Berita / / Artikel

Ekspor Inalum Hingga Agustus Melonjak 83 Persen jadi US$1,57 Miliar

• 03 Oct 2018

an image
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, I Gusti Putu Suryawirawan (empat kiri) bersama Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama INALUM (tiga kanan) saat meninjau langsung pabrik diversifikasi aluminium billet milik INALUM di Kuala Tanjung, (28/9). (Sumber : www.inalum.id)

Hari ini Inalum mengekspor 20 ribu ton aluminium ingot ke Malaysia

Bareksa.com -  Holding  badan usaha milik negara pertambangan, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) merealisasi penjualan ekspor pada periode Januari hingga Agustus 2018, senilai US$1,57 miliar. Direktur Utama PT. Inalum Budi Gunadi Sadikin menyatakan nilai ekspor itu melonjak 83 persen dari pencapaian akhir tahun lalu US$1,89 miliar.

Hingga akhir 2018, perseroan menargetkan pendapatan dari penjualan ekspor mineral, batu bara dan produk hilirisasi mencapai US$2,51 miliar. Angka ini naik 33 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 1,89 miliar dolar. Artinya realisasi hingga Agustus 2018, merepresentasi 62,5 persen dari target hingga akhir tahun.

Budi menyatakan Inalum ke depan akan meningkatkan ekspor hasil produksi. Apalagi, Inalum merupakan satu-satunya produsen aluminium primer di Indonesia. Dia menargetkan Inalum bisa menjadi perusahaan aluminium global.

"Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan melakukan ekspor ke Malaysia," ujar Budi melalui siaran persnya, Selasa (02/10).

Budi menjelaskan pengeskporan aluminium ingot menuju Malaysia ini akan menjadi langkah nyata untuk menjadikan Inalum sebagai perusahaan global terkemuka.

"Ke depan, Inalum diharapkan mampu membawa Indonesia sebagai salah satu pemain global dalam pasar aluminium,” ujarnya.

Budi mengatakan Inalum juga terus menjalin kerja sama dengan pembeli di luar pasar Indonesia, seperti yang dilakukan hari ini dengan mengekspor 20 ribu ton aluminium ingot ke Trafigura Pte. Ltd, di Port Klang Malaysia.

"Peningkatan kinerja ekspor ini sesuai dengan mandat pembentukan holding industri pertambangan untuk menjadi perusahaan kelas dunia," ujar Budi.

Budi menjelaskan Inalum terus mengejar berbagai target seperti pengembangan kapasitas produksi menjadi satu juta ton dan peningkatan devisa negara melalui kegiatan ekspor aluminium.

Ekspor Inalum, khususnya aluminium ingot tahun ini diproyeksikan mencapai 40 kilo ton, senilai US$79 juta dengan tujuan ekspor ke negara-negara Jepang, Swiss, Singapura, Inggris, Australia, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia, dan Belanda.

PT Inalum, Freeport McMoRan dan Rio Tinto, pada Kamis 27 September 2018, meneken sejumlah perjanjian sebagai kelanjutan dari pokok-pokok perjanjian (head of agreement) terkait penjualan saham FCX dan hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Inalum yang sebelumnya sudah diteken 12 Juli lalu.

Sejumlah perjanjian tersebut meliputi perjanjian jual beli (sale and purchase agreement) atau divestasi saham PTFI, perjanjian jual beli saham Rio Tinto Indonesia (PTRTI), dan perjanjian pemegang saham PTFI.

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Direktur Utama Inalum, Budi G. Sadikin dan CEO FCX, Richard Adkerson, disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya di Kementerian ESDM, Jakarta.

Dengan ditekennya perjanjian tersebut, maka jumlah saham Freeport Indonesia yang dimiliki Inalum akan naik dari sebelumnya 9,36 persen menjadi 51,23 persen.

Pemda Papua akan memperoleh 10 persen dari 100 persen saham PTFI. Perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran US$3,85 miliar atau setara dengan Rp56 triliun kepada FCX diselesaikan sebelum akhir 2018.

Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengatakan pasca SPA ini, maka Inalum akan melakukan transaksi jual beli saham dengan Freeport McMoran. Transaksi senilai US$3,85 miliar rencananya akan selesai dibayarkan pada akhir November 2018.

(K12/AM)

Tags: