI terpantau mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan resisten terdekat berada di level Rp3.190.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.