Turun Tajam Pasca Akuisisi Pertagas Rampung, Bagaimana Prospek Saham PGAS?

Bareksa • 04 Jul 2018

an image
Petugas mengisi bahan bakar gas pada angkutan kota di Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG) di Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/3). PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) membukukan pendapatan sebesar 2,97 miliar dolar AS sepanjang tahun 2017, meningkat jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,93 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Yulius

Harga saham PGAS sempat dibuka menguat di level Rp1.690 per saham pada pukul 09.05 WIB

Bareksa.com - Harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) pada perdagangan Rabu, 4 Juli 2018, sempat dibuka menguat di level Rp1.690 per saham pada pukul 09.05 WIB, namun kemudian memerah jadi Rp1.575 pada puku 09.40 WIB.

Pelemahan itu melanjutkan penurunan harga saham PGAS pada perdagangan Selasa, 3 Juli 2018, yang ditutup longsor 16,41 persen di level Rp1.630 per saham.

Pada perdagangan kemarin, saham PGAS ditransaksikan sangat ramai hingga menempati saham peringkat pertama dengan nilai transaksi terbesar di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp601,08 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top seller atau sebagai penjual terbanyak saham PGAS pada perdagangan kemarin antara lain Credit Suisse Sekuritas (CS) dengan nilai penjualan Rp135,35 miliar, Citigroup Sekuritas (CG) Rp67,02 miliar, dan Mandiri Sekuritas (CC) Rp54,7 miliar.

Ketiga broker tersebut masing - masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham PGAS secara keseluruhan yaitu 22,52 persen, 11,15 persen, dan 9,1 persen.

Akuisisi 51 persen Saham Pertagas

Pergerakan negatif saham PGAS seiring dengan aksi korporasi yang dilakukan perusahaan. Asal tahu saja, PGN dan Pertamina telah melakukan transaksi material untuk jual beli 51 persen saham Pertagas. Langkah tersebut diumumkan dalam keterbukaan informasi, di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 3 Juli 2018.

Nilai transaksi itu lebih dari 20 persen namun di bawah 50 persen dari ekuitas perseroan, berdasarkan laporan keuangan PGN per 31 Desember 2017.

Adapun pengambilalihan Pertagas dilakukan dengan jual beli 2.591.099 lembar saham, setara 51 persen dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor dalam Pertagas.

Untuk harga pembelian pada kesepakatan awal akuisisi 51 persen kepemilikan saham Pertagas adalah, US$1,22 miliar. Nantinya, nilai akuisisi akan dibayar dalam bentuk rupiah dengan total nominal Rp16,6 triliun atau 38,46 persen dari ekuitas PGAS.

Sebelumnya diberitakan, berdasarkan skema yang pernah disampaikan oleh Kementerian BUMN dalam sejumlah kesempatan, 57 persen saham seri B milik negara di PGN akan dialihkan ke Pertamina sedangkan 100 persen saham Pertagas akan dialihkan kepemilikannya ke PGN.

PGN mengasumsikan, bahwa pendanaan untuk akusisi 51 persen saham Pertagas, akan dipenuhi dengan pendanaan internal dan pinjaman.

Perseroan juga mengasumsikan tidak ada biaya lain yang dapat diatribusikan pada proses akuisisi.

Tujuan dilakukannya akuisisi, merupakan bagian dari inisiatif pemerintah untuk mendorong perekonomian dan ketahanan energi nasional. Salah satunya, lewat pembentukan perusahaan induk bidang minyak dan gas bumi atau holding BUMN migas.

Holding BUMN migas ini dilakukan melalui inbreng saham seri B milik pemerintah. Transaksi pembelian saham Pertagas, secara langsung mampu memberikan nilai tambah strategis kepada PGAS.

Analisis Teknikal PGAS


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham PGAS pada perdagangan kemarin membentuk black marubozu dengan yang menggambarkan saham ini bergerak negatif dalam rentang yang lebar hingga berakhir di level terendahnya.

Selain itu, pada perdagangan kemarin saham PGAS juga telah menembus support Rp1.790 per saham yang disertai dengan lonjakan volume yang signifikan menandakan adanya tekanan jual yang besar pada saham ini.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) terpantau kembali bergerak turun mengindikasikan sinyal penurunan yang kuat.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.