Laba BBNI Melonjak 12,6 Persen Namun NIM Tergerus, Bagaimana Kinerja Sahamnya?

Bareksa • 19 Oct 2018

an image
Dirut BNI Achmad Baiquni (ketiga kiri) bersama jajaran direksi memberikan keterangan kepada media usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tahun buku 2017 di Jakarta, Selasa (20/3). Pada RUPS Tahunan Tahun Buku 2017 BNI akan membagikan deviden sebesar 35 persen total Rp4,77 triliun kepada para pemegang saham. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Margin bunga bersih (NIM) BNI tergerus dari sebelumnya 5,5 persen menjadi 5,3 persen

Bareksa.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berhasil mengantongi laba bersih Rp11,44 triliun pada kuartal III 2018. Angka tersebut naik 12,6 persen dibandingkan dengan laba di periode yang sama tahun lalu Rp10,16 triliun.


Sumber : BNI

Kenaikan laba bersih BBNI ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tercatat naik 10,6 persen menjadi Rp26,01 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp23,51 triliun.

Di sisi lain, laju pertumbuhan beban bunga sedikit lebih cepat dengan tumbuh 12,9 persen dari sebelumnya Rp11,89 triliun pada kuartal III 2017, menjadi Rp13,42 triliun pada kuartal III 2018.

Alhasil, kondisi tersebut membuat margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BNI tergerus dari sebelumnya 5,5 persen pada 9 bulan pertama  2017, menjadi 5,3 persen di periode yang sama tahun ini.

Kenaikan pendapatan bunga bersih BNI dikarenakan adanya peningkatan penyaluran kredit dan tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang membuat beban bunga berhasil dikendalikan.

Kredit BNI tercatat tumbuh 15,6 persen menjadi Rp487,04 triliun pada kuartal III 2018, dari sebelumnya Rp421,41 triliun pada kuartal III 2017. Pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit pada bisnis korporasi yang meningkat 18,5 persenyear on year (yoy) terutama kontribusi dari industri manufaktur, perdagangan, restoran & hotel, serta konstruksi.

Kemudian pada bisnis konsumer, payroll loan masih menjadi penggerak utama dalam menumbuhkan kredit konsumer. Pada Kuartal III 2018, payroll loan mencatatkan pertumbuhan 43,7 persen yoy menjadi Rp22,77 triliun.

Kartu kredit tumbuh 8,1 persen yoy menjadi Rp12,43 triliun. Sedangkan kredit pemilikan rumah (KPR) mencatatkan pertumbuhan 9,1 persen yoy menjadi Rp39,33 triliun.


Sumber: Laporan Presentasi Perseroan

Sementara itu, DPK tercatat tumbuh 14,2 persen menjadi Rp548,59 triliun pada kuartal III 2018, dari sebelumnya Rp480,53 triliun pada kuartal III 2017.

kontribusi dana murah mencapai 61,9 persen naik dari sebelumnya sebelumnya 60,4 persen. Hal tersebut membuat biaya dana (cost of fund) turun dari 3 persen menjadi 2,8 persen.


Sumber: Laporan Presentasi Perseroan

Kemudian dari sisi intermediasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) BNI mencapai 89 persen, naik dibandingkan periode sebelumnya 87,9 persen. Adapun aset tercatat tumbuh 14,3 persen menjadi Rp668,21 triliun.

Sedangkan dari sisi kualitas aset, Non Performing Loan (NPL) gross BNI turun dari 2,8 persen menjadi 2 persen. Perbaikan NPL tersebut berasal dari membaiknya kolektibilitas, penyelesaian kredit, dan penurunan pokok kredit bermasalah disertai dengan pengelolaan kualitas aset yang terus membaik

"Perbaikan kualitas kredit tersebut, BNI mampu menurunkan credit cost dari 1,7 persen menjadi 1,4 persen pada Kuartal III Tahun 2018. Sementara itu, coverage ratio juga mengalami peningkatan dari 147,4 persen menjadi 152 persen," ujar Direktur Consumer Banking Bank BNI, Anggoro Eko Cahyo di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Pada perdagangan kemarin saham BBNI ditutup melemah 1,7 persen dengan berakhir di level Rp7.200 per saham. Saham BBNI terpantau tidak banyak ditransaksikan atau cenderung lebih rendah dari hari biasanya dengan nilai transaksi hanya mencapai Rp69,62 miliar.


Sumber : Bareksa

Pada perdagangan hari ini, Jumat, 19 Oktober 2018, pukul 09.57 saham BBNI menguat 0,35 persen atau 25 poin jadi Rp7.225 per saham dari penutupan perdagangan kemarin.

(AM)