Saham WSKT Meroket 10 Persen, Akankah Berlanjut?

Bareksa • 18 Jul 2018

an image
Pekerja meratakan permukaan jalan beton di Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauhuni-Terbanggi Besar di Desa Sabah Balau Lampung Selatan. Pembangunan jalan tol itu dilakukan oleh Konsorsium BUMN, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, serta PT Adhi Karya Tbk

Waskita Karya akan menerima pembayaran proyek turnkey Rp15 triliun

Bareksa.com - Harga saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) pada perdagangan Selasa 17 Juli 2018, ditutup meroket 10,02 persen dengan berakhir di level Rp2.030 per saham. WSKT bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjadi saham peringkat ketiga yang paling sering ditransaksikan yakni sebanyak 9.009 kali, serta nilai transaksinya yang mencapai Rp209,73 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham WSKT pada perdagangan kemarin antara lain RHB Sekuritas (DR) dengan nilai pembelian Rp45,09 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp27,72 miliar, dan Maybank Kim Eng Sekuritas (ZP) Rp22,86 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi WSKT secara keseluruhan yaitu sebesar 21,50 persen, 13,22 persen, dan 10,90 persen.

WSKT akan Menerima Pembayaran Rp15 triliun

Waskita Karya diperkirakan akan menerima pembayaran dari sejumlah proyek tunrkey yang rampung dengan perkiraan sebesar Rp15 triliun dari pemerintah pada semester kedua tahun ini sebagai penggantian untuk beberapa proyek infrastruktur yang diselesaikan, seperti dikutip dari laporan Bisnis Indonesia.

Adapun pembayaran tersebut diharapkan akan selesai dalam 3 minggu. Laporan tentang pembayaran Waskita mengangkat sentimen pada sektor konstruksi secara keseluruhan, meningkatkan keyakinan bahwa tekanan pada arus kas dapat mereda.

Selain itu, valuasi pada perusahaan konstruksi khususnya WSKT tampak masih menarik dengan prospek pendapatan yang lebih kuat. WSKT pada perdagangan kemarin memiliki Price Earning Ratio (PER) di level 4,5 kali, jauh lebih kecil dibandingkan PTPP (21,0 kali), ADHI (20,8 kali), dan WIKA (19,3 kali).

WSKT Menunggu Waktu Tepat untuk Terbitkan Obligasi

Rencana Waskita untuk menerbitkan obligasi di kuartal ketiga ini sepertinya akan kembali tertunda. Sebelumnya, Waskita berniat menerbitkan obligasi sebesar Rp3,5 triliun untuk menutup utang yang segera jatuh tempo.

Harris Gunawan, Direktur Utama Waskita Karya mengatakan, pihaknya masih wait and see kondisi pasar sebelum menerbitkan obligasi. “Kami masih wait and see karena market masih volatile,” ujar Harris  pada Selasa (17 Juli 2018) seperti dilansir dari Kontan.

Kondisi suku bunga acuan yang trennya naik membuat kupon obligasi harus disesuaikan arahnya kepada bunga acuan dan deposito. Itu agar kupon obligasi menjadi lebih menarik investor dan kompetitif. Tentunya ini membuat beban utang penerbit obligasi akan naik.

Meski sedikit mundur, WSKT tetap akan merilis obligasi tahun ini. “Target kami di semester ini untuk issuing bond,” ujar Harris.

Harris mengatakan, pihaknya belum berniat menggunakan opsi pendanaan lain seperti rights issue.

Sekedar informasi, berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama 2018, tercatat total liabilitas jangka pendek Waskita mencapai Rp51,2 triliun. Utang bank jangka pendek Waskita mencapai Rp18,07 triliun. Utang lembaga keuangan non-bank Waskita sebesar Rp1,53 triliun. Sedangkan utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun Rp4,04 miliar.

Analisis Teknikal

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle WSKT pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang lebar hingga ditutup dua tick di bawah level tertingginya.

Volume menunjukkan lonjakan sekaligus yang terbesar sejak awal tahun ini menandakan adanya akumulasi pembelian yang besar pada saham WSKT. Selain itu, garis MA 5 terlihat akan terjadi golden cross dengan MA 20 yang mengindikasikan adanya potensi uptrend dalam jangka pendek.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) terlihat mulai bergerak naik dan masih di sekitar area netral menandakan sinyal kenaikan yang kuat dengan potensi target di resisten pada level Rp2.450. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.